Pergi

512 19 0
                                    

Setelah kejadian kemarin, aku mengakui bahwa Alvin adalah sahabat baikku. Aku memahami kondisinya.

Setelah permintaan maaf Raka kemarin ternyata tak membuat niat Alvin dan keluarga pindah lagi. Karena seperti dugaanku Alvin kembali trauma.

Demi kesehatan dan keselamatan Alvin akupun menyetujui kepindahannya itu.

Yang aku tak mengerti adalah kekasihku, Raka. Ia cemburu buta lagi karena kemarin saat aku mengantar Alvin dan keluarganya ke bandara. Aku sempat memberikan nasihat dan juga saran-saran baik dengan tujuan akan dipahami dan dilaksanakan oleh Alvin dikemudian hari. Aku berharap Alvin bisa hidup layaknya remaja lelaki pada umumnya.

Pada saat itu memang Raka tidak menampakkan diri karena aku yang memohon agar Alvin tidak takut. Bukan berarti Raka tidak ke bandara, justru ia terus mengawasiku. Hingga detik-detik pesawat akan berangkat Alvin yang menahan tangisan pun pecah sudah. Ia memelukku sambil terisak dan mengecup bibirku pelan diakhir pertemuan kami, ia berjanji akan sembuh dan memintaku untuk menunggunya. Setelah itu tanpa menunggu jawaban dariku dia melangkahkan kaki menjauhi aku.

Aku yang sedikit shock masih belum menyadari bahwa Alvin yang tengah menciumku disaksikan oleh Raka. Aku memang tidak melepaskan kecupan itu karena aku tak menyangka. Ku kira pelukan perpisahan sahabat masih bisa di mengerti. Walaupun bagi Raka pelukan itu sama dengan berbagi, aku masih bisa memberi pengertian. Tapi ini? What The Hell? Auto ngambek deh.

Setelah tidak melihat Alvin lagi aku memutar tubuhku menuju tempat dimana Raka menungguku. Dan benar dia sedang menangis.

***

Sudah dua hari setelah kejadian bandara, Raka tidak pernah menghubungiku lagi.

Sudah puluhan pesan dan telponku diabaikannya.

Selain itu, ketika aku ke rumahnya pun. Ia selalu mengunci diri.

Orang tua Raka sedang ke kuar kota, dan belum mengetahui hal ini. Bibi dirumah itu pun selalu menghubungiku pasalnya Raka belum memakan apapun dan tidak keluar kamar sama sekali. Jadi keputusanku sudah bulat aku akan menemuinya apalun yang terjadi.

Ketika bibi datang dengan membawa kunci cadangan yang langsung diserahkan kepadaku. Aku langsung bergegas membuka pintu.

'OMG!! Sepertinya sudah terjadi badai disini. Berantakan sekali'

Aku masuk ke kamar yang gelap gulita karena lampunya tidak dinyalakan. Ku arahkan pandanganku pada sesosok yang sedang tidur dengan bibir pucat dan juga rambut berantakan, tak lupa mata bengkak seperti terlalu lama menangis dihiasi hidung yang nampak kemerahan. Entah sudah berapa lama ia menangis.

Setelah menyuruh bibi menyiapkan makanan tadi ia segera meletakkannya dinakas. Berjalan membuka gorden kamar agar cahaya dapat masuk, menghidupkan AC ke suhu normal. Bibi baru saja selesai membereskan keadaan kamar yang beranyakan dibantu supir dan penjaga taman.

Aku duduk disamping ranjang Raka, mengecek suhu di dahinya yang hangat. Sepertinya Raka dehidrasi karena bibirnya pucat dan kering. Aku mengecupnya pelan.

Samar-samar aku mendengar suara lirih Raka dalam tidurnya yang membuatku sedih.
'Salsa aku mohon jangan pergi sayang, aku cinta kamu, jangan, kembali sayang, akhhh...'

Aku mencoba membangunkan Raka dengan perlahan, menggenggam tangannya dan memanggilnya hingga akhirnya mata itu terbuka dan langsung memelukku sambil terisak.

"Hiks.. hiks... kamu jahat, kamu mau pergi" ucapnya.

"Enggak sayang, aku disini kamu cuma mimpi" jawabku sambil menatap matanya.

"Tapi kemaren hiks.. kamu hiks.. dipeluk terus dicium dia!! Aku gasuka aku gamau pokoknya gaboleh"

"Iya sayang aku minta maaf ya, aku gatau kalo dia mau lakuin itu. Lagian aku mau jelasin kamunya ngehindar terus. Jadi kurus deh pacar aku ga ke urus 2 hari ini"

"Kalo gitu kamu harus dihukum"

"Yah jangan dong, aku gamau dihukum, takut"

"Hukumannya kamu harus nginep disini, urusin semua kebutuhan aku terus kamu cium sama peluk aku soalnya aku kangen"

"Hm iyadeh aku turutin, lagian siapa coba yang menghindar segala? Tapi aku punya syarat juga" godaku.

"Iya aku yang menghindar tapi itukan gara-gara kamu, syaratnya apa?"

"Kamu harus turutin semua yang aku minta oke? Sekarang kamu makan, terus minum obat, jangan lupa mandi yang terus kamu juga harus minum yang banyak liat kamu dehid..."

Cup

Raka mengecup Salsa agar menghentikan omelannya. Setelah berhenti, ia melumat bibir itu dengan lembut dan, menarik badan Salsa agar duduk dipangkuannya.

"Iya sayang, semuanya aku turutin."

Vote ya 🙏

I Purple You 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang