ASPIA 42

25.2K 3.7K 100
                                    


Masalah clear setelah Aslan tempo hari membuat pengumuman yang secara tegas membuat semua orang di kantor ini tidak ada yang berani mendekatiku lagi. Aslan dan keposesifannya. Aku pikir memang sudah tidak ada lagi masalah, hanya saja siang ini saat makan siang di kantin ada yang menyindirku.

"Berarti harus ada yang pindah divisi atau keluar dong?"

Hal itu aku hanya menganggukkan kepala, masalah ini aku memang belum membicarakan lagi dengan  Aslan. Tapi kemudian aku dipanggil Mbak Rina selaku HRD di sini. Dan aku shock mendengar kalau Aslan sudah mengundurkan diri tetapi belum disetujui dari kantor pusat. Mbak Rina malah memintaku untuk memikirkan pindah divisi atau aku yang mengundurkan diri. Karena mereka lebih baik mempertahankan Aslan daripada aku. Lemas rasanya diberitahu seperti itu. Bukan karena aku tidak boleh tetap di sini, hanya saja masalah sebesar ini Aslan tidak mengajakku bicara terlebih dahulu. Aku malah mengetahui dari orang lain. Aslan sebenarnya kenapa sih?

"Oi calon manten ndak boleh bengong." Celetukan Mbak Asih membuatku menoleh ke arahnya. Dia sedang memberikan lem ke bulu mata palsunya yang copot itu. Tapi kalau sedang tidak memakai bulu mata, dia memilih memakai kacamata hitam. Katanya tidak pede kalau bulunya terlihat gundul.

"Mbak, ini aku harus piye ya? Masa aku disuruh pindah divisi? Lha aku kemana lagi coba?"
Aku memang sudah bercerita kepada Mbak Asih soal aku tadi dipanggil Mbak Rina. Aslan masih meeting dengan klien bersama Nino. Hari ini Melly ijin tidak masuk karena sakit perut. Jadi cuma ada aku berdua dengan Mbak Asih. Sambil menunggu data yang akan disetorkan spg aku jadi punya waktu untuk curhat.

"Ehmmm, mending di rumah wae Pia. Enak kamu tinggal mlumah [ terlentang] njuk mendesah."

"Ealah telo cen Mbak Asih. Jangan ajarin aku yang mesum-mesum to Mbak."

Kali ini Mbak Asih menyeringai lebar. "Yo belajar to nanti yo kamu bakalan mlumah dewe. Wes to dijamin."

Hadewh. Rupanya sesi curhat dengan mbak Asih gagal total. Dia mah nggak bisa serius.

"Udah tenang aja. Si bos pasti punya rencana Pia. Sabar, tungguin aja dia cerita."

Aku memberengut mendengar nada bijak dari Mbak Asih. Tapi aku tetap resah.

*****

"Dek.."

"Sofia."

"Bakpianya Kenan."

"Cewek cantikku."

Aku menoleh ke arah Aslan yang terus memanggilku dengan sebutan yang membuat aku tersipu. Ini tuh pengennya diamin dia. Habis aku beneran kesel. Tapi kalau dia terus begini gimana aku bisa ngambek?

"Apa sih?" bentakanku membuat Aslan kini menoleh terkejut ke arahku. Aku memang sudah ada di dalam mobil Aslan dan sedang menuju rumah. 

"Galak banget kesayanganku. Ada apa?"

Pertanyaaan itu membuat aku berbalik dan menatapnya dengan serius.

"Tadi aku dipanggil Mbak Rina."

"Heeemmm."

Aslan cuma bergumam dan masih fokus ke depan.

"Tahu dia ngomong apa?"

"Apa?"

Ih Aslan memang bikin kesel beneran deh. Aku mengulurkan tangan untuk mencubit tangannya. Yang membuat dia mengaduh dan menoleh ke arahku.

"Nyebelin."

"Eh ada yang ngambek?"

Aku hanya diam saja, tapi mobil tiba-tiba berhenti di depan restoran cepat saji. Dia mau ngapain coba?

"Ice cream time yuk."

****

Aku receh banget, mau dirayu pake es krim yang kini sudah aku habiskan. Aslan mengamatiku dan tersenyum.

"Udah dingin?"
Tuh kan ngejek lagi. Kami kini duduk di tepi jendela yang mengarah ke parkiran mobil. Aku memang cuma memesan es krim saja, kalau Aslan memesan paket ayam karena dia bilang lapar.

"Mas, aku serius ini. Tadi Mbak Rina bilang kamu udah mengundurkan diri. Tapi belum di acc sama pusat. Nah terus Mbak Rina minta aku yang pindah divisi saja atau aku keluar."

Mendengar hal itu Aslan mengernyitkan keningnya. Dia lalu mendesah.

"Sudah kuduga, Rina pasti langsung memanggilmu. Padahal aku udah bilang jangan dulu."

Kali ini aku semakin emosi mendengar ucapannya. Kok bisa dia tidak mau memberitahuku?

"Kenapa nggak bilang sama Pia? Jadi merasa bukan istri Mas kalau kayak gini."

Aslan terkejut mendengar ucapanku. Dia kini menyesap cola di depannya lalu menegakkan tubuhnya.

"Aku cuma nggak ingin membebanimu dengan permasalahan ini Pia. 1 minggu lagi kita menikah, dan aku ingin kamu tidak memikirkan apapun selain pernikahan. Ini hari besar buat kamu, aku ingin kamu merasa istimewa."

Ucapannya itu membuat aku kini menatapnya dalam diam. Kenapa Aslan setiap ucapannya selalu mengandung gula? Jangan-jangan dia punya simpanan tebu banyak banget di tubuhnya. Haish aku ngomong apa sih?

"Tapi kan Pia merasa dibohongi sama mas. Kalau Mas mundur terus kerja apa, dong?"

Kali ini Aslan tersenyum manis "Nganggur. Jadi supir pribadi kamu aja."

Tuh kan jawabannya selalu bercanda. "Mas, ih Pia serius."

Kali ini Aslan tergelak, dia langsung meraih tanganku yang ada di atas meja dan menggenggamnya erat.

"Percaya sama aku Pia. Semua akan baik-baik saja."

BERSAMBUNG.

Sekali lagi ini kan sebenarnya cuma up ulang aja heheh jadi udah tamat. Yuk ah yang belum baca

dan juga mau kasih info ya

versi lain the boss is aslan masih ada stock nih sekalian ikutan po sama anak2nya jadi dapat diskon loh

versi lain the boss is aslan masih ada stock nih sekalian ikutan po sama anak2nya jadi dapat diskon loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Total 350k jadi cuma 320 K saja buruan ya mumpung masih periode po... cus ke wa 08562983290

SIAP MAS BOS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang