Hingga sebuah tarikan menghentikan usaha pria tersebut.
Arvin menghempaskan tubuh pria tersebut ke tanah dengan cukup keras yang membuat pria tersebut meringis kesakitan.
"Berani lo nyabulin dia hah?! " Bentak Arvin
Tak mau kalah, pria tersebut berdiri lalu memberikan bogem mentah pada Arvin
Sementara itu Quenby masih duduk terpaku di tempatnya kini dengan tubuh gemetar tak mampu menghentikan aksi kedua pria di depannya
Arvin menyentuh sesaat bibirnya yang mengeluarkan cairan merah yang kemudian kembali ingin membalas pria tersebut.
Namun kejadian berikutnya membuat Quenby berteriak histeris
Saat Arvin lengah, pria tersebut langsung waspada dengan mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. Dan saat Arvin ingin melayangkan tinjunya,bukannya mengenai pria tersebut, tangan Arvin justru menghantam keras pisau yang seketika menembus pada tangannya.
Tak ingin mendapat masalah, pria tersebut langsung kabur dari tempat kejadian.
Quenby bergegas menghampiri Arvin lalu menutup mulutnya tak percaya dengan pemandangan di depannya.
"Arvin! Tangan lo! " Teriak Quenby panik dan bingung harus melakukan apa.
Arvin kemudian melepas perlahan pisau yang masih menancap pada punggung tangannya, membuat Quenby kemudian menutup mata ngeri.
"Lo gak papa? Lo diapain sama cowok brengsek tadi? " Tanya Arvin menyentuh pipi Quenby dengan tangan satunya menatap khawatir dengan diri yang habis habisan menahan rasa sakit
"Arvin! Lo gimana sih?! Tangan lo berdarah kenapa lo malah ngekhawatirin gue?! " Bentak Quenby tak percaya
"Udah jawab, lo diapain sama dia? " Tanya Arvin dengan bibir yang memucat akibat menahan rasa sakit
"Gue cuman disentuh gak sempet diapa apain, udah itu tangan lo berdarah vin! " Jawab Quenby lalu memegang tangan Arvin dan menekannya, berharap dengan begitu darahnya berhenti keluar.
"Udah gak usah khawatirin gue, sinih" Jawab Arvin lalu menarik tubuh Quenby untuk mendekat, kemudian melepas hoodienya menyisakan T-shirt dan memakaikannya pada pinggang Quenby
Sesaat Quenby merasa dejavu karena saat ini posisi mereka seperti tengah berpelukan
"Buat nutupin paha lo, ntar takutnya ada mata mesum lagi yang mau nyabulin lo. Tapi maaf hoodienya agak kotor" Ucap Arvin enteng menunjuk hoodie yang ada di pinggang Quenby yang dipenuhi bercak darah
"Iih apaan sih lo! Seharusnya lo khawatirin tangan lo! " Bentak Quenby tak Terima lalu mengeluarkan syal yang ia siapkan di dalam tasnya yang biasa ia gunakan jika saja cuaca semakin dingin.
Tangannya kemudian menarik tangan Arvin menyuruhnya untuk duduk di bangku tangan.
Dengan sangat hati hati, Quenby mengikat syalnya pada tangan Arvin yang terus mengeluarkan darah. Berharap dengan begitu dapat mengurangi pendarahan yang terus terjadi.
Seulas senyum terbit di bibir Arvin yang semakin memucat saat melihat Quenby yang tampak lihai membalut kan syal pada tangannya. Nyatanya rasa bahagia merembes dalam dada Arvin melihat wajah Quenby yang tampak khawatir, lupa akan tangannya yang terluka cukup dalam.
Rasa sakit yang teramat sangat seakan tak dapat dirasakannya lagi hanya dengan melihat wajah Quenby.
"Udah, diteken terus biar gak banyak keluar" Ucap Quenby setelah selesai mengikatkan syalnya,meski nyatanya darah masih merembes keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/196792547-288-k867579.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Hal Yang Tak Berubah
Novela Juvenil"Daaah nenek,udah budek buta lagi hahahaha"pamit sang pemilik mobil dengan sangat ramah. "Waah,DASAR ANJ*NG LO,AWAS YA KALO KETEMU GUE BIKIN DANGING CINCANG LO,GUE KASIH NTAR KE BUAYA!!"Teriak Quenby pada sang pemilik mobil. QALESYA QUENBY AURESTELL...