Bapak kamu tukang roti ya?
Kenapa?
Kamu sudah mengaduk-aduk hatiku😝Happy reading
.
.
.
.Rena sedang bersiap untuk berangkat ke GOR untuk pertandingan taekwondo antar mahasiswa. Semalam dia menginap di rumah dinas Arsa, dan hari ini mereka semua akan menonton pertandingan Rena. Sengaja Arsa dan Azalea mengambil cuti dua hari untuk menemani Rena.
"Ma, aku bolos ya, aku mau lihat kakak" Azalea menggeleng.
"No no no. Nanti Papa yanh jemput kalian, sekarang ayo sarapan. Kak, ini roti bakarnya untuk nanti dia sana" Rena berterimakasih dan memasukkan Tupperware kedalam tas ransel miliknya.
Setelah sarapan bersama, Rena diantarkan oleh Azalea dan Arsa menuju GOR. Para atlet taekwondo sudah berada disana, Rena memandang sekitar dan menemukan teman-teman satu kampusnya.
"Ma, Pa, kakak kesana ya" Arsa dan Azalea mengangguk, lalu Rena berlari ke tribun khusus atlet.
"Rena" seorang gadis melambaikan tangannya pada Rena yang sedang berjalan kearahnya. Zidan yang sedang sibuk mengamati nama-nama atlet yang bertanding, mengikuti arah pandang adik asuhnya.
"Rena, apa kabar?" Rena tersenyum dan memeluk gadis yang menyapa dirinya tadi.
"Alhamdulillah baik Far, kamu apa kabar?"
"Baik juga. Kamu ikut pertandingan?" Rena mengangguk, lalu dia segera pergi menuju teman-temannya yang sudah melambaikan tangannya.
Rena, akhirnya aku ketemu kamu. Batin Zidan bersorak.
Zidan terus memperhatikan Rena dari kejauhan. Memperhatikan bagaimana Rena berinteraksi dengan seorang lelaki sangat akrab dan membuatnya merasakan nyeri di dada.
Zidan terus mengamati Rena tanpa ingin mendekat. Tubuhnya ingin mendekat, tapi hatinya berkata jangan, biarkan dia sendiri dulu, dia butuh waktu untuk mengobati rasa sakit hati karenamu.
The ba saatnya Rena untuk bertanding melawan adik asuhnya sendiri Farah, gadis yang pernah menawarinya minum.
Rena sangat berbeda saat berada di gelanggang, seperti ada diri Rena yang lain yang kini bangkit untuk menjadi seorang pertarung sejati.
Fokus Rena, anggap aja dia Zidan, lo bisa mukul dia sepuasnya. Batin Rena menginterupsi.
Rena bergerak setenang mungkin, makin membuat Farah tak sabar diri, Farah menyerang Rena tapi lebih dulu Rena menjatuhkan dirinya. Semua penonton bersorak Sorai, tepuk tangan ricuh dari pendukung Rena menggema. Zidan tersenyum dibuatnya.
Bagus Rena pertahankan, semoga kamu bisa juara. Batin Zidan berdoa.
Farah menyerang penuh emosi, yang ada dipikirannya hanya ingin mengalahkan Rena. Tapi dewi fortuna tidak berpihak pada Farah. Rena lebih banyak menghindar dan mendapatkan banyak poin menyerang Farah. Farah begitu emosi.
Bugh
Satu pukulan mengenai mata Rena di menit terakhir babak kedua. Rena tersenyum smirk, meskipun terkena pukulan, taoi dia tetap menang melawan Farah.
Akbar membantu Rena berjalan menuju tribun, semuanya tak lepas sari pandangan Zidan. Azalea dan Arsa mendekati Rena.
"Tolong belikan es batu ya, ini uangnya" Azalea memberikan uang pada teman Rena yang kebetulan duduk di dekatnya.
Azalea memeriksa memar di mata Rena. Batu kali ini Rena mendapatkan luka memar di wajahnya. Arsa terlihat tidak tega, dia membelai luka memar itu dengan ibu jarinya.
"Anak Papa masih cantik kok" Rena terkekeh dan memeluk Arsa.
"Ini Tante esnya"
"Makasih ya" anak itu mengangguk. Azalea mengambil handuk kecil dan membungkus es batu itu dan mengompresnya di mata Rena.
"Biar saya aja tante" Azalea memberikan kompres ke Akbar.
"Ini tuh ditekan gini" Akbar sengaja menekan lebih keras dan mendapat geplakan di bahunya dari Rena. Akbar hanya tertawa terbahak, dia sangat senang sekali menggoda Rena.
Dari kejauhan Zidan bisa melihat kedekatan intim antara Rena dan Akbar, itu berhasil membuat hati Zidan berdenyut nyeri. Tangan Zidan terkepal melihat Akbar meniup mata Rena yang terpejam. Hatinya makin panas melihat adegan baper seperti itu. Kalau ini di film kartun, dipastikan kepala Seksi dan sudah berasap, dan uap panas kekuar dari hidung mancungnya, matanya berkobar api cemburu dan siap menerkam Akbar mentah-mentah.
Zidan memilih keluar untuk menyegarkan pikirannya yang kalut. Dia menghantam tembok untuk meluapkan kekesalannya. Mengatur nafasnya yang memburu untuk menghilangkan emosinya.
"Zidan?" Zidan menoleh dan mendapati Azalea berdiri disana.
"Astaghfirullah, tangan kamu kenapa? Sini Tante obatin" Azalea mengambil kotak p3k dari tasnya, dia membersihkan luka Zidan dengan tisu badah lebih dulu, memberikan obat merah yang membuatnya meringis kesakitan. Membalut lukanya dengan kasa.
"Kamu kenapa?" Zidan hanya meringis. "Ada masalah? Kalau Mama kamu tahu, dia bakalan marah lho" Zidan mengangguk dan tersenyum.
"Gak papa kok tante, tadi cuma latihan aja, terus jatuh" Azalea sebenarnya tidak percaya, tapi dia memaksakan senyum agar Zidan merasa lebih baik.
"Tante, saya boleh tanya sesuatu?" Azalea mengangguk. "Laki-laki yang bersama Rena itu siapa?"
"Dia Akbar, teman dekat Rena"
Jawaban dari Azalea membuat Zidan merasakan nyeri yang teramat sangat. Mencintai seseorang yang oernah dia sakiti, tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Selama bertahun-tahun dia mencoba mencari Rena dan sekarang dia melihat Rena tersenyum dengan Akbar membuatnya ingin mengikhlaskan Rena, tapi hati kecilnya menyuruh dia untuk bertahan. Rena pasti akan memilihnya.
Memilih?. Menengok saja tidak apalagi memilihnya. Kenyataan apa yang akan membuat Rena jatuh cinta padanya. Yang ada pasti rasa benci padanya dari diri Rena.
Zidan menghela nafas berat, ingin sekali dia menemui Rena mengatakan dia rindu padanya.
Zidan berdiri dan menguatkan hatinya agar menuju Tribun dimana Rena berada, dia harus mengungkapkan perasaannya pada Rena saat ini juga.
Langkah kakinya melambat Kala dia melihat Akbar duduk dekat Rena, mengusap kepala Rena yang tertutup hijab dan tertawa bersama Rena tanpa ada beban, tawa bahagia yang mampu membuat hati Zidan terkoyak-koyak. Zidan mengamati mereka dan tersenyum miris.
"Bahagia ya kakak?" Zidan menoleh saat melihat Melvi berdiri di sana. Remaja berusia 17 tahun itu menatap lurus kedepan, melihat kedekatan Rena dan Akbar, lalu memandang Zidan tajam. "Sudah cukup membuat kakak saya sakit hati karena perkataan anda. Jangan anda kira saya tidak tahu apa yang pernah Anda katakan pada kakak saya dulu. Saya adalah orang pertama yang akan maju kalau kakak saya menangis"
🔫🔫🔫
KAMU SEDANG MEMBACA
Invite my heart (Teredia E-booknya di Playstore)
RomanceMemandang wajahnya ketika bertemu adalah sesuatu hal yang membuat Renata bisa tersenyum, tapi dalam hatinya dia tersiksa ketika dia bersama perempuan lain. "sampai kapanpun gue bukan pilihan lo kak" Renata memilih pergi dan mencari keberadaan kakak...