Tokyo, 10 Agustus 2019
"Kau yakin tidak mau sekamar denganku?"
Sasuke menggeleng tegas menanggapi ajakan Uzumaki Naruto. Pria yang di tengah pertarungannya dengan Yahiko melempar tongkat besi. Si kuning jabrik ini adalah adik tingkat Yahiko yang sudah bertugas mengawal putri sulung bangsawan Hyuuga. Hanya kebetulan saja saat Sasuke bertarung Naruto tengah berkunjung ke ANBU.
Ini sudah terhitung dua hari sejak dia terkapar di unit kesehatan ANBU. Yahiko yang terbaring di bangsal sebelahnya hanya butuh waktu beberapa jam sebelum lelaki itu mengejeknya dan berlalu pergi setelah kesehatannya di nyatakan pulih. Sedangkan Sasuke butuh sehari penuh hanya untuk menggerakkan tangannya. Sasuke mengutuk kelemahannya.
Mereka bertarung hingga stamina keduanya habis. Bukan berarti mereka imbang, tapi Yahiko yang sudah lebih dulu melawan dua puluh tiga orang sebelum dirinya benar-benar bertenaga menakutkan. Wajar jika pria itu ikut tumbang bersamanya.
"Kau bisa mendatangiku di koridor dua belas jika berubah fikiran." Ungkap Naruto sambil menepuk bahunya dua kali.
Sasuke hanya mengangkat alis sebelum kemudian mengangguk kecil.
"Akan kubayar hutangku suatu saat nanti."
Naruto menebarkan senyum lima jari. Sebelum berlalu pergi dengan besiul. Sulit mengakuinya. Tapi tipe orang seperti Naruto sangat berbahaya untuk berdekatan dengannya.
Sasuke menghela nafas dan meneruskan perjalanannya. Langkah kaki membawanya pada pintu bernomor 212. Sesuai yang tertera di kunci pass yang diberikan padanya.
Sasuke menempelkan sidik jari, kemudian melakukan pemindaian retina, setelah menekan kata sandi lagi-lagi Sasuke harus merelakan jarinya tertusuk jarum untuk mengambil sejumlah darah sebagai akses masuk. Pemindaian DNA salah satu yang dia benci.
Begitu pintu terbuka, di menemukan satu ruangan dengan interior minimalis yang sangat lengkap. Sasuke bergerak malas, menyeret kakinya ke penjuru ruangan untuk mengenali tempat yang akan ia tempati sebaik mungkin.
Terdapat satu kamar di samping ruang TV. Ketika Sasuke menemukan satu ranjang king size dengan seprei berwarna biru dongker, mau tak mau dia tersenyum kecil dan menghempaskan tubuh kekarnya ke kasur yang empuk. Tidak peduli kenapa di sediakan ranjang sebesar ini untuknya. Sasuke merasa cukup senang tidak harus tidur di kamp yang berdesakan dengan yang lainnya.
Matanya memandang langit-langit ruangan bewarna abu-abu dan mendesah kuat. Perjalanannya masih panjang ada banyak hal yang harus dia lakukan. Untuk sementara dia akan memulai dengan menjadi yang terbaik hingga secepatnya menduduki posisi yang diinginkannya.
Ponselnya berdering. Terdapat beberapa panggilan yang memang sejak kemarin dia abaikan. Dia terlalu lelah dan nyaris tidak memiliki waktu untuk berpikir. Situasi akan semakin buruk jika dia memaksakan diri.
"Kau sudah sampai?"
"Hn. Ya ... sejak dua hari yang lalu sebenarnya."
"Dan kau baru mengangkat telponku hari ini? Bagus sekali Sasuke. Apa yang kau lakukan di sana? Bermain catur?"
Apa gadis ini terdengar merajuk? Sasuke tersenyum tipis. Melihat kalender dan jam digital yang berada di atas nakas, dia memijit kening.
"Tidak. Tentu saja. Aku baru terbangun dari ranjang Unit Kesehatan sebelum merebahkan diri di ranjang semenit yang lalu hingga aku mengangkat telpon dari mu." Sasuke tidak tahu kenapa dia harus repot-repot menjelaskan semua itu pada gadisnya.
Terdengar hembusan nafas panjang disana. "Kau tidak apa-apa?"
"Yah. Aku masih hidup."
Gadis itu tertawa merdu di sana. Terdengar suara kertas berjatuhan di lanjutkan erangan tertahan putus asa. Sasuke bisa membayangkan wajah yang cemberut dengan mata terpejam gemas. Khas jika gadis itu jika sedang tertekan.
"Persetan dengan ini!"
Sasuke berdeham. "Kau baik-baik saja?"
"Tidak terlalu. Berkas-berkas ini terus saja menumpuk di mejaku hingga aku ingin membakarnya." Gadis itu mendesah lelah berulang kali. "Aku butuk menyegarkan pikiran."
"Kau bisa pergi ke Bali atau kemanapun kau suka."
"Tanpamu? Tidak terimakasih. Yang kuperlukan hanya sedikit ciuman dan sex kilat. Kurasa."
"Terserah padamu."
Pekikan senang terdengar. "Besok aku akan mengunjungmu bersama ibuku. Persiapkan dirimu."
Sekarang Sasuke yang mengerang. "Tidak bisakah lusa atau beberapa hari lagi?"
"Tidak Sasuke, kunjungan ini sudah di jadwalkan sebulan yang lalu."
"Baiklah."
"Sampai bertemu besok."
"Hn."
"Aku mencintaimu."
"Aku juga."
Sasuke membanting ponselnya di atas tempat tidur. Dia masih butuh istirahat. Yang ingin dia lakukan untuk saat ini hanyalah tidur dan memulihkan tenaga.
Matanya terpejam sebelum raut wajah itu berubah hingga sulit di artikan. Hanya satu nama yang akan dia sebut menjelang tidurnya.
"Haruno Sakura."
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rapunzel
FanfictionDi negara antah brantah. Dimana seorang putri terkurung di sebuah kastil. Di menara tinggi yang tidak ada seseorang bisa menjangkaunya. Membebaskannya.