Hari ini adalah hari terakhir mereka di Jogja, karena nanti siang mereka sudah balik. Mereka tidak ke mana-mana dan tetap di hotel sampai waktu keberangkatan. Ada beberapa yang sedang packing, ada beberapa yang masih tidur. Wonwoo dan Roa adalah beberapa dari mereka yang sudah rapi. Mereka sedang duduk di taman hotel sambil menikmati teh hangat yang disediakan oleh hotel.
"Gimana liburannya? Gak nyesel kan lo ikut?" Tanya Wonwoo lalu menyesap tehnya.
"B aja. Nyesel enggak, seneng banget juga enggak." Seperti biasa, Roa membalas perkataan Wonwoo dengan cuek.
"Cuma gue aja dong yang seneng?"
"Emang kenapa?"
"Gue bisa sedeket ini sama lo. Meskipun kita gak jauh dari kata adu mulut."
"Nu…" panggilan yang hanya Roa saja yang menggunakannya, karena yang lain pasti manggil Wonwoo atau Won saja ketika memanggilnya.
"Hmm?" Wonwoo menoleh ke arah Roa setelah memandang suasana pagi di hotel ini.
"Lo sayang sama gue?" Sebenarnya Roa malu untuk menanyakannya, tapi kalau tidak, dia akan meragukan dan akan terus mengabaikan perasaan Wonwoo.
"Hmm, gue sayang sama lo, Ro. Awalnya gue gak tau apa yang gue rasain ke elo, tapi selama gue kenal lo, gue juga belajar mengenai perasaan gue."
"Dan apa yang lo dapat?"
"Gue gak seneng kalau ngeliat lo sedih, gue gak seneng lo sakit, dan gue baru sadar gue udah ngelakuin hal yang gak gue seneng ke elo."
Roa memberikan senyum mengejek, kemudian kembali menjadi dingin seperti semula. "Terus? Lo diem gitu aja setelah ngelakuin itu semua ke gue?"
Wonwoo menggeleng mantap. "Gue bakal terus merasa bersalah ke elo dan minta maaf sebanyak yang gue bisa ucapin sampai lo merasa baikan ke gue."
"Cukup, Nu."
"Apanya?"
"Gue udah tau jawabannya."
"Jawaban apa?" Wonwoo tidak mengerti arah pembicaraan Roa mengarah ke mana.
"Jawaban atas perasaan lo. Gue boleh jawab sekarang gak?"
Wonwoo mengangguk pasrah. Dia sudah siap menerima penolakan dari Roa, karena dia sudah pernah mengalaminya satu minggu yang lalu. Dia cuma berharap semoga hubungannya dengan Roa akan tetap seperti ini meskipun dia tidak bisa sama Roa.
"Cari cewek lain."
"Hah?" Wonwoo bingung dong tiba-tiba Roa ngomong gitu.
"Banyak cewek yang bakalan bahagiain elo. Gue gak termasuk ke salah satunya, karena kita gak seakur yang lo pikirin."
"Gue nyaman kayak gini, Ro."
"Gue enggak! Gue sadar kalau selama ini kita berantem mulu. Gue sering ngehina elo dan lo sering bikin gue nangis. Kita saling memberikan luka masing-masing. Gue gak tau gimana cara ngubah perasaan gue ke lo selain benci."
"Oh gitu?" Wonwoo sudah malu untuk memaksakan hatinya pada Roa. Dia pasrah sama penolakan kedua yang diberikan Roa.
"Gue gak tau kenapa selama di sini lo baik banget ke gue. Jarang ngehina gue juga. Intinya kita jarang adu mulutnya lah. Gue masih gak terbiasa sama sikap lo yang kayak gitu karena selama kita kenal, lo gak pernah kayak gini."
"Karena gue sayang sama elo, Ro."
"Iya, gue gak tau kalau selama ini elo suka sama gue dan gue gak terbiasa itu. Jujur waktu lo baikin gue, gue goyah sama perasaan gue. Tapi sikap lo yang nyebelin itu gak bisa gue lupa daripada sikap baik lo yang baru lo tunjukin seminggu ini. Jadi mending cari cewek lain yang nerima lo apa adanya, Nu."
"Yaudah kalau itu keputusan lo, gue hargai. Gue bahagia Ro, bisa kenal sama lo selama ini. Jangan ngejauhin gue, ya… gue tau gue nyebelin banget ke lo." Wonwoo menunduk setelah mengucapkannya. Roa tahu kalau Wonwoo sepenuh hati ngomongnya.
"Nu…"
"Apa?"
"Gimana bisa gue nutupin perasaan gue ke elo kalau lo kayak gini?"
Wonwoo semakin bingung dengan ucapan Roa.
"Maksud lo gimana? Gue kayak gimana emang?"
"Lo lucu tau gak? Gue jadi makin sayang sama lo." Setelahnya Roa ketawa sendiri.
Mendengar kata sayang muncul dari mulut Roa membuat Wonwoo membelalakkan matanya kaget.
"Ro, gue gak salah denger?"
"Yang tadi gue cuma candain lo doang hahaha."
"Yang mana?" Wonwoo beneran serius sama omongannya Roa. Dia gak main-main sama perasaan.
"Ituuu… yang gue suruh lo cari cewek lain. Gue cuma bercanda. Habis reaksi lo lucu banget sih. Gemes gue jadi kebablasan godain lo."
"Jadi, lo juga sayang sama gue? Cinta gue gak bertepuk sebelah tangan dong?" Hawa-hawa bahagia dari wajah Wonwoo.
"Setdah bahasa lo dah kayak sinetron aja. Iyaa Nu… lo berhasil ambil hati gue dalam seminggu. Pake dukun mana lo?"
"Gaada yang bisa nolak gue, Ro. Lo aja yang kelainan gak suka sama gue."
"Dih! Nyesel gue nerima lo." Kemudian Roa tertawa lagi, Wonwoo yang ngelihatnya jadi pengen ketawa juga.
🌵🌵🌵
20 September 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
RIBUT (Wonwoo & Roa) [END]
Cerita PendekTemen sekampus, sejurusan, tapi beda angkatan. Kerjaannya ribut mulu sampai dosen-dosen hafal kalau ada rame-rame di koridor pasti pelakunya Wonwoo sama Roa.