Infinity

214 29 3
                                    

"Yo. Kakashi Hatake. Kesini cepat, pertunjukannya hampir mulai lho ..."

Obito Tomura ini memang makhluk yang luar biasa. Di tengah musim wabah yang luar biasa dirinya malah mengenakan APD lengkap hingga membuat semua orang menyingkir dari jalannya di keramaian. Kakashi tahu, pria ini sengaja ingin menteror orang minoritas yang kurang memiliki empati kepada sesama manusia dan hanya memikirkan keselamatan dirinya sendiri. Seolah tidak bisa mati. Kakashi mendengus.

"Bertemu di tempat umum seperti ini. Seperti bukan dirimu." Kakashi Hatake mengeluh.

Obito Tomura terkekeh. Tapi kemudian meninju lengan Kakashi Hatake. "Yah. Aku hanya mengikuti peraturan." Obito melepas pakaiannya dan sekarang semua tampak normal. Dokter tampan itu meraih sebungkus rokok dari sakunya.

"Ah ... Aku baru dari sana. Sepertinya sudah lama kau tidak berkunjung."

Kakashi menatap telapak tangannya, putih. Pucat.

"Ada banyak pekerjaan." Yah memang seperti itu. Kakashi hanya ijin sehari saja. Setidaknya cukup untuk dia berpergian. Nonanya sudah makan sebelum dia pergi, semakin hari banyak orang kuat yang berkunjung, banyak tugas untuk di bereskan.

Setidaknya hari ini dia melakukan gencatan senjata. Meski begitu, Kakashi sendiri yakin besok akan banyak hal untuk di kerjakan.

"Kirimkan besok. Hari ini aku akan libur."

"Baiklah. Tapi kau tahu konsekuensinya."

"Ya, aku harap besok kita dapat membunuhnya."

Kakashi menatap Obito yang masih sibuk dengan rokoknya, dia dokter terburuk yang pernah ada.

Tak memperdulikan Kakashi, Obito meneguk minuman bersoda yang di bawanya. Lalu membuang kalengnya dengan sekali lempar. Membuat Kakashi mengangkat alis.

"Masih se akurat biasanya."

Obito menyeringai, "kau melupakan siapa aku?"

Kakashi mendengus. Tidak mengatakan apapun dan bergerak membuka bagasi mobilnya di belakang. Obito mengangkat salah satu toples dan menatap jantung yang masih berdegub pelan.

"Sempurna. Seperti biasa. Potongan yang menakjubkan. Kau bisa menjadi dokter bedah sepertinya."

"Aku tidak sesabar itu."

"Tentu. Kau lebih suka mencincang orang."

Kakashi tidak mengatakan apapun. Obito mengirim sejumlah uang yang pemberitahuannya masuk kedalam ponselnya. Ponselnya bergetar dengan menakutkan.

"Kau tahu. ANBU tahun ini punya seuatu yang menarik."

"Yahiko Pain?"

"Ya, tentu dia masih menarik. Tapi ini sesuatu yang baru. Berkunjunglah ke markas sesekali."

"Aku tidak tertarik." Kakashi sudah pernah melihat Yahiko Pain. Pria jabrik itu lumayan berpotensi untuk menghancurkan sesuatu. Kakashi cukup tertarik dengannya. Seperti menemukan rival. Tapi dia tidak pernah bisa mendapatkan kehidupannya kembali.

Lagi pula pemilihan umum sudah semakin dekat. Dia tidak akan sebebas hari ini. Dan bertemu mereka bukanlah keinginannya untuk membuka luka lama.

Obito menepuk pundaknya sekali. Sebelum memainkan kunci mobil di tangannya. Mengangkatnya ke udara. Bersiap mengakhiri pertemuan mereka. Ketika pria itu membuka pintu mobilnya, Obito menyempatkan diri menoleh pada Kakashi.

"Kau tahu Kakashi. Aku sungguh kaget, tidak menyangka kau membereskan pekerjaaanmu tidak sesempurna biasanya. Noda itu tidak pernah hilang. Dan sekarang terlambat untuk membersihkannya."

RapunzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang