ASPIA 29

28.2K 4.2K 265
                                    


Aku menguap lagi, sepertinya aku memang butuh tidur seharian. Pagi ini, aku dan Kenan sampai di Yogyakarta kembali. Karena penerbangan jam 6 pagi tadi, aku bisa masuk kerja pukul 8. Meski sekarang aku beneran mengantuk. Semalam, Aslan memang memberiku ruang. Bahkan dia tidur di kamarnya Kenan, dengan alasan biar bisa membangunkan Kenan agar tidak terlambat ke bandara. Tapi aku tahu Aslan menjagaku. Aku jadi merasa tersanjung dengan sikapnya itu. 

"Pia.. heh minum kopi sana. Mata udah 5 watt gitu."

Celetukan Mbak Asih membuatku tergeragap. Aku langsung menegakkan diriku dan menatap Mbak Asih yang sudah bersandar di kubikelku. 

"Aku masih penasaran kamu dan si bos kenapa cutinya barengan."

Deg

Duh aku belum siap menceritakan semuanya. Ini kan rahasia. Aku mengernyit dan menguap lagi. Menatap Mbak Asih yang kali ini memakai bulu mata motifnya hitam putih. Katanya itu meniru bulu kuda zebra. Astaghfirullah.

"Aku tuh gak tahu mbak, kalau si bos cuti juga." Aku pura-pura mengerjapkan mata dan menatap Mbak Asih dengan polos. Tapi Mbak Asih sepertinya tidak percaya.

"Gaes, ada berita nih.."

Melly yang baru saja masuk ke dalam ruangan membuat kami akhirnya mengalihkan tatapan ke arah Melly. Dia sudah membawa satu cup kopi hangat dan langsung diberikan kepadaku.

"Nih mbak, biar melek."

"Duh, maturnuwun, ya. Kamu baik, deh."

Tapi Melly malah menyeringai lebar "Itu bukan dari aku kok, tadi di kantin ketemu sama Mas Dino. itu tuh supervisor-nya anak marketing. Terus ngasih dua cup, satunya katanya buat Mbak Sofia gitu. Aih ada yang naksir ini kayaknya."

Mataku membelalak mendengar ucapan Melly. "Mas Dino yang katanya pindahan dari Inggris itu?"
Aku memang mengenalnya sejak 6 bulan yang lalu dia mulai kerja di sini.

"Sik, sik, sik... wah ono sik naksir Pia meneh iki [ Bentar ada yang suka sama Pia lagi ini.}"

Mbak Asih kini sudah mengamatiku dan Melly juga tampaknya sangat penasaran.

"Padahal kan Mbak Sofia udah dilamar pak bos ya? Ckcckckck ngiri aku mosok mbak Sofia disukai ama yang satunya Turki, satunya Inggris. Bagi aku satu to, mbak."

Kusesap kopi yang diberikan Melly. Aku malah tidak tahu apa-apa tentang hal ini.

"Hust,wah lali, to. Pia kamu beneran gak tahu pak bos kemana? kamu kan tunangannya."

Ucapan Mbak Asih membuat aku menggelengkan kepala, masih aja dia penasaran. Tapi Melly langsung menepuk dahinya. Dia kini berjejalan dengan Mbak Asih berada di kubikelku.

"Oalah, baru inget kalau Mbak Pia itu kan udah dilamar sama pak bos ya kan? Lha kok tadi di bawah ada gosip, kalau pak bos cuti itu karena mau nikahan gitu."

Deg

Aku makin melebarkan mataku. Duh ini apalagi?

Mbak Asih dan Melly langsung menatapku dengan bingung.

"Lha, dalah. Piye kui Pia.. kamu beneran udah dilamar, to? Lha kok ijinnya mau nikahan. Jangan-jangan kamu cuma di PHP sama pak bos?"

"Eh. iya ya. Lha Mbak Sofia aja udah di sini. Kalau nikahnya sama Mbak Sofia kan harusnya Pak Bos udah di sini juga. Tapi ini belum balik, terus tadi gosipnya yang mau dinikahin sama Pak Bos orang Turki gitu. Iki sing bener sing mana coba?"

Aku bingung harus menjawab apa coba? Duh kok jadi kayak gini?

"Kalau beneran pak bos PHP in kamu Pia, wes teko ditugel{ udah tinggal dipotong}"

SIAP MAS BOS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang