Aku adalah aku yang selalu berbisik bahwa diriku baik-baik saja. Hanya sebuah cetakan manis yang selalu menemaniku menikmati indahnya surga duniawi ini. Bukannya aku tak mengizinkan siapa pun menyapa dan menggedor hatiku. Hanya, aku masih gamang tentang rasa yang selalu menghantuiku setiap malam. Seakan seperti mengancamku dengan hembusan angin yang mematikan. Aku sadar bahwa aku tak bisa lari dari kenyataan. Kenyataan yang membawaku dalam jurang yang tak memiliki kepastian dalam. Aku tau aku bodoh masih tak ingin beranjak meninggalkan sebuah kenyataan yang membawaku dalam kepahitan. Siapapun itu pasti bilang aku bodoh dan aku tau itu. Nyatanya, aku masih terbelenggu dengan kenangan yang menurutku sudah tak bisa lagi rapih seperti dulu. Gelas yang pecah mungkin masih bisa kembali direkatkan, tapi bukan berarti tidak ada celah dalam rekatan itu bukan?. Sekali dihancurkan dan tak kan ada lagi rumah untuk pulang di diriku. Aku adalah seorang wanita yang berusaha tegar. Menantang derasnya hujan dan kabut malam. Aku merasa tidak sendiri. Ada bintang, bulan, dan langit yang selalu ada untuk tempatku bersandar. Karna aku sadar, kau tak bisa kuraih apalagi ku genggam. Karna kata kita hanya dulu, sebagai pemanis buatan yang bisa tergantikan. Aku tak tau kapan ini bermula dan berakhir, karena aku langsung terbawa arus deras percintaan yang membutakan dan mengasyikkan. Sampai ku tak sadar bahwa akhirnya kita hanya akan jadi orang yang tak saling mengenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Rasa
Não FicçãoSebuah rasa yang mudah datang yang sulit lenyap. Meninggalkan bekas yang amat sulit dihapus.