The Paper.

163 14 1
                                    


Nona muda Rin tertawa puas melihat wajah frustasi Kakashi Hatake di ruang tamu apartemennya. Dia sudah menahan diri cukup lama. Pergi ke California memenangkan sejumlah penghargaan dan membuat berbagai kampus bergengsi mencatatkan namanya di daftar prioritas. Perjuangannya tidak akan sia-sia. Dengan begini dia tidak akan pusing dengan persiapan ujian atau lain-lain. Dia cukup fokus ke satu hal. Kakashi Hatake.

"Kau tidak bisa menolakku sensei." Inuzuka Rin menyeringai yang bagi Kakashi sangat membuatnya mirip dengan Pakkun saat menggigit bajunya ketika dia minta makan.

Kakashi mendesah pasrah, ini mungkin sangat buruk. Tapi setidaknya dia akan punya kehidupan normal di sekolah. Kakashi berharap.

"Jadi apa yang ingin kau lakukan sekarang? Jangan berharap lebih. Kau sudah tahu aturannya."

"Baik. Tidak ada sex, tidak ada ciuman, tidak ada gangguan kerja. Jadi aku ingin, melakukan sesuatu yang belum pernah aku lakukan untuk orang lain."

Kakashi menjawabnya dengan wajah berkerut bingung tapi kemudian mengabaikannya. Dia berlalu ke meja kerjanya dan mulai menulis soal ujian.

Inuzuka Rin juga tidak mengharap Kakashi akan bertanya lebih. Jadi dengan menghela nafas pasrah. Dia berlalu ke dapur dan mulai mengerjakan apa yang ingin dia lakukan.

Rin membuka kantong plastik yang tadi dia bawa. Mencari resep kue terbaik dari forum masakan yang dia ikuti, dan mulai memperhatikan sambil sesekali mengangguk seolah benar-benar mengerti instruksi dari video.

Wajahnya mengerucut, sesekali alisnya bertaut tak mengerti dan melotot horor seolah setan akan muncul dari balik kocokan telur. Kakashi melupakan soal ujiannya.

"Kashi ..." Kakashi berkedip kaget begitu namanya di sebut, buru-buru dia mengetik sesuatu tampak menyibukkan diri.

"Bagaimana kalau aku memutar musik?" Rin tanpa menoleh tampak serius mencampurkan sesuatu entah apa ke dalam adonan. Mendesah sesekali dan mencolek di sana sini.

"Terserah mu."

Dan begitulah mereka menghabiskan waktu hingga malam tiba, Kakashi dengan pekerjaannya, dan Inuzuka Rin yang menginvasi dapurnya. Membuat eksperimen entah apa dan berakhir menjadi kue coklat yang terlalu matang. Jika tidak mau di katakan gosong.

Esok paginya Kakashi menemukan Inuzuka Rin bersandar di depan tembok apartemennya. Membuatnya melotot horor dan buru-buru menariknya masuk sebelum seseorang terbangun dan berpikiran hal yang aneh.

"Apa yang kau lakukan?"

Rin mengangkat sekantung belanjaan dari minimarket 24 jam dan dengan mata berbinar dia mengatakan.

"Membuatkan Kashi sarapan." Kakashi kehabisan kata-kata. Dengan membanting pintu dia keluar untuk membuang sampahnya. Sejenak terbesit niat untuk memasukkan gadis itu ke plastik sampah dan membuangnya.

Sebelum akhirnya Kakashi menyadari semua itu akan percuma.

Inuzuka Rin akan selalu menemukan caranya sendiri.

Seminggu berlalu dan Kakashi mulai terbiasa dengan rutinitas barunya. Dia akan selalu menemukan Inuzuka Rin di perempatan jalan di samping minimarket dekat rumahnya, menenteng plastik berisi bahan kue dan mulai mengoceh entah apa sepanjang jalan menuju apartemennya.

Kakashi kadang bertanya-tanya kenapa gadis ini bisa tetap sadar bahkan sampai malamnya dan bangun begitu pagi sampai bisa menjadikannya kelinci percobaan dengan sarapannya?

Kakashi hanya beruntung masih tetap hidup setelah menjajal berbagai resep dengan rasa macam-macam.

Pada malam ke 9 Rin menjalankan misinya, saat itu Kakashi sedang menulis jurnal ilmiah yang akan ia kirimkan ke salah satu universitas swasta. Dia sedang mencermati data yang dia kumpulkan saat terdengar suara pecah dari arah dapur. Kakashi mendongak dan jantungnya serasa berhenti seketika. Inuzuka Rin, berada di lantai dapur dengan tepung jatuh di kepalanya dan darah di kedua hidungnya.

Hal yang tidak Kakashi mengerti adalah bagaimana dia bisa sampai di depan gadis itu sepersekian detik dengan jantung bertalu keras seolah raganya di ambil saat itu juga. Dan dengan bayangan terburuk tentang dapurnya tanpa Inuzuka Rin.

"Oi ... Tolong jangan bercanda padaku." Dan tidak ada jawaban meski Kakashi menepuk pipi sehalus pualam itu pelan.

Kakashi tidak berpikir dua kali untuk menggendong gadis itu ke klinik terdekat. Dia panik. Nyaris memaki orang yang berjalan di depannya hanya karena membawa banyak tas. Juga memaki lift yang yang tidak segera sampai di basement. Kakinya mengetuk lantai marmer tidak sabar, Inuzuka Rin berada di pelukannya dengan hembusan nafas lemah dan putus-putus.

Kakashi berlari di koridor klinik 24 jam secepat kilat, matanya langsung menemukan tulisan resepsionis tapi mengabaikannya. Membuat salah satu pegawai wanita berlari mengikutinya. Kakashi Hatake langsung menerobos masuk ruangan IGD dan menemukan seorang dokter wanita sedang meminum kopi dengan mata mengantuk.

"Baringkan dia." Kata pertama dari dokter wanita yang langsung memasang stetoskop di telinganya.

Kakashi menjelaskan dengan nafas tersengal bahwa dia tiba-tiba menemukan Inuzuka Rin sedang pingsan. Dokter wanita itu mengangguk dan kemudian menyuruh Kakashi Hatake untuk keluar. Kakashi keluar dengan protesan tertahan di mulut karena resepsionis yang tadi mengikutinya segera menyeretnya.

Resepsionis itu memberikan air minum pada Kakashi yang menunggu di bangku lobi dengan pandangan kosong. Tidak seperti Kurenai Yuhi atau wanita lain yang pernah dia temui. Yang selalu menggodanya dengan gerakan halus, resepsionis itu biasa saja. Memintanya menyelesaikan pendaftaran pasien dan data lain sesuai tugasnya.

"Dokter yang berjaga adalah yang terbaik di klinik ini. Tenanglah." Resepsionis itu memberikan senyum menenangkan.

"Aku tahu."

"Baiklah. Kau bisa mengisi keterangannya disini." Resepsionis itu menyodorkan formulir pada Kakashi.

Formulir itu tidak berbeda dengan formulir lain yang pernah dia temui. Berisi data nama pasien, berat badan, tinggi, golongan darah dan lain-lain. Kakashi yakin dengan baik dia sama sekali tidak pernah menghafal data murid atas nama Inuzuka Rin sekalipun dia guru olahraga saat itu, tapi yang terjadi adalah dia mengetahui dengan tepat angka yang harus dia tulis.

Tinggi Rin hanya sebatas dadanya saat mereka berjalan bersama, Rin yang selalu meledak-ledak khas tipe orang berdarah o, atau ringannya tubuh kecil itu saat dia mengangkatnya, juga bagaimana gadis itu alergi pada kacang. Bahkan dia bisa mengetahui lingkar pinggang gadis itu jika dia mau. Sesaat Kakashi hanya menatap kosong lembaran yang hampir terisi penuh. Dia menyadari satu hal. Inuzuka Rin telah menginvasi dunianya.

"Sekarang silahkan tanda tangan."

Dia belum menyadari betapa berbahayanya gadis itu untuknya sampai saat ini. Saat dia akan membubuhkan tanda tangan miliknya untuk melengkapi persyaratan.

Dia hanya wali kelasnya, dan dia terlalu jauh untuk memikirkan gadis itu dari yang seharusnya.

.
.
.
.
.

TBC.

Hai semua. Ppkm kali ini mohon patuh ya. Demi diri sendiri dan orang lain, tetangga Mimin banyak yang mati karena covid. Ngeri pokoknya. 😣 Stay safe semua.

RapunzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang