CARE┕03 -Berulang kali

1.2K 119 0
                                    

Matahari kembali menyinari dunia dengan sinar nya, semilir angin berhembus pelan menyibak hordeng.

Mata bulat itu tak kunjung terbuka, wajah nya pucat dengan beberapa lebam yang mulai terlihat membiru.

Tanpa ada seorang pun yang peduli, ketika Jungkook mereka sakit.

Ketika mata itu mulai terbuka perlahan, kernyitan di dahi muncul. Tubuh nya begitu lemas dan sakit melanda pagi nya.

Tangan itu bergerak perlahan ketika mata nya sudah terbuka sempurna, berusaha bangun dengan bantuan tangan yang terasa lemas.

Jungkook melirik sekilas pada jam di dinding kamar nya yang menunjuk kan pukul setengah enam.

Dengan kekuatan seadanya, Jungkook bangkit dan melangkah kan kaki nya menuju kamar mandi.

Ia membiarkan dingin nya air menyiram tubuh nya, tak peduli betapa perih ketika luka itu bertabrak kan dengan air.

Jungkook melihat pantulan diri nya yang tampak begitu kacau, namun luka-luka itu sudah mulai tidak terasa sakit.

Perlu di ingat kan bahwa ini bukan kali pertama nya terluka karena anak kepala sekolah.

Ketika ia rasa cukup, Jungkook siap berangkat dengan setelan rapi khas sekolah nya.

Jungkook membuka pintu dan melihat Yoongi yang berada di meja makan, tanpa menunjuk kan rasa sakit, Jungkook berjalan penuh semangat.

Sirat wajah nya bahagia, dengan luka-luka yang lebih terlihat jelas. Jungkook tak peduli diri nya di hari kemarin yang terjatuh di hadapan sang kakak.

Karena kakak nya tidak akan peduli dan dengan cepat melupakan nya. Senyum bodoh nya melukis kan hari indah untuk hari ini.

"Selamat pagi kakak" Jungkook berujar sambil menarik kursi di hadapan Yoongi.

Kemudian Jungkook duduk dengan perlahan, beserta senyum nya yang tak pudar.

"Apa kakak mau mengantar ku hari ini?" Yoongi melirik sekilas sosok yang bertanya, ia memutar bola mata nya sesaat sebelum berkata, "kau tau aku tak punya waktu untuk mu?"

Yoongi menaruh sendok nya, ia berdiri kemudian pergi. Bersamaan dengan deru motor yang mulai tak terdengar.

Senyum itu perlahan pudar, luka di hati nya selalu bertambah setiap waktu. Jungkook berharap Yoongi bisa sedikit berubah, namun Yoongi tetap sibuk menanam luka.

Luka yang kian melebar saat Yoongi berkata, luka yang bertambah sakit saat Yoongi berdecih, luka yang membuat dada nya sesak saat Yoongi tak melihat ke arah nya.

Sesak di dada nya membuat Jungkook berjalan dengan gontai, perasaan nya yang makin hancur saat ini.

Jungkook benar-benar berfikir diri nya yang tak berharga.

Sampai ponsel nya berbunyi, terlihat gurat bahagia Jungkook saat melihat siapa yang menghubungi nya.

"Mama!"

Senyum nya perlahan terlihat, hingga senyum itu sempurna melekat pada bibir kering.

"Bagaimana keadaan anak mama?"

"Jungkook selalu baik bersama kak Yoongi"

"Mama sangat senang mendengar nya"

Karena aku ingin membuat mama senang.

"Oh iya, kapan mama dan papa akan pulang?"

"Kebetulan sekali, papa bisa pulang minggu ini. Jadi mama tidak akan bisa menolak permintaan papa"

"Ah....aku rindu berat pada mama dan papa"

"Kami juga, sayang ku"

"Kalau begitu, Jungkook akan menunggu mama dan papa. Jungkook sekolah dulu ma, aku sayang mama"

Terukir kebahagiaan sesaat, ia bersemangat berangkat sekolah. Ia bersemangat menanti mama dan papa nya pulang.

Betapa rindu nya Jungkook pada kedua orang tua nya itu, satu tahun sekali mereka bisa pulang, tidak, bahkan dua tahun sekali.

"Min Jungkook"

Kaki nya berhenti melangkah.

"Sendiri lagi heum? Kau tak punya kakak atau adik? Orang tua mu kemana?" Taehyung dengan segala ke angkuhan nya kembali berkata, "oh, aku tahu. Bahkan mereka tak peduli pada mu kan?"













{Care}
To be continue...

CARE      Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang