enam belas

2.2K 111 1
                                    

Setelah menghabiskan waktu di supermarket, akhirnya kedua pasangan suami istri ini sudah pulang. Hal pertama kali yang naura lakukan adalah selonjoran di sofa, dia tidak kuat lagi jika harus langsung menatap belanjaan pada tempatnya. Tubuhnya seperti akan copot, ternyata belanja bulanan semelelahkan ini.

Suara pintu tertutup membuat naura mengalihkan pandangannya. Azmi baru saja masuk, dia masuk bersama beberapa belanjaan baju milik naura.

Azmi menaruh paper bag di atas meja, dia ikut duduk di selah naura. Tangannya terulur membukakan kaus kaki naura, lalu menyimpannya di bawah sofa.

"Kamu mau aku bikinin minum?" Tawar naura yang sudah berdiri, lalu bergegas berjalan ke pantry.

Azmi mengangguk, dia minum apa saja yang dibuatkan. Tak lama datang satu ice matcha latte, naura menyetok matcha sachet'an, dia sangat menggemari matcha!

"Makasih cantik" Azmi meneguknya hingga setengah. "Enak" tak lupa pujiannya.

Naura mengangguk, tangannya menyapu rambut azmi yang berantakan. "Cape banget kayaknya" Serius, naura sebenarnya lo mulai suka apa belum sih?

"Enggak ko, biasa aja, capenya ilang kalo udah sama kamu"

Naura meroling matanya malas. "Becede banget!"

Azmi mengerutkan keningnya, "Apa itu?"

"Bukan apa apa" Naura berdiri, dia menatap azmi. "Ayo!" Ajaknya.

"Sebentar" Azmi mengekori naura dari belakang, dia mulai ikut membantu menata semua belanjaannya.

Naura berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia duduk di tepi kasur. Matanya memandang sekitar kamarnya, banyak yang berubah. Senyaman apapun disini, ini bukan kamar kecintaanya. Dan dari tempat ini dia sadar, bahwa dirinya bukan lagi naura yang merengek minta uang pada ayah bundanya.

Istri. Entah, setiap mendengar kata itu, hatinya seperti merasakan hal aneh. Selalu terdengar asing di pendengarannya.

Setelah puas menatap sekeliling kamarnya. Kini dia memandangi foto pernikahannya dengan azmi, sengaja naura cetak polaroid kecil. Lalu ia tempel di dekat lampu tidurnya, disana naura tersenyum seikhlasnya dan azmi terlihat bahagia sekali.

"Sayang banget lo harus dapet cewe kaya gue" Lirihnya, Setiap kali azmi memuji dirinya. Naura selalu merasa menjadi pembohong besar.

Tangannya tergerak mengambil sesuatu di laci naskah samping tempat tidur, tak sampai. Naura harus melakukan effort lebih dan turun dari ujung kasur.

Hanya sebuah album foto "Jahanam banget." Kekehnya saya melihat foto disana. "Gue jahat, gue kotor, dan semua hanya tau gue nakal. Benci banget sama mereka yang terlalu menilai gue dengan baik!" Naura kembali memasukan album foto itu.

"Gue ini siapa?"

"Azmi itu gak pantes dapetin gue, harusnya dari awal gue nolak! Dasar gak tau diri!"

"Lo terlalu kotor untuk azmi, nau!"

"Gue benci diri gue sendiri!"

"Gue belum berani bilang, maaf, Bahkan buat orang tua gue sendiri. Keterlaluan kan?"

Naura menjambak rambutnya frustasi, dia terisak di antara hampitan kedua tangannya. Ingatan tentang hancurnya kenangan masa lalu terputar jelas, naura menangis. Lagi, dan dia takut.

EnziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang