((Play Mulmed))
..
Kamila tidak pernah mengira jika berkumpulnya mereka saat ini menjadi saat-saat paling mengharukan dalam hidupnya. Dokter memang tidak bisa mengupayakan apa yang menjadi keinginan dirinya dan sang suami, namun kedatangan sahabat-sahabat yang memenuhi kediamannya saat ini menjadi obat yang dapat mengurangi kesedihan yang tengah ia alami.
Dirinya butuh waktu saat Faraz mengatakan jika Rio ingin membesuk kala itu. Namun setelah memutuskan untuk menetap di Surabaya sementara waktu, siang ini ada banyak keluarga yang berkumpul.
Faraz sengaja datang kemarin malam karena di grup chat telah beredar paksaan jikalau para istri ingin bertemu dengannya dan Kamila. Katanya tidak baik kalau tidak saling menjenguk, anggap saja ini acara reuni karena sudah lama tidak berkumpul dengan formasi lengkap.
Lalu siang ini, ada Drupadi yang terlihat bahagia tatkala menggendong anaknya Rio. Ardan sibuk dengan dua keponakannya. Narendra datang menyusul bersama Ayana dan si kecil, sedangkan Amelia datang bersama Ananta lengkap dengan si sulung yang selalu satu paket dengan putranya Narendra. Sepertinya dunia tidak lengkap kalau Salma tidak bermain dengan Haikal.
Kemudian di tengah keributan yang ditimbulkan anak-anak, datanglah Bimo yang langsung melempar candaan ala bapak-bapak. Kali ini Kanaya serta Aslam tidak dalam mode tidur, kakak sepupunya Drupadi itu malah konsultasi parenting dengan istrinya Narendra.
Intinya para bapak-bapak serta ibu-ibu membuat kerumunan sendiri. Para lelaki di teras rumah, istri-istrinya di ruang keluarga sembari mengawasi anak-anak yang sudah duduk lumayan rapi menonton film kartun yang diputarkan si empunya rumah.
Kamila mengamati satu per satu tamu yang datang, dirinya tidak boleh banyak bergerak memang, namun rasanya gatal kalau tidak meladeni para tamu. Meski Faraz ingin melarang, namun Kamila bersikeras ikut menyiapkan makan siang untuk Drupadi dan sahabat-sahabatnya.
"Dru belum cerita loh kayak gimana umrahnya kemarin." Adinda mengambil sang putri dari gendongan Drupadi untuk disusui.
"Udah dua bulan yang lalu, rasanya kayak baru kemarin." Kalau disinggung soal kepergiannya ke Baitullah, Drupadi sangat senang sekali.
"Pasti kangen pengen balik ke sana?"
Drupadi mengangguk. "Rindu banget. Masha Allah banget Mbak Aya, semua orang berbaju putih ihram mengelilingi Ka'bah tanpa ada jeda. Mungkin memang benar kalau di muka bumi ini kumandang Adzan gak pernah berhenti. Kayak magnet gede yang menyedot doa-doa para umat terus berusaha secepatnya dikabulkan."
"Kemarin doaku udah disebut di sana, Dru?" Kanaya yang ingin menambah momongan sengaja meminta doa khusus mengingat usianya yang lebih dari tiga puluh tahun.
"Udah mbak, semua doa yang dititipin udah Dru ucapin di sana. Doanya Papa, Mas Naren, Mbak Aya, Mbak Ana, Mas Rio, Mbak Jisu. Mas Bimo gak titip doa sih tapi Dru doain semua sehat. Terus doain buat orang tua kita. Dru sempetin umrahin Mama juga." Drupadi beralih menatap ke samping pada wajah Kamila. "Dan doa untuk Dru sama Mbak Ila yang utama."
"Doa aku sama kamu masih sama." Kamila meletakkan cangkir teh, ditatapnya lembut istrinya Ardan. "Insha Allah doamu dikabulkan di waktu yang tepat."
Drupadi memeluk tubuh Kamila, dikecupnya pipi kiri perempuan yang tengah berjuang melawan kanker ovarium tersebut. "Kayaknya pas minta banyak doa di sana, rasanya bersalah banget. Selama ini kita maunya dikabulkan semua permintaan, padahal kadang pintanya Allah saja belum tentu kita kabulin. Di situ Dru kayak ngrasa kecil banget. Kayak apa ya..? Allah udah kasih banyak kebaikan buat Dru tapi Dru belum bisa penuhi semua kewajiban, sunnah yang Allah perintahkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mijil [Macapat Series]
Romance[Tamat] 2nd Book of Asmarandana Sifat Mijil adalah welas asih, pengharapan, laku prihatin dan tentang cinta. Tembang macapat Mijil banyak digunakan sebagai media untuk memberi nasihat, cerita cinta, dan ajaran kepada manusia untuk selalu kuat dan ta...