Satnight Surprise

13 3 0
                                    

Alta dan Raihan

Setelah Alta mengobati luka nya seperti biasa (karena hampir setiap hari Alta terluka), Ia langsung memasak nasi di rice cooker. Tidak terlalu ribet, hanya mencuci beras kemudian di simpan di rice cooker. Lalu Alta melihat jam di dinding yang ada di ruang makan. Jam sebelas siang.

Rutinitas hari Sabtu nya itu cukup menguras waktu dan tenaga, tapi itu salah satu kewajiban Alta sebagai anak tunggal untuk membantu Mamah nya dalam urusan rumah.

Kini badan Alta terasa lengket, keringat membanjiri tubuhnya terutama dahinya. Memikirkan sebentar tugas-tugas yang dilakukannya apakah sudah selesai semua atau belum.

"Nyuci, ngepel, mandiin suami istri, masak nasi. Em, tinggal baca novel!" Gumam Alta dengan dahi berkerut.

Jika sudah kosong semua task list nya, Alta pasti kerjanya baca novel. Bukan mengerjakan PR atau pun belajar untuk di sekolah nanti. Itu membuat kepalanya pusing, pikir Alta dari awal masuk SMA. Ia terlalu lelah menjadi siswi  yang rajin seperti saat dia SD atau bahkan SMP dulu.

Kini waktunya Ia hibernasi dengan malas-malasan dalam pelajaran dan juga tidur di setiap hari libur. Sebelum itu, Alta buru-buru untuk mandi dan keramas. Biasa, anak SMA sepertinya jika sudah sibuk dari Senin sampai Jumat untuk bersekolah pasti jarang keramas.

Seminggu Alta hanya keramas dua kali saja, di hari Rabu dan Sabtu. Makannya rambut Alta selalu kusam dan berminyak. Dan Alta terlalu acuh untuk mengurus nya, karena Ia sangat malas dalam hal apapun dimasa pubertas nya itu.

"Mah, kalo makanan nya udah mateng bilang ya. Cicil mau mandi dulu," teriak Alta

Alta segera mengambil handuk kimono dan menuju kamar mandi untuk merilekskan tubuh dan pikirannya.

Mamah yang menghampiri rice cooker, menggeleng-gelengkan kepalanya. "Makanannya udah mateng, tapi kalo kamu masak nasi kaya gini gak akan mateng sampai kiamat." Segera sang Mamah mencolokan kabel rice cooker ke sumber listrik, karena Alta hanya menyimpan beras yang sudah diisi air dan menutup nya tanpa melihat apakah rice cooker nya sudah menyala atau belum.

"Duh, anak satu itu..." ujar Mamah menggerutu.

***

Detik berganti menjadi menit lalu berubah menjadi jam. Kegiatan Alta sekarang hanya menonton televisi sambil tiduran dan ngemil snack yang selalu tersedia di rumahnya. Dengan piyama yang digunakan, bersiap segera tidur ketika selesai menonton.

Setelah satu toples habis, Alta pindah ke toples yang lain. Dan itu sudah menjadi ritual mingguan nya, padahal dirinya tadi sudah makan dua kali dengan dua kali tambahan yaitu saat menjelang dzuhur dan jam 5 sore.

Kini waktu menunjukkan pukul 7 malam. Di malam Minggu seperti ini, orang-orang yang seumuran dengan Alta pasti pergi main. Entah keliling jalanan di kota Bandung atau jalan-jalan di alun-alun, balaikota dan jalan Dago tempat dimana para manusia berkumpul untuk sekedar mengobrol dan bercanda ria.

Tapi Alta tidak memiliki teman yang dapat diajak untuk malmingan seperti itu, apalagi dirinya memang sangat malas untuk bangun dari kursi panjang tempat berseloroh kaki kemudian mengganti pakaian dengan style hypebeast seperti remaja pada umumnya.

Alta tidak suka menggunakan baju dengan style-style yang aneh atau apapun, karena kemana-mana Alta selalu menggunakan kaos berwarna-warna gelap dengan celana olahraga. Bisa dibilang, gaya berbusana nya ala-ala cowok cuek.

Toh, Alta tidak pernah pergi kemana-mana selama libur mingguan nya itu. Sudah beberapa tahun sejak Han-Han kesayangannya pergi melewati lautan.

Mulut Alta masih mengunyah kripik tempe, namun tangannya tetap memasukan kripik lain ke dalam mulut sambil matanya terus menonton drama Indonesia yang terlalu lebay tapi tetap Alta tonton karena ada aktor favoritnya yang muncul di dalam sinetron.

"Wah, gile. Aliandri emang ganteng gak ketulungan," puji Alta tanpa berfikir panjang. Karena Ia sama sekali terlalu malas untuk berfikir panjang, jadi Ia hanya berfikiran yang mudah-mudah dan pendek.

