Alta dan Raihan
Tiba hari yang paling tidak disukai para siswa.
SENIN
Namun untuk pertama kalinya, Alta menyukai hari Senin yang ini. Karena Raihan mengantarkannya ke sekolah menggunakan mobil. Jadi Alta tidak perlu repot mengendarai motor dengan pelan dan takut kesiangan. Walaupun Senin ini Ia harus pergi lebih pagi, Alta tidak masalah asalkan itu dengan Raihan.
Kembali lagi bersama kami di Bandros! Bandung Radio's! Senin pagi gini pasti udah banyak temen-temen semua yang lagi ada di jalan menuju tempat kerja, sekolah atau bahkan pergi jogging?
Suara radio terdengar keras di dalam mobil Raihan karena tidak ada yang berbicara diantara keduanya. Raihan sibuk menyetir dan Alta sibuk menatap jalanan yang mulai penuh.
Diperempatan, banyak pedagang asongan yang menjual tisu, kopi, kanebo, masker, hiasan mobil dan ada pula pengemis.
Mereka mencari pundi-pundi uang untuk menyambung hidup.
"Rai," seru Alta sambil terus menatap anak-anak yang mengamen di tengah jalan. Lampu lalulintas masih merah, jadi Raihan dapat memfokuskan dirinya melihat Alta.
"Hm,"
"Anak itu enak banget ya, dia gak perlu mikirin sekolah, pertemanan, dan hal-hal rumit di keluarga. Dia cuma perlu cari duit buat makan terus main deh sama temen-temennya."
Keluh Alta sambil mengalihkan pandangannya ke Raihan yang juga menatapnya.
"Tapi mereka gak bisa ngerasain rasanya pake seragam sekolah dan pergi pagi buat menuntut ilmu. Sedangkan kamu, bisa."
Kata Raihan menyanggah pendapat Alta.
"Oh, oke. Terserah,"
Alta mengalihkan kembali pandangan nya ke arah anak-anak yang mulai meminta uang receh kepada pengguna jalan. Mereka mulai mendekati mobil Raihan, untuk meminta koin.
Kaca disamping Alta turun perlahan, membuat nya terkejut. Karena bukan dirinya yang menurunkan kaca itu, melainkan Raihan. Alta melirik sekilas ke arah Raihan dan kembali melihat para pengamen itu. Dari dekat, mereka terlihat sangat memprihatikan dengan baju lusuh dan wajah kotornya.
Alta mulai sekarang tidak akan iri lagi dengan mereka yang ternyata memiliki lebih banyak problematika kehidupan darinya.
Dari samping Alta, terlihat tangan yang terulur ke anak-anak itu. Memberikan mereka selembar uang kertas warna merah.
"Ambil semuanya, buat beli makan sama jajan. Jangan lupa bagi-bagi ke temennya ya," pinta Raihan dengan senyum tulus.
Wajah pengamen cilik yang semula terlihat lesu seketika berubah menjadi lebih cerah, sumringah.
"Terimakasih banyak, Kak!" Seru mereka bersamaan.
"Iya, sama-sama."
Alta hanya memperhatikan tanpa berkomentar sampai anak-anak jalanan itu menjauh dengan wajah ceria dan kaca disamping nya kembali menutup keatas. Lampu mulai berubah warna dari merah ke hijau. Raihan kembali fokus menyetir dan sesekali melirik Alta yang masih diam seribu bahasa.
Sebentar lagi mereka akan sampai di depan sekolah Alta. Padahal jam baru menunjukkan pukul 06:13. Namun mobil Raihan sudah masuk kedalam area parkir sekolahan Alta.
"Sampai," kata Raihan setelah memarkirkan mobilnya di tempat yang kosong. Alta kemudian melepaskan seatbelt nya dan memposisikan dirinya menghadap Raihan.
Kedua tangan Alta menengadah sambil menatap dengan tatapan memelas ke sahabatnya itu. Alis Raihan yang kanan terangkat, bingung dengan maksud Alta melakukan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hibernasi
Fiksi RemajaKisah tentang seorang Alta Cicilia Nadzari yang bodoh ketika SMA dan memiliki sedikit teman. Who knows? di balik semua itu, dulu dia adalah Nomor 1. Kisah ini juga tentang seorang Raihan Fadillah yang membantu dia 'bangun' dari Hibernasi panjang nya...