ARZACHEL - PART 1

499 37 12
                                    

Assalamualaikum
Jangan lupa selalu tinggalkan jejak

*****

Malam yang dingin karena hujan seperti tak ingin berhenti mengguyur kota Jakarta, suasana yang nyaman ditambah dengan berkumpulnya suatu keluarga yang sangat bahagia. Bagi sang ratu rumah tak penting uang yang dimiliki sang raja kehadiran putra dan putri mahkotanya saja ia sudah merasa inilah kemewahaan dalam bentuk yang sederhana

Bukan berlebihan namun hal seperti ini sangat jarang terjadi karena kesibukan putra sulungnya itu. Bekerja tak pernah kenal waktu. Jengkel itulah yang Annisa alami sejak kedudukan suaminya Althaf pada perusahaan raksasa yang bergerak diberbagai bidang konstruksi, peralatan elektronik hingga pendidikan diserahkan sepenuhnya pada putra sulungnya Arzachel Zahid Rustanto

Ruang keluarga dilantai dua milik keluarga Rustanto, tempat mereka membagi certianya tak peduli hujan disertai petir yang menggelegar sekalipun tak lantas membuat keluarga bahagia itu merasa terusik

"Bagaimana kantor El?" tanya Althaf sebelum ia meminum secangkir the buatan Annisa

"Baik pa, produk baru yang El usulkan beberapa bulan kemarin, akan diluncurkan minggu depan"

"Ah mesin rumah tangga itu. Papa bertaruh dalam waktu seminggu produk itu akan meledak dipasaran. Kamu langsung memasuki pasar internasional atau?"

"Sementara ini, El rasa cukup di Indonesia dulu, lalu sebulan setelah itu El langsung memasuki pasar internasional"

"That's my son" puji Althaf bangga, dua tahun sejak El diangkat menjadi CEO Rustano Group, perusahaan meraup untung besar belum lagi otak jenius yang ia turunkan pada El. Tidak perlu diragukan lagi

"Apa ini pa? membahas kerjaan dirumah? Dimomen berkumpul seperti ini?"

Mendengar nada tak suka dari sang istri, Althaf hanya terkekeh pelan tanpa berusaha membujuk istrinya itu

"El kapan kamu mau menikah nak?" tanya Annisa yang terdengar seperti rengekkan

Jengah. Jangan ditanya lagi. Sejak usianya menginjak 27 tahun Annisa tak hentinya meminta dari nada lembut, perintah, kesal bahkan merengek seperti tadi pun selalu ia dengar. Atau yang lebih parahnya lagi semenit saat usianya bertambah Annisa sudah menanyakan hal tersebut. Ingin ia marah namun jika mengingat wanita itu adalah yang melahirkannya niat buruk itu selalu diurungkannya. El tak ingin mendapat murka Allah SWT dan juga murka papa tercintannya itu

"El masih ingin sendiri ma" kali ini hanya itu jawaban yang terlintas dipikirannya

"Benar kata mama, Al saja sudah di khitbah lalu abang kapan mengkhitbah?" tanya Almeera adik tersayangnya itu, yang baginya justru memojokkan dirinya

"Kamu kalah dengan adik mu El. Menggelikan" Ejek Althaf

Astagfirullah kata itulah yang mampu El ucapkan dalam hati. Ingat hanya dalam hati, ketiga orang dihadapannya ini bersekutu agar ia menikah

"Dengar sekali saja ucapan El kali ini. El akan menikah sungguh, namun belum saatnya" kata El mencoba memberi pengertian. "aku saja belum bertemu dengan dia lagi bagaimana mau menikah" lanjut El yang hanya dapat diucapkan dalam hati

"Lalu kapan siap? Menunggu El siap keburu mama dipanggil Allah" ujar Annisa santai

"Mama!" seru ketiga orang yang tak suka atas ucapan Annisa

"Kenapa? Benar kan yang mama bilang, jika El tak suka maka menikahlah" ujar Annisa enteng seolah-olah menikah itu segampang membalikkan telapak tangan

KU SEBUT NAMAMU DALAM DO'A KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang