ASPIA 05

33.4K 4.3K 160
                                    

NARNIA REBORN

Nino : Tok tok... Pia kapan kamu masuk kerja? Ini kerjaanmu suruh ngerjain aku semua... sama si bos. Dih pagi-pagi udah ngaum aja deh.

Asih : Ngaumnya sampe buat bulu mataku berubah jadi Ijo, padahal warna aslinya pink loh. Hebat bener ih aumannya si bos

Melly : Mbak Pia, si bos kenapa sih? Tadi kita ngomongin mau ijin pas istirahat jenguk mbak, eh malah kita yang dimarahin. Si bos bilang mbak Pia udah sembuh dan lagi berduaan sama Pak Dokter gitu. Si bos aneh deh kayak cewek lagi kena PMS.

Aku membaca pesan yang dikirimkan ke grup.Pagi ini tuh aku gak boleh berangkat kerja sama Dokter Dimas. Katanya aku masih butuh istirahat. Padahal juga cuma kaki terkilir dan tangan lecet-lecet. Tapi memang sudah diperbolehkan pulang. 1 hari menginap di rumah sakit, saat Si bos nemenin. Tapi setelah mengatakan dia setia yang membuat aku benar-benar kehilangan kata-kata dan menangis semalam, dia pergi begitu saja. Kemarin aku diberi ijin 1 hari untuk tidak berangkat kerja, harusnya hari ini sudah masuk. Tapi tadi pagi Dimas benar-benar melarangku saat memeriksaku ke rumah. Alhasil aku ijin lagi, dan sepertinya si bos tidak suka.

Sofia : Aku gak boleh berangkat kerja nih. Maaf ya. Besok aku usahain masuk.

Aku mengetikkan itu dan kini meletakkan ponsel ke atas meja. Akhirnya aku hanya berselonjor duduk di sofa depan televisi. Kenan sudah berangkat sekolah, bude sendiri sedang sibuk di dapur. Bosan rasanya. Aku tuh gak bisa diam aja tanpa melakukan apapun.

Suara pesan wa masuk dan membuatku langsung mengambil ponsel lagi. Pasti grup rame lagi. Hanya saja saat membaca itu bukan dari grup.

Atma : Besok masuk harus lembur. Pekerjaanmu menumpuk.

Mataku melebar membaca pesan dari Kak Atma. Yah selama ini aku masih menganggapnya Kak Atmaku. Bahkan nomor kontaknya  yang lama masih sama aku beri nama Kak Atmaku. Nomor yang masih kusimpan di dalam sim cardku. Tiap ganti ponsel pasti itu nomor selalu aku save. Tidak peduli nomor itu sudah tidak aktif lagi. Dan kemarin saat Si bos memasukkan nomornya ke ponselku aku menamai dengan Atma tanpa ku. Karena dia sudah bukan Kak Atmaku, melainkan bosku.

Sofia : Iya pak. Maaf hari ini saya memang tidak boleh berangkat kerja.

Aku mengetikkan itu dan kini menghela nafas. Bukan karena aku patuh dan menuruti Dimas, yang sering aku sebut Dokter Dimas karena memang aku belum terlalu akrab dengannya. Tapi kalau aku membangkang, pasti Dimas menelepon ayah dan aku yang kena omelan ayah.

Aku tidak mau ayah khawatir karena aku mengalami kecelakaan kecil begini. Dari Jakarta, ayah bisa langsung ke sini kalau aku tahu begitu. Makanya aku meminta Dimas untuk tidak mengatakan apapun kepada ayah, dan alhasil dia membuatku untuk tetap istirahat di rumah satu hari ini.

Atma : Bagus. Kamu sudah patuh kepada calon suami kamu. Selamat.
 

 Aku membaca balasan dari si bos dan ehmm rasanya aku tuh nyesek diginiin. Padahal aku masih mencintainya, dari tahun ke tahun perasaan cintaku kepada Kak Atma itu makin bertambah. Tadinya aku pikir itu hanya cinta monyet atau obsesiku saja. Tapi setelah lulus SMA, lalu kuliah, aku tidak menemukan perasaan yang sama lagi kepada setiap cowok yang ada di sekitarku. Hatiku masih digenggam oleh Kak Atma. Hanya saja mungkin penantianku sudah terlalu lama. Kak Atma membuatku berjanji aku harus melupakannya setelah dia pergi. Dia sendiri yang bilang saat akan berangkat ke Mesir, aku harus melupakannya.

Dulu, aku sampai menangis berhari-hari. Rasanya benar -benar sedih. Kak Atma mengatakan tidak akan kembali ke Indonesia karena ada kewajiban di Kairo. Negara kelahirannya, karena meneruskan warisan perusahaan keluarga. Yang dalam arti, dia memang tidak ingin pulang ke Indonesia. Walaupun dia memang mengatakan menyukaiku dan sayang kepadaku. Untuk bersatu kita mustahil.

Berharap dan berharap sekian tahun, sampai akhirnya ayah mengatakan menjodohkanku dengan Dimas. Akhirnya aku menyerah, karena Kak Atma tidak pernah berusaha untuk menghubungiku lagi, sejak terakhir kali aku bertemu dengannya yaitu kelas 10 naik ke kelas 11. Saat perpisahan di sekolah.

Sofia : Saya belum punya calon suami pak. Maaf kalau boleh ditegaskan.

Aku membalas itu dan kini terdiam lagi. Menatap kosong layar televisi yang sekarang sedang menampilkn iklan pasta gigi. Kenapa Kak Atma hadir lagi dengan menjelma menjadi bosku? Suatu kebetulan saja? Dan kenapa dia balik lagi ke Indonesia kalau memang dia tidak berniat ke sini?

Atma : Ada. Sejak kelas 10 kamu sudah mempunyai suami masa depan.

Deg

Jantungku berdegup kencang lagi. Aku tutup ponsel dengan bantal dan malas untuk menanggapinya. Kak Atma sudah membuat hatiku berdarah-darah kalau seperti ini. Kupejamkan mata dan memijat pelipis. Lebih baik mengabaikannya saja. Bagaimanapun aku dan dia kini bukan adik kelas dan kakak kelas lagi. Tapi karyawan dan bos. Hubungan itu terlalu rumit.

Entah berapa lama aku tertidur di sofa ini. Karena terbangun saat mendengar teriakan Kenan yang mengucapkan salam. Lalu adikku itu mengecup pipiku yang membuat aku langsung membuka mata.

"Bakpia Kentang, apa kabarmu hari ini? Sudah sembuh?"

Kenan bau matahari. Dengan seragam yang sudah dikeluarkan dari ban pinggangnya dan duduk berselonjor di atas lantai. Rambutnya acak-acakan khas anak muda baru pulang sekolah.

"Heemm... udah pulang?"

Kenan langsung menganggukkan kepala. "Bakpia mozarella tidurnya pulas banget ya? Lagian ini udah sore, bude pasti lagi ke sawah. Pintu gak ditutup juga."
Aku langsung beranjak duduk di atas sofa dan menguap lalu membenarkan kerudung kaosku yang selalu kupakai kalau di rumah.

"Ngantuk abis minum obat."

"Yowes, Ken mau mandi dan ganti baju."

Aku menganggukkan kepala saat kenan sudah beranjak berdiri lalu melangkah ke arah kamar. Aku menggeliat dan merentangkan tangan. Enak rasanya kalau seperti ini.

"Jadi bangun tidurpun tetap cantik."

Astaghfirullah.

Aku terlonjak saat mendengar suara itu. Saat aku menoleh ke belakang sofa, Si bos sudah ada di sana. Duduk di sofa tunggal yang memang di belakang sofa yang aku tiduri. Dia sudah melepas dasinya dan kini bersedekap saat menatapku.

"Pak bos?"

"Mas.. mas bos."

Dia meralat ucapanku dan membuat aku menelan ludah. Aku mengusap pipiku dengan tangan. Kali aja ada air liur gitu saat aku tertidur. Dan sepertinya si bos tahu. Dia menunjuk pipi kiriku dengan telunjuk kanannya. 

"Hah?"

Aku langsung mengusap pipiku dengan tangan. Tapi tak kudapati apa-apa di sana. Harusnya kan basah dan bau kan ya?

Tawa si bos membuat aku tertegun. Dia benar-benar tertawa. Lalu kemudian menatapku lagi. Kaki ini lebih lembut.

"Kamu lucu."

BERSAMBUNG


NOTE MAAFIN KALAU PIA NYEBUT KAK ATMA SUKA DENGAN SI BOS DAN ATMA YA SUASANA PIA EMANG SUKA BERUBAH-UBAH. HEHEHE JADI YANG CERDAS AJA YA BACANYA.




SIAP MAS BOS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang