Princess in the tower.

1.9K 73 1
                                    


Disclaimer to MK

Greenland, 6 Desember 2019

Sakura menghela nafas bosan. Hujan turun rintik-rintik meninggalkan tanah yang tampak berkilau karena basah.

Udara dingin membuat kaca berembun. Dari jendela berteralis didalam, dia menulis sesuatu. Yang akan terlihat hanya jika hujan turun dan suhu udara membekukan.

Sakura terkekeh kemudian. Melangkah ke perapian yang menyala dengan sinarnya yang menghangatkan. Sakura menjinjing gaunnya. Tidak ingin gaun malamnya terseret di lantai dan kotor. Gaun bewarna biru terang adalah favoritnya. Dia menyukai warna yang cerah. Tidak terlalu suram.

Sakura menyalakan api di lampu minyak yang tertempel di tembok. Ruangan itu sedikit lebih terang. Selain sinar bulan yang menerobos melalui jendela. Membuat kulitnya bersinar ketika terbias.

Sakura melangkah ke sudut ruangan. Mengambil pengki dan alat pel. Menggosok bercak merah yang menempel di lantai kayu. Sakura mendecih ketika melihat setitik noda terciprat di pajangan dinding dan karpet putih susu. Sakura mengambil pembersih lantai dan mulai menggosoknya  lagi hingga benar-benar bersih dan tidak meninggalkan warna yang dapat merusak pemandangannya.

Sakura mengambil kantung hitam besar yang selalu dia sediakan untuk kegiatan rutinnya. Dua pack plastik yang dia beli dua minggu yang lalu hanya tersisa beberapa lembar. Membuatnya mau tidak mau memotong lengan, kaki dan kepala beberapa orang yang tergeletak dengan pisau dapur. Menjadikannya satu kantung kemudian mengikatnya kuat-kuat agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

Mengabaikan raut beberapa kepala terpotong yang menatapnya nyalang. Sakura melanjutkan eksekusinya dengan mencongkel mata ketiganya dan meletakkannya di baki perak. Setelahnya dia beralih pada bagian dada, dengan cekatan Sakura mengambil pisau bedah, memotong tulang rusuk dan memulai memilah dengan cermat apa yang tersaji di dalamnya.

Sakura mengomel pada tubuh pertama, mengatakan bahwa merokok tidak baik untuk kesehatan. Terutama paru-paru. Akhirnya dia hanya mengambil kedua ginjalnya dan jantungnya. Meletakkannya di tabung khusus yang sudah di isi cairan.

Beralih pada mayat kedua, Sakura tersenyum cerah melihat semua organnya masih berfungsi dengan baik.

"Aku tidak tahu kau orang baik. Sayang sekali. Seharusnya aku membunuhmu dengan baik juga."

Sakura mengendikkan bahu, dan mulai bersenandung riang.

Beralih pada tubuh ke tiga. Sakura berdecak keras ketika pertama membuka tulang rusuknya.

"Kau benar-benar tidak tetolong. Hidup menjadi pecundang, matipun tidak berguna."

Sakura kesal dan memasukkannya kedalam kantung kemudian menyiramnya dengan cairan pembersih lantai.

"Menjijikkan." Dengusnya.

Beralih ke mayat pertama, dia memasukkannya kedalam kantung dan menuangkan alkohol murahan kedalamnya.

"Aku berterimakasih. Tapi hanya ini yang pantas untuk ginjal dan jantungmu." Sakura memberikan sedikit penghormatan untuk kantung ke dua.

Kemudian beralih ke kantung selanjutnya dimana hampir semua organ dalamnya tidak tersisa. Menyisakan kerongkongan kosong dengan usus terburai.

Sakura menuangkan wine berkualitas tinggi pada gelas berkaki kemudian mencuci tangan dan duduk di sofa dengan tenang. Memandang badan terakhir yang telah di bungkus kantung plastik meski belum diikat rapat itu dengan senyum tulus.

"Terimakasih." Ucapnya kemudian menuang wine mahal ke dalam kantung plastik dan mengikatnya.

Membereskan semua kekacauan yang di buatnya dengan cepat dan menekan bel di samping pintu.

Kakinya melompat kecil dan dengan senyuman cerah meletakkan toples-toples di meja dorong kecil mendekatkannya kearah pintu. Bibirnya terus bersenandung dengan lagu yang sama.

Twinkle-twinkle little stars,

How i wonder what you are

Pintu diketuk. Sakura menyisir rambut sebahunya agar terlihat rapi dan memandang pria berhelaian perak di balik pintu dengan senyum cerah.

"Kashi, apakah sudah pagi?"

Kakashi melirik arloji di pergelangan tangannya dan memandang kantung-kantung di belakang Sakura dengan sendu.

"Dua jam lagi. Kurasa."

Kakashi secepatnya mengangkut kantong-kantong plastik keluar kamar dan menarik meja dengan toples-toples di atasnya.

Kakashi ingin beranjak pergi sebelum tangannya di tahan jemari mungil yang menatapnya dengan penuh harap.

"Apa ada telpon untukku?"

Kakashi menatap emerald yang berbinar itu dengan kosong. Dan dengan alis menukik dia menggeleng lemah.

"Belum."

Sakura tersenyum manis yang dimana sangat menyesakkan untuk Kakashi.

"Sepertinya mereka belum bangun. Ini terlalu pagi ya Kashi?" ucapnya polos.

Kakashi tau. Gadis ini tidak sedang mencoba pura-pura bersikap naif atau berusaha tidak tahu.

Sakura benar-benar hanya gadis polos.

"Ya. Mungkin kau perlu membaca buku lagi?"

Raut sendu Sakura berubah cepat. Dengan anggukan kuat gadis itu tersenyum sehangat mentari. "Iya. Aku ingin. Bawakan aku buku baru Kashi."

Setelah mengatakannya Sakura berbalik dan melompat kecil ke ruangannya. Sekali lagi pintu otomatis tertutup menyimpan segala cerita mengenai apa yang di dalamnya. Kakashi berbalik dengan raut lebih sendu. Samar dia mendengar suara Sakura bersenandung.

Twinkle-twinkle little stars,

How i wonder what you are,

Up above the world so high,

Like a diamond in the stars.

Tbc.

RapunzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang