Hai aku mau ngasih info dulu, buat pembaca Azmi Askandar. Yang mungkin masih nyimpen ceritanya dalam reading lis't, terus aku ghosting lama banget hahaha. Ini aku balikkk, aku ubah nama dan alurnya, ini masih cerita vila dan azmi. Mungkin feel-nya bakalan beda setelah aku ganti nama peran, semoga kalian tetep suka!
****
Matahari menampakan dirinya dengan terlambat, naura lebih dulu bangun dan menyapa dunia. Kini dia sedang bergulat di dapur, memasakan sarapan pagi untuk suaminya. Hari ini sekolah libur, entah ada motivasi apa tiba tiba libur. Tapi teteap saja anak kelas dua belas di suruh belajar bersama dengan kelompok yang di tentukan.
Naura menaburi garam ke masakannya, dengan sedikit demi sedikit. Dia mengaduk nasi goreng seafood buatannya, ini first time banget naura masak selain nasi goreng kimchi. Soalnya dia hanya bisa itu, dia belajar masak hanya untuk memanjakan lidah azmi.
Saat hendak memindahkan nasi goreng ke dalam piring tiba tiba handphonenya berdering.
Muara kasih bundaaa sayangg!
is calling
"Halo assalamualaikum naura!"
Naura menjauhkan telfon dari telinganya, "Waalaikumsalam apa sih?"
Gea berdecak di sebrang sana, "Nanti siang ke sini ya, soalnya ada keluarga rian mau silaturahmi sekalian fiting baju"
"iya tapi agak telat ya"
"Heh! Gak boleh lah, masa telat telat pokoknya harus tepat waktu!"
Naura menyimpan handphonenya di meja, lalu melakukan aktifitasnya yang sempat tertunda. "Soalnya ada kerja kelompok, jadi sedikit telatnya. Masa gak boleh?"
"Yaudah iyaa, eh sebentar bunda mau ngomong"
"apa?" Naura tak sengaja menjatuhkan sendok di tangannya.
"Lagi ngapain sih rame bener, masak?"
"Iyaaa"
"Kamu harus berlaku baik yaa sama azmi, dia suami mu mau bagaimana pun. Walaupun kalian menikah karna perjodohan, dan tidak di landasi rasa cinta yang seharusnya. Tapi kamu harus baik dan memperlakukan dia layaknya suami, kalo kamu gak nurut sama dia dosa nantinya, durhaka"
Naura diam, dia mematung pada posisi berdirinya. Rasanya pengen nangis, dia gak pernah mau jadi istri di usia semuda ini, dia belum siap. Tapi keadaan membawanya ke status yang sekarang, bukan sebuah tuntutan tapi kewajiban namun naura selalu merasa gak akan mampu melakukannya.
Suara pintu terbuka membuat dia segera mengalihkan pandangannya, azmi baru keluar dari kamar dengan baju koko dan sarung. Naura meraih ponselnya "Iya bunda, makasih yaa nasehatnya. Nau tutup dulu yaa, mau nyiapin sarapan buat azmi assalamualaikum"
Azmi duduk di kursi sebelah naura berdiri, dia menopang dagunya sembari menatap naura dari bawah. "Reen, masak apa?"
Naura menatap azmi lalu berjalan memindahkan nasi goreng dari teflon ke piring.
"Makan" Naura menyodorkan sepiring nasi goreng untuk Azmi.
Azmi mengambil sendok untuk keduanya, lalu menyuapkan ke dalam mulutnya. Kesan pertama yang di dapatkan, aneh. Ini rasa yang tidak bisa di deskripsikan, namun tidak akan azmi ungkapkan.