Memilih

61 8 0
                                    


Hujan kian menderas,namun sosok itu tak kunjung beranjak dari posisinya.

Tangan kecilnya masih setia memeluk lututnya berharap dinginnya air hujan dapat sedikit terelakkan.

Tubuhnya yang mungil tampak semakin meringkuk di bangku panjang  sebuah warung yang tampak sepi.

Bibirnya kian gemetar menahan dinginnya air hujan.

Pandangannya tak pernah luput dari sebuah belokan kompleks berharap sosok yang ditunggu muncul.

Kepalanya mendongak kala dirasa tak ada air yang mengguyur kepalanya,padahal didepannya tampak hujan masih menderas.

"Choco?!"

Senyumnya merekah kala sosok yang dinanti akhirnya muncul

"Mochi! Kamu ngapain duduk disini? Ujannya kan deres banget nanti kamu sakit gimana?"

"Aku kan nungguin kamu,aku kan udah janji kalau kita bakal ketemu disini"

"Tapi kan ujan, kamu gak perlu tepatin janji kamu. Aku aja mikir kamu gak bakal kesini soalnya ujan. Jadi aku juga gak kesini"

"Kata mama aku aku gak boleh ingkar janji,apalagi sama orang yang aku sayang. Jadi aku bakal tetap nunggu kamu walaupun ujan"

"Ih kamu percaya aja yang begituan,yaudah ayo ke rumah pohon terus di sana nanti aku bakal ambilin baju dan handuk terus ngeringin rambut kamu sama badan kamu biar gak sakit"

"Iya ayo"

"Woi mbak! Ngelamun bae ngopi apa ngopi. Eh iya,tuh kopi diminum mbak,jangan dianggurin ntar rasanya bukan kopi lagi tapi anggur. Ntar Lo mabok brabe dah urusannya"suara nyaring nan cempreng Friska membuyarkan lamunan Quenby.

"Lo bisa gak sih gak teriak teriak?! Malu tau gak diliatin orang"kesal Quenby dengan suara pelan.

Friska pun hanya dapat tersenyum malu mendapati para pengunjung kafe menatap ke arah mereka dengan tatapan aneh.

"Salah Lo juga dari tadi ngelamun mulu. Kesambet baru tau rasa Lo,mikirin apa sih? Utang? Listrik rumah belum dibayar? Atau susu buat anak Lo abis?"

Plok

Sepotong kentang goreng berhasil mengenai Friska

Iya

Masuk ke dalam mulutnya,membuat Quenby berdesis kesal.

"Lo ngomong gak disaring dulu ya? Sembarangan aja kalo ngomong"
Ucap Quenby

"Terus?"tanya Friska lalu menghabiskan sisa gelato nya

"Gue bingung Fris"ucap Quenby kembali menoleh ke kaca kafe tepatnya ke pemandangan yang ada diluar kafe. Quenby menatap kosong jalanan ibukota yang tampak basah terguyur oleh derasnya air hujan.

"Bingung paan?"tanya Friska malas

"Gue harus milih apa? Janji atau hati?"tanya Quenby tanpa mengalihkan pandangannya.

"Maksud Lo?"tanya Friska bingung

"Dia ngajarin gue kalau kita harus nepatin janji kita gimanapun kondisinya. Gue udah janji bakal nunggu dia gimanapun caranya. Jadi gue seharusnya tetap nepatin janji itu. Tapi di sisi lain hati gue mulai terbuka untuk seseorang. Gue harus gimana?"

"Maksud Lo Mochi?"

"Hm..."jawab Quenby lemah

"Udahlah Quen lupain aja lah dia. Dia itu cuman masa lalu Lo. Belum tentu kan sekarang dia masih idup?"

Satu Hal Yang Tak BerubahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang