Tokyo. 25 Januari 2020
Haruno Kizashi mengernyit bingung saat putrinya Haruno Tayuya tiba-tiba meninggalkan meja makan dan berlari menuju garasi. Berteriak menyuruh siapa saja untuk segera bersiap mengantarkan pergi ke gedung ANBU.
"Kenapa dia?" Dia bertanya kepada entah siapa. Yang tersisa di ruangan hanya Mebuki dan pelayan yang berjejer di belakangnya. Kizashi tahu. Itu hanya pertanyaan spontan yang akhirnya akan mengambang di udara.
Mebuki mengusap sudut bibirnya yang ternoda saus dengan gerakan anggun. Setelah menyelesaikan makan malamnya dia baru akan bisa membahas sesuatu.
"Bagaimana dengan tugasmu?"
Kizashi menghela nafas berat. "Aku sudah memastikan setidaknya 60% kursi parlemen berada di pihak kita, tapi rupanya Inuzuka memiliki manuver lain yang aku khawatirkan. Mereka mencari tahu tentang rahasia terdalam kita dan tentang dia."
"Aku tidak peduli. Selesaikan semuanya segera." Mebuki berkata tanpa meliriknya sedikitpun.
"Tentu."
Mebuki kembali ke lantai atas tanpa bertanya lebih, meninggalkan Kizashi yang menatap piring kosong dengan sendu. Terkekeh pelan, Kizashi meratapi keluarganya yang tidak seindah bayangan publik selama ini. Mebuki dan keahliannya berperan di depan publik memang luar biasa. Wanita itu bisa menyimpan semuanya dengan rapi.
"Terlalu lama untukmu membekas di sana Rasa."
.
.
.
.
.
.Tayuya berlari menuju bangsal perawatan ANBU dengan nafas terputus. Gadis itu bahkan masih mengenakan sendal rumahnya saat melintasi koridor dengan cemas, jantungnya berdegup kencang seolah di paksa melompat keluar. Kakinya gemetar, tapi tidak menyurutkan niat untuk terus memacu langkah. Gadis itu panik. Setelah apa yang disampaikan perawat yang dia kirim untuk selalu melaporkan keadaan di sekitar ANBU.
Uchiha Sasuke. Kekasih hatinya terbaring di unit kesehatan setelah misi beratnya di Jomae.
"Apa yang terjadi denganmu?" Ungkapnya dengan menggenggam tangan kekasihnya erat.
"Apa yang kau lakukan disini?" Sasuke justru malah bertanya sebaliknya. Sasuke mulai bisa menebak skenario bagaimana hingga Tayuya berada disini. Melihat seorang perawat yang berdiri di pojok ruangan, harusnya Sasuke tidak terlalu berharap kehidupan nya akan tenang.
"Aku tidak apa-apa." Sasuke berkata pada akhirnya.
Mungkin jika tangannya tidak harus di perban karena patah dia akan tampak setampan biasanya seolah yang di lakukannya hanya berbaring untuk tidur siang. Wajahnya tidak mengalami cacat apapun bahkan tidak tergores.
Hanya tangannya yang patah, itu sangat berlebihan.
"Pulanglah. Ini sudah malam." Katanya sambil membelai pipi Tayuya.
Setelah melalui perdebatan karena keras kepala gadis itu, akhirnya dia bisa beristirahat dengan tenang. Matanya terasa berat yang dia butuhkan hanyalah tidur.
"Sungguh kalian terlihat manis Uchiha."
Sasuke mengintip pria bersneli dengan dengusan dramatis.
"Kau berlebihan Tomura."
"Hei. Apa salahnya. Aku selalu ingin punya pacar seperti itu sejujurnya. Ya. Jika di perkenankan. Tapi sayangnya gadis itu sudah pergi."
"Itu pantas untukmu."
Obito kesal dan memukul lengan Sasuke dengan ujung stetoskop. Membuat Sasuke menatapnya tajam.
"Kau menyakitiku."
"Itu pantas untukmu."
Obito tertawa keras, membuat Sasuke muak ingin meninju wajahnya. Jika saja tangannya tidak terikat seperti ini. Kekesalan terhadap Naruto kembali ke permukaan.
Jika saja dia tidak menolong si bodoh yang terpeleset karena kecerobohannya sendiri. Sasuke tidak akan berada disini untuk omong kosong ini.
"Hmn ... Aku bertanya tanya apa tujuanmu berada disini Sasuke. Memanfaatkan Tayuya yang polos untuk sebisa mungkin dekat dengan Haruno. Menyusup kedalam ANBU. Mendapatkan kepercayaan terhadap keluarga yang berbahaya. Kedengarannya seperti misi bunuh diri sejujurnya."
Pria itu berjalan ke ujung ruangan dengan langkah pelan dan dingin. Sesuatu di balik Tomura Obito adalah misteri. Aura membunuh pria yang berprofesi sebagai dokter itu begitu kuat dan menusuk. Tapi Sasuke tidak akan menjadi sesuatu yang mudah untuk siapapun.
"Bukan urusanmu." Katanya memalingkan wajah ke jendela, menatap langit malam sebelum kilasan menyakitkan itu muncul. Dia disana, saat keluarganya di bantai dengan senyap.
"Hmm ... Seharusnya kau berterimakasih. Aku bisa membuka jalan untukmu." Sasuke bisa membayangkan Obito tersenyum misterius dari balik punggungnya.
"Apa maksudmu?"
"Kau dan aku." Obito menunjuk Sasuke dan dirinya. "Kita mempunyai tujuan yang sama." Mata Sasuke melebar. "Haruno pertama. Bukankah itu tujuanmu?"
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rapunzel
FanfictionDi negara antah brantah. Dimana seorang putri terkurung di sebuah kastil. Di menara tinggi yang tidak ada seseorang bisa menjangkaunya. Membebaskannya.