Seperti dikutip dalam film bertema anak sekolah tahun 90-an, 'Jangan dipikirin, berat. Alta gak akan kuat, biar orang lain aja .' dan hanya itu kata-kata yang pernah di simpan di memori otaknya selama menonton film. Karena saat menonton, Alta bukannya menonton tetapi bangun-tidur jadi dirinya tidak faham keseluruhan isi film tersebut.

Tok tok tok

Terdengar ketukan pintu rumah nya, namun Alta tidak menggubrisnya karena sedang fokus menonton sinetron melihat wajah tampan pemeran utama. Bukan untuk memahami isi ceritanya terapi meratapi ketampanan si aktor, karena sekali lagi memahami sesuatu itu butuh pemikiran ekstra bagi Alta.

"Tuh, kan. Ngedip doang bikin hati deg-degan!" Pekik Alta baper dengan hal yang menurut orang adalah kedipan biasa.

Alta yang semula selonjoran, dengan sigap terduduk kala pemeran utama pria itu tersenyum manis. "Sumpah, pengen pingsan tapi susah." Ok, kelakuan ajaibnya itu sangat-sangat bertolak belakang ketika di sekolah tempatnya menuntut ilmu. Eh tapi ilmu jangan dituntut, kasian nanti masuk penjara saking banyaknya yang nuntut. Makannya Alta tidak suka menuntut ilmu, karena hal itu.

Tok tok tok

Ketukan kembali terdengar ketika TV menayangkan iklan. Dan Alta baru sadar, Mamah nya hilang entah kemana sedangkan dirinya dari tadi di rumah sendirian. Alta menatap tajam pintu rumah nya walaupun hatinya berdegup kencang, takut ada penjahat atau bahkan mahkluk astral yang menjahilinya.

Tok tok tok

Lagi-lagi suara itu terdengar. Karena takut, Alta buru-buru mengecilkan suara TV sampai angka 0 dan mendekati saklar lampu. Tangannya dengan cepat mematikan lampu ruangan nya dan membiarkan lampu luar saja yang menyala.

Suara itu tidak terdengar kembali untuk beberapa saat. Jadi Alta mendekatkan diri ke daun pintu. Perlahan kaki telanjang nya membawa Alta sampai tepat disana. Sebelum Alta sempat melihat dalang dibalik pintu, sebuah ketukan kembali terdengar.

"Astaghfirullah!" Kaget Alta dengan sedikit tinggi.

"Permisi..." Sahut orang dari luar. Suaranya seperti laki-laki dengan tone yang berat.

"Gak ada orang di rumah!" Balas Alta, belum membuka pintu.

"Alta?" Tanya suara dari sebrang memastikan.

"Siapa ya? Aku gak kenal!" Bukankah tadi Ia bilang tidak ada orang di rumah? Tapi kenapa Alta tetap menjawab nya? Dasar aneh.

"Ini aku-" belum sempat melanjutkan, Alta memotong perkataan orang di luar rumahnya.

"Jangan sebut nama, aku gak kenal cowok. Ntar otak aku penuh karena udah nambahin nama orang di dalemnya!" Ujar Alta sambil menggeleng-geleng kepala.

"Permisi, bisa tolong dibuka dulu pintunya?" Pinta lelaki di luar.

"Enggak percaya,"

Minta apa, dikasih apa. Itulah Alta.

"Bukan orang jahat, tenang. Chill," balas orang itu seakan tau pemikiran Alta.

Alta pun perlahan membuka pintu yang sebenarnya belum di kunci itu. Lalu melihat siluet seseorang yang tinggi menjulang, hanya saja Ia tidak dapat melihat wajahnya karena samar.

"Siapa kamu? Aku gak kenal ternyata!" Tuduh Alta bersiap menutup pintu dengan rapat namun tangan pria itu menahannya.

Karena Alta yang lemah dan jarang olahraga, tenaganya kalah dengan orang asing itu. Pintu dengan mudahnya terbuka lebar, menampilkan sesosok pria yang berjalan santai masuk ke dalam ruang tamu yang gelap dan masih terus berjalan ke dinding. Alta hanya terpaku menatap kelakuan tamu tak diundang di tengah malam itu.

Clek

Ternyata lelaki itu menghampiri saklar lampu di dinding yang Alta tadi matikan.

Lampu seketika menyala dan menampilkan sosok remaja tampan dan "lebih keren dari Aliandri!" Pekik Alta dengan kedua tangan menutup mulut setelah matanya menyesuaikan cahaya.

"Hah? Siapa Aliandri? It's me, Raihan!" Kata lelaki itu yang ternyata Raihan, teman hidup Alta dalam 12 tahun terakhir.

HibernasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang