empat belas

2.3K 124 6
                                    

Sebenarnya jika harus di bayangkan ini bukan hal yang naura bayangkan, dia tidak pernah terbayang akan mendapatkan suami seperti azmi. Ini seorang Raihan Azmi Askandar, Semua kenal dia, tau dia, dan dia lelaki yang terkenal dengan ketaatannya pada agama. Melihat dirinya yang seperti ini naura selalu merasa ini bukan bayangannya.

Takdir dan jodoh. Keduanya sudah di atur dengan sebaik mungkin oleh yang di atas, maka dari itu, azmi hadir sebagai yang terbaik untuk naura begitupun sebaliknya naura hadir sebagai yang terbaik untuk jadi. Keduanya kini saling melengkapi untuk banyak hal.

Naura menyudahi tentang lamunannya, ia mengalihkan pandangan ke arah azmi yang baru saja masuk ke dalam kelas.

"Nau gue boleh main gak sih ke rumah lo?" Celetuk ila, naura menyudahi memandangi azmi kini berganti pada ila.

Naura menggeleng lalu tersenyum, ia memilih membuka buku tulisnya dan mencatat hal random.

Ila menarik buku naura lalu menatap tajam "Kenapa?!"

"Pokoknya gak boleh ilaaa!" Naura kembali mengambil bukunya.

Ila mengangguk paham, "Lo nikah sama guru di sekolah ini ya?"

plak

Naura menepuk jidat ila hingga gadis itu terdorong ia memutar bola matanya malas, ila dan fanny tidak akan berhenti mencari siapa suami naura sebelum di kasih tau. Setiap yang mereka temui pasti akan di kira kira.

"Sakit ege!" Keluh ila, padahal itu gak terlalu keras. Sungguh!

"Lo ngebet banget pengen tau laki gue?" Tanya naura dengan heran.

"Iya lah, gue pusing tau gak nyariin." Ila membenahi posisinya kala fanny datang dari kantin.

Fanny membuka chiki lays lalu di simpan pada tengah-tengah meja, ia mencomot satu lalu menyuapkan pada mulutnya, "Lagi ngobrolin apa?"

Fanny diam menunggu jawaban, "Woy!" Ucapnya sekali lagi.

Naura menelan makanannya terlebih dahulu "Kepo!"

Fanny berdecak lalu berganti menatap ila, "La?" Sama halnya dengan naura ila hanya mengucapkan kata kepo tanpa suara.

"Kaka lo nikah pas bulan puasa ya?" Tanya sendy yang secara tiba tiba gabung dan duduk di sebelah naura.

Naura melirik sinis pada lelaki itu, bukan rahasia umum lagi semuanya tau bahwa sendy pernah pacaran sekali dengan sarah. Entah apa yang merasuki sarah saat itu.

"Emang iya nau?" Sambung fanny.

Naura mengangguk, "Iya dia nikah pas puasa, kalian berdua di undang, tapi lo engga!" Tegasnya pada sendy.

Sendy memegangi dadanya berlagak kesakitan. "Duh sakit hati banget, tolongin ini" Rengeknya alay.

"Lebay lo!" Cerca ila mengundang tawa.

"Pokoknya gue mau datang sebagai mantannya sarah!" Tegas Sendy sembari berdiri, sangat percaya diri sekali bukan?

Sendy menepuk dadanya dan naik ke atas kursi, dia memejamkan matanya seolah olah menikmati rintik air hujan. "Sakit hati ini sungguh tidak bisa ku jelaskan, aku sudah ikhlas jika kau bersama rian rian itu. Selamat tinggal ayang sarah!" Dramatis sekali.

Seisi kelas jadi riuh penuh dengan tawa dan tepuk tangan, sendy melanjutkan ucapan ucapan unfaedahnya itu.

Naura mendorong kaki sendy membuatnya hendak jatuh.

"Dendam banget sih mantan adik ipar" Pelan pelan sendy jongkong lalu turun.

"Amit amit!" Geli naura.

EnziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang