"Minhyung?!"
"Haechan?"
"Ah.. Maaf Minhyung, haha sepertinya aku salah orang" ujar Haechan sambil tertawa kecil. Terlihat sedikit malu.
Mark bergumam paham. Bagaimanapun, Mark merasa terkejut. Niatnya pergi dari lapangan tadi karena ingin menghindari Haechan. Tapi yang dihindari malah berada di depannya sekarang. Tuhan bercanda sekali. Kalau memang tidak ingin menjadikan Haechan kekasihnya, setidaknya jangan membuatnya sering bertemu dengan Haechan. Kalau begini kan Mark jadi berharap Haechan benar-benar jodohnya.
"Hey, Minhyung! Apa kau tadi melihat seorang pemuda memakai topi putih seperti dirimu?" Haechan bertanya.
"Tidak" jawab Mark.
"Hah... Aku kehilangan jejaknya lagi" keluh Haechan sambil menunduk lesu. "Sepertinya aku harus menyerah hari ini"
"Kau sedang mencari seseorang?" heran Mark. Bukannya tadi Haechan datang bersama Jaehyun hyung. Lalu kenapa sekarang malah berkeliaran mencari seseorang? Apa dari tadi Mark salah lihat? Sepertinya tadi benar-benar Haechan. Mark tidak mungkin salah mengenali orang yang disukainya.
"Yah.. Tidak sengaja mencari sih. Kau sendiri? Sedang apa?" tanya Haechan kembali.
Sedang apa? Tidak mungkin Mark menjawab 'lari darimu, aku ingin move on' kan? "Aku..."
Haechan menatap Mark, menanti jawaban.
"Aku... Sedang mencari udara segar. Ya, semacam itu" alasan macam apa ini Mark?
Haechan membulatkan bibir sambil mengangguk-angguk. "Sendirian saja?" tanyanya lagi.
"Ya"
"Mau kutemani?" tawar Haechan.
"Hah?!" Mark tidak salah dengar?
"Mau kutemani?" ulang Haechan kembali. Mungkin ia pikir Mark tidak mendengar ucapannya yang pertama. Padahal sebenarnya tidak perlu mengulanginya kembali. Kalau diulang lagi kan Mark jadi semakin tidak memercayai pendengarannya. Semuanya malah seperti mimpi.
"Kau, tidak jadi mencari seseorang?" tanya Mark.
Haechan menghembuskan nafas panjang kemudian mengangkat bahu. "Mau bagaimana lagi. Dia sudah hilang. Kembali menemui kenalanku juga akan canggung. Lebih baik aku menemanimu saja" senyum Haechan di akhir kalimat.
Membuat Mark goyah untuk menjauhinya. Senyum Haechan itu racun sekali. Kalau begini bagaimana bisa Mark berpaling.
"Tidak keberatan kan kalau aku menemanimu? Oh, atau bisa dibilang kau yang menemaniku?" kekehnya.
'Atau saling menemani? Seperti kencan begitu?' batin Mark. Tapi cepat-cepat dia usir bayangan menyenangkan itu. Sepertinya mimpi Mark terlalu tinggi. Dia lupa kalau perkataan Haechan di sekolah tadi sudah menghancurkan hatinya. Ingatlah Mark! Haechan sudah menyukai orang lain. Dia tidak akan pernah menyukaimu. Jangan berharap sesuatu yang mustahil. Dia memperingati diri sendiri.
"Aku sedang terkunci diluar karena pintu apartemenku rusak. Dan aku malas menemui Jaemin dan Renjun" tambah Haechan sambil menendang-nendang kerikil kecil saat melihat Mark masih terdiam atas tawarannya tadi.
"Baiklah" putus Mark. Pada akhirnya Mark tidak akan bisa, dan tidak mungkin bisa mengabaikan Haechan. Mari menyebut Mark sebagai budak Cinta.
"Yeay!! Terimakasih Minhyungg..." Ucap Haechan sambil memeluk lengan Mark. Sepertinya itu merupakan kebiasaan Haechan ketika sedang senang karena seseorang menuruti keinginannya.
Kebiasaan yang sialnya sangat menyusahkan kerja jantung Mark saat ini. Tuhan, jangan sampai Mark mati muda.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Spiderma(rk)n
RomanceMark, remaja biasa-biasa saja yang sangat menyukai karakter Spiderman. Bagaimana jika suatu hari dia harus bertindak seperti spiderman sungguhan untuk menyelamatkan orang yang disukainya? . . . Markhyuck/Markchan