Sebelum kalian baca, tolong hargai apa yang sudah di tulis. Cukup dengan vote ataupun komen bakalan bikin seneng dan pasti bakalan up terus.
Itu gak susah sama sekali kok, cukup tekan aja bintang di bawah pojok, udah selesai.
' menghargai adalah menghormati keberadaan, harkat, dan martabat orang lain. Menghormati hasil karya orang lain artinya menghormati hasil usaha, ciptaan, dan pemikiran orang lain '
Enjoy!
.
"Mari bercerai"
Seolah tuli, Lisa terdiam mendengar penuturan sang istri, Jennie. Nyawanya melayang entah kemana mendengar sesuatu yang sangat tak ingin ia dengar di dalam rumah tangganya, dia sungguh berharap bahwa ini hanyalah candaan semata yang dilontarkan istrinya padanya.
"Ba--by, berhenti bercanda, itu tidak lucu" kata Lisa sebiasa mungkin.
Pasalnya dia saat ini baru saja pulang dari kerja, badannya lelah, semua anggota tubuhnya rasanya remuk. Namun, bukannya rasa senang yang ia dapat saat sampai rumah, melainkan sesuatu yang tak bisa Lisa pikir dengan logika.
"Aku tidak melucu Lisa! Mari bercerai" ujar Jennie kembali manatap Lisa yang kini terdiam di samping kasur sambil menatap nya kosong.
"Aku tidak mau, pikirkan baik baik kita punya anak, Anne masih membutuhkan mu" tolak Lisa mentah mentah sambil menggelengkan kepalanya tak setuju dengan apa yang Jennie ucapkan.
"
Aku sudah memikirkan itu, dan kau tak perlu susah payah untuk mengambil hak asuh Anne nanti, dan juga aku masih bisa mengunjungi Anne jika aku punya waktu"
Lisa terdiam, dia menatap dalam mata Jennie yang kini memalingkan wajahnya ke arah lain, Lisa sangat tidak mengerti ada apa dengan Jennie. Memang, akhir akhir ini Jennie terlihat sedikit dingin dari biasanya, dia sangat pendiam dari biasanya, tapi jika ada sesuatu yang salah haruskah dia meminta cerai langsung seperti ini?
"No, apa yang salah selama ini? Kita bahagia selama ini, katakan padaku, babe" ucap Lisa lagi sambil duduk di kasur dan berusaha menggenggam tangan Jennie.
"Aku tidak bahagia selama ini Lisa, kau pikir karena aku tertawa berarti aku bahagia? Tidak! Tentu saja tidak!" Bentaknya sambil menghempaskan tangan Lisa membuat Lisa menggeleng dengan mata yang berkaca kaca.
"Demi tuhan Jen, apa alasannya? Katakan padaku" lirih Lisa kembali menatap Jennie yang masih memalingkan wajahnya ke arah lain dengan tatapan datar dan dingin.
"Aku bosan"
"Lihat aku, dan katakan!" Gertak Lisa sambil menarik wajah Jennie untuk melihatnya namun sekuat mungkin Jennie tidak memalingkan wajahnya ke Lisa.
Lisa ingin Jennie mengatakan itu dengan menatapnya, dia ingin melihat apakah Jennie bersungguh sungguh atau tidak, karena Lisa tau mata tak pernah bohong karena semuanya menyiratkan disana.
"Tidak perlu, aku sudah mengurus surat perceraian kita" dinginnya membuat Lisa pasrah dan menatap Jennie, nyawanya seakan menghilang kala Jennie berkata seperti itu.
"Apa alasannya? Demi Tuhan katakan padaku, kita punya Anne, dan Anne masih membutuhkan mu. Tak masalah jika kau sudah tidak mencintaiku lagi, tapi ingat kita mempunyai malaikat kecil yang masih membutuhkan kasih sayang, aku tak mau dia tumbuh tanpa kasih sayang orang tuanya"