🕸️2🕸️

8K 1.3K 157
                                    

Pagi ini Haechan berjalan ke kelasnya dengan sangat pelan. Matanya dari tadi bergulir ke sekitar. Memandang setiap siswa laki-laki yang lewat. Mencoba mencari seseorang.

Jaemin yang berjalan di belakang Haechan jadi gemas sendiri. Dia baru saja memasuki gerbang sekolah ketika Haechan yang biasanya datang sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi malah datang lebih pagi darinya hari ini. Yang lebih mengherankan lagi adalah, ketika Haechan berjalan dengan sangat-sangat lambat seperti siput. Rasanya Jaemin ingin mendorong Haechan saking gemasnya. Maka, dengan gerakan yang sangat halus, dia berjalan mengendap-endap sampai bisa menggapai Haechan. Pada akhirnya dia memilih menutup mata Haechan daripada mendorongnya.

"Yaa!!! Siapa ini?!" teriak Haechan heboh sambil meraba-raba. Yang malah membuat Jaemin terkikik geli.

"Jaemin?" tebak Haechan.

"Aniyooo..." Jaemin memberatkan suaranya. "Ahhh... Aduh duh... Jangan cubit..." rintih Jaemin saat Haechan mencubit tangannya dengan sangat keras.

"Sudah kuduga" balas Haechan malas. Jaemin hanya terkekeh menyebalkan. "Kau mengganggu" ucap Haechan sambil kembali memandang ke sekitar.

"Mencari siapa?" tanya Jaemin. Dia ikut-ikutan memandang ke sekitar.

"Eung..." Haechan menggigit bibir bawahnya sambil menimbang-nimbang sebentar. Haruskah dia memberi tahu Jaemin?

"Mark?" ucap Haechan tak yakin.

"Mark?" ulang Jaemin.

Haechan mengangguk.

"Siapa itu? Aku tidak kenal"

Haechan menghembuskan nafas kasar. Sia-sia dia memberi tahu Jaemin. Dia kira Jaemin mengenal Mark dan akan menunjukkan wajahnya pada Haechan.

"Sudahlah... Ayo ke kelas"

"Hey! Kau berhutang cerita padaku!"

"Makanya... Cepat"

***

Semuanya dimulai ketika Haechan pulang dari les piano. Hari itu Haechan pulang dari tempat kursus pianonya agak malam karena guru lesnya menahan seluruh anak didiknya untuk makan malam dengan alasan ulang tahun anaknya. Tidak ada alasan bagi Haechan untuk menolak tawaran itu bukan? Meski sebenarnya Haechan sedikit takut saat pulang di malam hari. Salah satu daerah di rute jalan pulangnya sudah cukup terkenal dengan kejahatannya. Dari kabar yang sering Haechan dengar daerah itu selalu menjadi tempat perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, pembulian sesama anak sekolah, dan macam-macam kejahatan lainnya yang tidak bisa Haechan sebutkan.

Ketika Haechan keluar dari tempat lesnya, tiba-tiba ibunya menelepon. "Yeoboseyo... Eomma waeyo?"

"Haechan-ah... Eomma minta tolong sesuatu..."

"Minta tolong apa?"

"Bisa tolong ambilkan uang tunai di ATM? Eomma sudah mengirimkannya ke rekeningmu... Sekalian berikan uang itu untuk bibi kim ya..." bibir Haechan mengerucut. Yah, semakin malam dia pulang. "Nanti eomma beri bonus di rekeningmu" seakan mengerti keengganan Haechan, ibunya menambahkan perkataannya.

"Siap eomma!" nah, kalau begini kan Haechan tidak keberatan. "Jumlahnya?"

"Nanti eomma kirimi pesan lagi"

"Oke"

"Oh iya, harus sampai di rumah bibi malam ini ya... Karena bibi kim sangat membutuhkannya"

"Oke"

"Ya sudah, cepat pulang setelahnya... Jangan mampir kemanapun"

"Oke"

Spiderma(rk)nTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang