1. Surat Rahasia

106 36 11
                                    

Reno membuka mata perlahan-lahan. Pandangannya sedikit silau oleh sinar matahari yang menembus dinding roster. "Loh kok, sekarang aku di sini?" pikirnya kebingungan, sambil menyipitkan mata serta menguceknya. "Sudah bangun Ren?" panggil kakaknya yang sedang mengerjakan berkas pekerjaannya. Reno tidak menyangka jika dirinya telah berada di kamar. Semalam, ketika sedang mengobrol di bukit itu, Reno tertidur dalam pangkuan kakaknya karena tidak kuat menahan kantuk. Sehingga kak Riko harus membopongnya ke dalam mobil hingga ke kamar. Reno memperhatikan kakaknya yang sedang serius menggarap pekerjaannya. Bukannya senang melihat kakaknya ulet dalam bekerja, Reno berpikir seharusnya dia bisa bersantai dan beristirahat dari pekerjaannya di hari libur ini.

Reno menarik tangan kak Riko agar tidak melanjutkan pekerjaannya lagi. Tapi genggamannya dilepas, "Kamu kenapa sih Ren?" Reno mengatakan, "Haduh kak, apa belum selesai-selesai kerjaannya dari hari senin sampai jumat? kok masih kerja di hari libur gini sih? mending tenangin diri dulu, ya gak?" Kakaknya menjawab, "Gak bisa Ren. Kerjaannya lagi banyak banget. Aku harus selesaikan tanggung jawabku sebelum pergi," Tanya Reno dengan spontan, "Memangnya kakak mau pergi ke mana?" Kak Riko mendadak tertegun, kemudian melanjutkan, "Ehmm.. Maksudnya kakak itu harus kerjakan berkas ini sebelum di bawa ke kantor." Reno menganjurkan, "Oh.. tapi kan besok masih libur. Mending dikerjakannya besok saja." Kak Riko beralasan, "Kamu tahu kan kalau aku gak suka menunda pekerjaan. Mending dikerjakan sekarang, jadi besok tinggal santai." Reno mengiyakannya, "Iya betul juga kak. Ya sudah kalau gitu lanjutin lagi kerjaannya kak." Reno lalu merapikan kasurnya.

Sejak didisiplin kakaknya, Reno menjadi anak yang rajin dalam membersihkan dan merawat kamar tidurnya. Tidak ada satu pun barang yang berantakan. Barang besar maupun yang kecil, semua tersusun dengan rapi. Ya, bagi Reno, kak Riko adalah seseorang yang perfect dalam bidang kebersihan dan kerapian. Sehingga dirinya juga harus meniru sang kakak. Udara kamar pun tercium segar setelah selesai membersihkannya, membuat kak Riko makin nyaman mengerjakan tugasnya di dalam. Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 12.00. Reno mengeluh, rasanya ingin menahan jarum waktu agar tidak cepat berlalu. Dia lari terbirit-birit ke halte untuk menaiki bis menuju tempat kursus biola. Dirinya terus-menerus memandangi arlojinya, dan geregetan karena di beberapa titik jalan ada yang padat hingga macet. "Hiiii.... hari ini kok macet, tumben." mengeluhnya dalam hati. Setelah tiba di halte pemberhentian, Reno berlari sekencang mungkin, membuat bajunya basah bermandikan keringat sesampainya di tempat kursus.

Baru dua bulan ini Reno menjalani kursus biola. Sebenarnya bukan keinginannya untuk mengikuti kursus ini. Dia melakukannya semata-mata untuk menyenangkan orang tuanya yang ingin agar anaknya pandai bermusik seperti anak tetangga lainnya. Jika di rumah waktu terasa lebih cepat, tapi kalau di sini 5 menit saja sudah terasa seperti sejam. "Hiiii.... kapan sih kursusnya selesai-selesai? gak betah banget disini." benaknya. Guru pun merasa grogi dan sungkan saat bersama dengannya karena melihat ekspresinya yang datar, kurang bersemangat dan pelit senyuman, sebab Reno menjalaninya tidak dari hatinya. Memegang biola saja masih kaku. Akhirnya satu jam telah berlalu. Rasanya bebas seperti dari penjara. Reno mereganggakan tubuhnya yang tegang dan kaku.

Dengan santai dia berjalan menuju halte bis untuk pulang. Setelah tiba di halte, ponsel miliknya berbunyi. Ternyata ada telepon masuk dari kak Riko, "Ren, kamu di mana? kok kakak tungguin di tempat kursus gak ada?" Reno menjawab, "Hah? aku baru saja sampai halte. Ngapain kakak ke situ?" Kak Riko berkata, "Ya sudah kalau gitu. Kamu keluar dari halte ya, biar kakak jemput ke sana." Reno kebingungan, "Loh tapi kan kak," dan, "Tut.. tut.. tut.." jaringan telpon terputus. Lalu 10 menit kemudian, dari kejauhan terdengarlah klakson mobilnya. Reno tidak menyangka jika kakaknya akan menjemputnya lagi. Kak Riko memberikan alasan mengapa dirinya menemui adiknya, "Kakak rencana mau belanja ke supermarket. Makanya sekalian jemput kamu biar kita sama-sama ke sana."

Reno tidak sengaja menemukan suatu amplop di laci mobilnya. Dia terkaget-kaget saat membaca isi surat itu. Baru membaca setengahnya saja, kak Riko langsung merebut suratnya. Mereka saling tarik-menarik untuk merebutkan amplop tersebut, sampai-sampai mobil yang dikendarai mulai oleng dan hampir menabrak trotoar. Untung saja kak Riko sigap mengendalikan mobilnya, sehingga tidak ada yang celaka dan mobil tidak menabrak apa pun yang ada di depannya. Kak Riko memarahi adiknya, "Apa-apaan kamu Reno, mau tahu rahasia orang lain saja!" Reno jengkel, "Apa? orang lain kakak bilang? kamu itu kakakku!" Kak Riko membentak, "Iya-iya, tapi gak usah ikut campur urusanku!" Reno sangat geram sambil menggenggam erat amplopnya sampai berkerut-kerut, "Apa kakak bilang? jangan ikut campur? sudah jelas-jelas ini urusan yang serius. Masih mau dirahasiakan lagi?!"

Perkara ini semakin meradang. Bahkan di supermarket pun mereka berdua tidak saling bicara. Tampaknya isi surat itu sangatlah serius. Apakah isinya?

Bersambung....

Jangan Lepas GenggamankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang