Eps. 6

4.9K 648 41
                                    

Lelah.
Aku lelah sekali.

"Wang yibo! Kau sudah gila??"
Jerit Zi yuan sambil merebut botol obat dari tangan Yibo.

"Aku tidak bisa tidur... Makanya kuminum semua... Hehe..."  Ucap Yibo sambil tersenyum, senyuman orang yang tak mampu berfikir lagi.

"Wang Yibo, meskipun aku tidak begitu menyukaimu dan kau tak pernah menganggapku sebagai kakak-mu, setidaknya hargai sedikit saja keperdulianku! Aku tidak jauh-jauh datang dari Singapore untuk melihat-mu hancur seperti ini! Lupakan Xiao Zhan, Xiao Yao! Kau punya hidup sendiri, carilah kebahagiaan lain!!"

"Tutup mulutmu wanita sialan!"
Yibo melempar ponselnya ke arah Zi yuan, nyaris mengenai wajah wanita pekerja seks itu. Kemudian tubuhnya tersungkur kelantai, ia memuntahkan cairan putih dan mengalami kejang-kejang.

Lalu ia kembali berakhir di ruang rawat rumah sakit, untuk yang ke 15 kalinya dalam kurun waktu sebulan.

Direktur Lan menemui Yibo, sepertinya ia tak memperdulikan pernyataan Yibo yang memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Buah yang ia bawa ia taruh dimeja samping Yibo, lalu duduk dan tersenyum kecil.

Yibo hanya terdiam, tertunduk sambil memandangi tangannya.

"Kau... Terlihat sangat kurus." Tn. Lan memecah kesunyian.

Yibo menoleh sebentar lalu kembali melamun.
Ia tak memperdulikan sekitarnya.

"Aku tidak bisa membayangkan duka yang saat ini meredung-mu. Aku kemari untuk menyampaikan, bahwa aku selalu siap menerimamu kembali kapan saja.
Kau masih muda, pandai, dan sosok yang berprinsip teguh. Kau punya jalan yang panjang untuk memulai kembali, siapa tahu dimasadepan, kau akan menemukan kebahagiaan."
Lan mengusap bahu Yibo, memandang penuh harap.

"Aku percaya kau mampu melalui semua ini. Kehilangan orang yang sangat berharga adalah sesuatu yang sungguh pedih, tapi hidupmu lebih berharga lagi." Lanjutnya.

Yibo mengangkat wajahnya, ia tersenyum tipis.
".... Aku menunggunya kembali, aku selalu kuat untuk melihatnya kembali. Aku menjaga harta kecilnya yang berharga, seperti apa yang ia harapkan dariku. Tapi kemudian aku menghilangkannya, apa yang harus ku katakan padanya nanti?"

"Xiao Yao, dia sudah bertemu dengan Ayah dan ibunya. Xiao Zhan sudah bersamanya... Tidak ada yang kembali. Wang Yibo, berhentilah menunggu. Berhenti lah memati-kan waktumu, apa yang membuatmu begitu kukuh??"

Yibo terdiam, airmatanya jatuh beriringan.
Seduan tangisnya terdengar pilu, lalu ia tertawa hampa.
".... Aku mungkin sudah gila. Iya 'kan??"
Yibo tertawa lalu mengusap airmata nya, perlahan ia merasakan seperti terbangun dari mimpi buruk. Terhempas jatuh dalam realita, bahwa ia memang selalu berbohong pada dirinya sendiri.

"Tidak ada yang akan kembali....
...... Tidak ada yang kembali."

***
Bunga-bunga cantik itu ia baringkan diatas batu nisan Xiao Yao.
Sambil terduduk ditanah, Yibo menyalakan lilin kecil lalu meniupnya.
"Selamat ulangtahun yang ke 5, Xiao-xiao. Malaikat kecil papa..."

.
.
.

Tap.

Tap.

"Hey, kau sudah bangun!"
*Berbicara dalam bahasa Jepang*

"Dimana ini..."

"Anak muda, kau sudah tertidur selama beberapa tahun! Yatuhan, aku sempat berfikir kau tidak akan bertahan lebih lama lagi... Aku telah menyiapkan lahan untuk kuburanmu."

"...H..ha?? Aku tidak mengerti ucapanmu. Kau... Orang Jepang?!"

***

"Selamat datang kembali, Wang Yibo."
Direktur Lan menyambut dengan senyuman bangga. Sebuah pesta ia siapkan khusus untuk sang wakil direktur muda itu, sosok yang kini melangkah gagah menuju panggung utama.
Para tamu yang merupakan orang-orang penting hotel beserta undangan khusus, menatap kagum. Yibo terlihat begitu tampan dan karismatik dengan balutan kemeja hitam dan rambut yang ia sisir kebelakang.
Kata sambutan ia tuturkan dengan apik dan singkat.
Setelah itu ia bergegas menghampiri Direktur Lan di ruang pribadi.

Ketika ia membuka pintu, Tn. Lan tidak sendiri, ia ditemani sosok wanita cantik bergaun merah dengan rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai cantik. Lan Mira, puteri dan anak satu-satunya Direktur Lan.

"Halo, Tn. Wang!" Sapa Mira.

Yibo terdiam beberapa saat kemudian membalas dengan senyuman singkat.

"Nona Lan, kufikir kau masih di Inggris."

"Aku telah menyelesaikan kuliahku." Jawab Mira sambil menatap penuh makna.

Yibo duduk dihadapan Tn. Lan, lalu menuangkan minuman untuk sang Direktur.

"Kalian masih mengenal satu sama lain, baguslah." Ujar Tn. Lan sambil menengguk minumnya.

Yibo mengangguk kecil kemudian menatap layar ponselnya, ia tercekat lalu terpaku cukup lama.

"Ada apa?" Tegur Tn. Lan, ia tak melihat pesan atau panggilan masuk, hanya jam dan keterangan tanggal hari ini yang tertera dilayar ponselnya.

"Direktur, maafkan aku, tapi aku harus pergi..."

"Pergi? Apa ada masalah mendadak? Ceritakan saja padaku, mungkin aku bisa mengurusnya untukmu." Tn. Lan nampak sigap, sementara Mira  sibuk memperbaiki lipstick-nya.

"Tidak perlu, terimakasih. Aku pamit..."

Yibo menepikan mobilnya dipinggir jalan, menatap keseberang dimana disana terlihat sebuah bangunan rumah yang sudah lama tak berpenghuni.
Ia terdiam cukup lama, hanya gelap dan keheningan malam yang menemani.
Hingga kemudian sesuatu mengalihkan perhatiannya.

Sebuah mobil melintas dan berhenti tepat didepan rumah itu, lalu sorot lampu senter menyala, seseorang berusaha menerobos masuk?

"Berhenti!"
Yibo menepuk bahu sosok misterius itu namun orang tersebut malah menghempas tangan Yibo dan menodongkan stik besi ke wajahnya.

"Ah sialan kufikir hantu!" Serunya. Yibo segera bangkit berdiri, memperhatikan wajahnya dengan sorot lampu ponsel.
Seorang pemuda berkumis dan mata sipit.

"Siapa kau? Kenapa kau berkeliaran disini?" Tanya Yibo.
Pria itu balik menatap sinis lalu menunjukan sebuah kertas kecil.
"Apa alamat yang tertulis disini, benar adalah rumah ini?"
Yibo mengangguk, lalu tiba-tiba merebut kertas itu dan menatapnya lekat.
Tulisannya terlihat sangat familiar...

"Siapa yang memberimu alamat ini? Siapa kau?"

"Aku Ming Xue Ling, kakek-ku yang memberi ku alamat ini dan menyuruhku memeriksanya."

"Kakek-mu? Darimana ia tahu alamat ini, dan kenapa?"

"Tunggu, kau siapa? Apa kau pemilik rumah ini?"

"Jawab pertanyaanku!" Sentak Yibo sambil mencengkeram kerah jaket pria itu.

"Wow, tenanglah! Baik, oke... Aku akan bilang.
Kakek-ku jauh-jauh datang dari Jepang, dari pulau tempatnya tinggal, membawa seseorang, orang itu berasal dari China, dia sakit dan selama ini dirawat oleh kakekku... Orang itu ingat ia tinggal di alamat ini, jadi aku membantu-nya. Kami berniat melapor ke polisi jika tak bisa membantunya pulang, kakek-ku sudah tak mampu merawatnya karena dia juga sakit dan aku? Aku hanya mampir ke negeri ini untuk kuliah, tak punya uang untuk merawat orang asing-"

"Bawa aku kesana!"

"Kemana?"

"Ketempat kakekmu, dimana dia berada."

.
.
.

"Anak tampan, kau sudah bisa berjalan?!"
Kakek itu buru-buru menghampiri, takut ia terjatuh lagi.

"Tidak, tidak perlu membantuku. Kakek, kau duduk saja. Aku sudah bisa berjalan sendiri..."
Ia menggunakan gestur tangan karena si kakek tak faham Mandarin.

"Baiklah, ganbatte!!!"
Kakek itu menyemangati.

Lalu terdengar suara mobil menepi didepan gerbang apartment, satu mobil butut yang selalu dipakai cucunya, dan satunya lagi mobil super mewah yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

"Apa cucumu sudah kembali?"
Kakek itu segera membuka pintu untuk memastikan.

"Dia datang membawa seseorang..."

~~~

𝑳𝒊𝒕𝒕𝒍𝒆 𝑺𝒆𝒄𝒓𝒆𝒕 [𝑻𝒂𝒎𝒂𝒕]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang