N

1.3K 110 5
                                        

"PTSD?" ulang Kyuhyun saat mendengar penjelasan dari dokter Kang. "Separah itu?"

Kang Heejin mendesah pelan dan memperlihatkan sebuah map berisi laporan perkembangan tentang kesehatan mental Shinyeong. "Istrimu tumbuh dengan orang tua yang toxic. Pukulan dan cacian merupakan hal yang cukup sering dia dapatkan. Dia juga korban bullying selama 9 tahun, Kyu."

"Dia terlihat baik-baik saja, Hyung. Maksudku, melihat semua kondisi itu bukankah seharusnya dia..." Kyuhyun berhenti tidak ingin melanjutkan kata itu.

Heejin tersenyum tipis, maklum pada sikap yang ditunjukkan oleh Kyuhyun. "Depresi. Ya dan tidak. Setiap dia melakukan tes depresi, dia selalu berada di titik sempurna, artinya istrimu tidak punya depresi sedikit pun. Dia hanya punya trauma mendalam yang membuatnya sering menjauh agar tidak menyakiti orang lain."

"Itu alasannya kenapa dia selalu berada di tempat yang tidak pernah ku duga saat sedih?"

"Shinyeong memang begitu, disetiap konsultasi dia selalu menjawab tempat tenang membuatnya mampu mengisi daya pikirannya. Dia hanya takut tidak bisa mengontrol diri saat emosi yang berlebihnya meledak dan melukai orang tanpa sadar. Kau tau dia sangat sangat rapuh."

Kyuhyun diam dan tidak berkomentar apapun. Pikirannya melayang saat dia kembali menemukan Shinyeong yang tertidur di ayunan gantung tadi pagi. Tempat bersembunyi istrinya saat sedang dalam kondisi rapuh.

"Dia tidak pernah berbagi apapun denganku saat sedang rapuh," bisik Kyuhyun lirih. "Apa dia tidak mempercayai ku? Suaminya sendiri?"

"Kyu, untuk menikah denganmu saja dia butuh kekuatan yang sangat besar. Dia punya PTSD. ketakutan terbesarnya adalah menikah dan menjadi orang tua. Dia takut bahwa semua luka yang diberikan orang tuanya akan membuatnya bersikap seperti itu pada anak kalian nanti."

Kyuhyun menggeleng, tidak setuju. "Dia tidak seperti itu."

"Memang tidak. Dia bahkan menyembuhkan semua luka itu sendirian selama ini. Aku sangat terkejut saat tahu bahwa dia sekuat itu. Wow!" Heejin berdecak kagum pelan sebelum berdehem kembali menormalkan ekspresinya. Ia menatap Kyuhyun tenang dan dalam. "Aku akan bertanya padamu, Kyu? Apa yang kau rasakan pada Shinyeong?"

Kyuhyun diam sesaat dan menoleh. Menghindari tatapan menilai Heejin. Sebelum menjawab, "Aku ingin jadi pelindungnya."

"Hanya itu?"

"Ya, aku ... ck, Hyung!"

Heejin mengangguk paham. Tidak perlu memaksa Kyuhyun untuk mengatakannya karena semua sudah jelas tergambar di wajah pria itu. "Aku mengerti."

Kyuhyun memasang wajah memelas. "Kau tidak mengerti, Hyung. Ini tidak seperti itu—" Kyuhyun berhenti saat Heejin mengangkat tangannya.

"Kau sudah selesai? Sebentar lagi klien ku datang."

"Hyung, aku mohon padamu. Jangan menilaiku buruk, aku juga mempunyai luka lama."

"Kenyataannya menikah adalah pelarianmu. Bukan sebagai penyembuhmu. Berhenti memikirkan wanita lain yang sudah meninggalkanmu dan bahagia dengan kehidupan barunya. Aku tidak bisa menjamin apa yang akan dilakukan Shinyeong jika kau terus seperti ini."

💍💍💍

"Yeong Saem, bentuk adonanku tidak bisa menjadi seperti itu, bisa bantu aku?"

Aku menoleh pada Yura yang mencebik lucu pada adonan kue yang kacau karena terlalu sering diremas asal. Pindah duduk di samping balita berpipi bulat itu, dengan lembut kembali mengajarinya membentuk adonan hingga berbentuk beruang.

Yura bertepuk tangan senang dan langsung memelukku setelah meletakkan adonannya di loyang diantara bentuk kue anak lainnya. "Gomawo, Saem!" serunya.

Lonely ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang