Seminggu sejak kejadian di gudang, Mark kembali masuk sekolah setelah beberapa hari istirahat total di rumahnya. Tubuhnya benar-benar hancur karena terkena hantaman kursi kayu. Beruntung Johnny mengurusnya dengan telaten. Sumpah, rasanya Mark mau memanggil Johnny hyung dengan sebutan Daddy saja karena merawatnya seperti anak sendiri. Sayangnya dia tidak mau terlihat kinky.
Mark memutuskan masuk sekolah hari ini karena dirinya merasa khawatir terhadap Haechan. Mengabaikan beberapa memar pada wajahnya yang masih terlihat jelas. Pujaan hati Mark itu baik-baik saja kan? Dia tidak trauma kemudian pindah sekolah kan? Tidak diganggu oleh gerombolan Lucas lagi kan?
Langkah kaki Mark terhenti saat memasuki kelas. Nafasnya terhembus dengan lega saat melihat Haechan duduk di bangkunya seperti biasa. Tertawa kecil bersama Jaemin seakan tidak pernah menjadi korban pelecehan. Syukurlah...
"Eoh, pagi Minhyung..." sapa Haechan ramah.
"Pagi juga, Haechan" balasnya sambil tersenyum. Membuat Haechan dan Jaemin terdiam dan memandangnya sedikit terkejut.
Sadar dengan ekspresi dua orang di depannya, Mark buru-buru menghilangkan senyumnya. Dia melewati Haechan dan Jaemin begitu saja. Memasang wajah datar seperti biasanya.
Bahkan saat Mark sudah duduk di bangkunya, Haechan dan Jaemin masih sedikit mencuri pandang kearahnya. Mark mengabaikannya dengan pura-pura membuka buku latihannya.
Dalam hati Mark tidak berhenti merutuki dirinya sendiri karena sudah kelepasan. Tiga kata dan sebuah senyuman. Pasti terlihat sangat aneh bagi Haechan dan Jaemin. Minhyung tidak pernah bertingkah seperti itu.
"Kau tidak merasa aneh?" Jaemin berbisik pada Haechan. Mark tidak bisa mendengarnya karena terlalu lirih.
"Minhyung tidak masuk selama seminggu dan kembali dengan penuh luka"
"Lalu?" tanya Haechan.
"Kau sungguh tidak merasa aneh?! Dia juga membalas sapaanmu kelewat panjang dari biasanya"
Haechan membulatkan matanya sebagai respon. "Kau benar! Minhyung bertingkah aneh. biasanya dia selalu pendiam. Apa mungkin dia..."
Jaemin mengangguk. "Beberapa hari terakhir dia selalu mendapat memar di wajahnya. Kalau tidak salah, semenjak dirimu ditolong spiderman jadi-jadian itu"
"Yaaa!!!" Haechan berteriak terlampau keras. Membuat semua orang yang berada di kelas memandanginya. Dengan sedikit malu-malu dia tersenyum sungkan.
"Dia bukan Spiderman jadi-jadian!" tegasnya dalam bisikan. "Dia itu Spidermark! Pahlawanku"
"Ya, ya, ya, terserah saja. Kita sedang membahas Minhyung" Jaemin mencoba mengingatkan kembali pembahasan awal mereka. "Jadi, apa menurutmu aku harus menanyakan pada Minhyung secara langsung atau mencari tahu sendiri? Aku sungguh penasaran"
"Tanyakan saja"
Oke! Mendapat dukungan dari Haechan secara langsung membuat Jaemin berputar menghadap ke arah Mark. Mark sendiri merasa terkejut saat mendapati pandangan penuh selidik dari Jaemin dan Haechan.
"Hei Minhyung, aku boleh tanya sesuatu kan?" Jaemin berbicara to the point.
Membuat Mark mengangguk dengan gugup karena di depannya juga Haechan sedang memandanginya. Ouh.. Kenapa tatapan ingin tahu itu terlihat begitu polos?! Mark jadi harus menahan dirinya untuk tidak mencubit pipi gembil Haechan.
"Seminggu ini kenapa tidak masuk?"
Mark terdiam. Kenapa harus pertanyaan itu? Mark tidak mungkin bilang kalau dirinya sedang istirahat karena tubuhnya remuk akibat berkelahi dengan Lucas dan anak buahnya kan? Lagipula mereka berdua juga tidak akan percaya. Dan Mark sendiri belum siap bertemu Haechan sebagai sosok pahlawan yang keren, alih-alih teman sekelasnya yang selama ini pendiam dan kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spiderma(rk)n
RomanceMark, remaja biasa-biasa saja yang sangat menyukai karakter Spiderman. Bagaimana jika suatu hari dia harus bertindak seperti spiderman sungguhan untuk menyelamatkan orang yang disukainya? . . . Markhyuck/Markchan