Aku menghentikan aktivitas melipat baju saat mataku melihat sebuah kardus yang tersimpan dibawah tempat tidur. Rasa penasaran membuatku langsung menarik kotak kardus itu keluar dari persembunyiannya. Aku batuk sebentar karena debu yang masuk ke indra penciuman.
My Journey
Begitulah kata yang tertulis di penutup kardus. Langsung ku buka tutup kardusnya dan melihat apa saja benda yang tersimpan didalamnya. Buku, foto polaroid, diary, album foto. Hanya itu.
Tanganku mengambil buku diary dengan sampul coklat yang cantik. Membuka covernya, membaca lembar pertama, berlanjut ke lembar kedua, dan seterusnya. Sesekali aku tertawa, meringis malu, atau bahkan tersipu membaca setiap kata yang tertulis disana.
Hingga berhenti disalah satu lembar yang berisi kata permohonan saat pertama kali aku melihatnya. Dia. Penguat jiwaku yang dulu sangat rapuh dan mudah hancur.
Dear, K. Aku tau ini lucu. Tapi, aku akan selalu melihatmu dari tempatku sekarang. Menyimpan setiap gerakan yang kamu lakukan dalam memoriku. Maaf, jika aku membuatmu tidak nyaman. Aku hanya ingin merasakan energi yang kamu pancarkan. :)
Aku tersenyum tipis membacanya. Tidak perlu mengingat apa yang membuatku menulis demikian, karena penyebab aku menulis ini untuknya selalu melekat di otakku hingga detik ini.
Aku menghela nafas dan kembali menyimpan diary itu ke tempatnya semula. Mengembalikan kotak kardus kembali ke kolong kasur dan menyimpan baju-baju yang sudah ku lipat sebelumnya ke dalam lemari.
💍💍💍
Suasana ruang makan cukup tenang. Hanya terdengar suara sumpit dan sendok yang beradu dengan piring serta mangkuk. Tidak ada yang berniat membuka percakapan meski beberapa kali mulutku terbuka. Mataku menatap lurus ke depan dimana dia, yang kini menjadi suamiku sedang menikmati makanan yang sudah ku buat.
Aku tau ini mungkin keajaiban. Bagaimana bisa, dia. Orang yang dulu selalu ku perhatikan dari jauh. Kini menjadi orang yang akan hidup menua bersama.
"Gwaenchana?"
Aku mengerjap saat merasakan pipiku diusap perlahan. Dia tersenyum lebar dan kembali memegang sumpitnya.
"N-ne?"
"Kau baik-baik saja? Tidak biasanya kau diam saat makan."
"Ahh, itu karena aku tidak ingin membuatmu semakin lelah Oppa. Jika aku lelah maka suasana tenanglah yang aku butuhkan, dan aku tau Oppa membutuhkan itu." ujarku dengan senyuman.
Dia ikut tersenyum. "Gomawo."
"Ne?"
"Karena sudah mau menerimaku dan mengerti diriku dengan baik. Aku harap bisa melakukan hal yang sama juga padamu."
"Oppa bisa mencobanya perlahan. Tidak perlu dipaksa, mungkin aku bisa melakukannya karena biasa memahami anak-anak."
"Ahh, ya. Bagaimana pekerjaanmu? Semua berjalan baik?"
Aku mengangkat bahu sebentar lalu mulai bercerita. Sesekali dia menimpali obrolanku dengan saran dan lelucon anehnya. Makan malam itu pun berjalan ceria karena obrolan kami.
💍💍💍
"Hari ini aku pulang larut. Tidurlah lebih dulu." dia mencium dahiku dan aku balas mencium pipinya. Kami saling melempar senyuman sebelum aku turun dari mobilnya.
Dia menekan klakson sekali dan aku melambai melepas kepergiannya.
"Ya Tuhan, aku cemburu padamu."
Aku menoleh untuk melihat dua rekan kerjaku. Kim Jaehwan dan Yeon Jieun. Mereka berdua memasang ekspresi mengejek.
"Kalian akan tau rasanya jika sudah menikah tidak perlu cemburu." ucapku dan berjalan memasuki halaman luas menuju gedung tempatku bekerja.
"Tapi sulit menemukan seseorang yang seperti suamimu, tatapan matanya dan perbuatannya padamu itu, ahhh~" Jieun mendesah pelan dengan kedua tangan saling bertaut.
Satu alisku terangkat. Ku pikir topik tentangku sudah selesai karena dua orang itu tidak berbicara saat kami melintasi playground. Ternyata belum.
"Benarkah? Kau perhatian sekali. Aku cemburu," candaku dengan ekspresi terluka. Membuatku menerima pukulan pelan di bahu.
"Shinyeong yang beruntung, karena mendapatkan jackpot." Jaehwan menimpali dan tersenyum miring.
Aku terkekeh mendengar istilah yang diberikannya untuk suamiku. Jackpot? Yah, mungkin bisa dibilang begitu. Aku sangat beruntung mendapatkannya yang dulu hanya bisa ku kagumi dari kejauhan.
Dia yang menjadi vitaminku kini menjadi pasanganku hingga maut memisahkan.
Dia ....
..... Cho Kyuhyun
Dan dia adalah,
Suamiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely ✔️
FanfictionAku tidak pernah sengaja menginginkanmu, meski bersamamu adalah cara melengkapiku - Shinyeong © Ryn | September 2019