Sudah sepuluh hari Shinyeong berada di rumah sakit. Kesembuhannya yang perlahan pulih membuatnya diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit lebih cepat. Hal itu tentu membuat Shinyeong bahagia.
"Hati-hati. Kau masih belum sepenuhnya pulih," ujar Kyuhyun membantu Shinyeong turun dari ranjang. Pria itu membantu istrinya mengenakan sepatu. Merangkulnya dengan satu tangan sedangkan tangan lainnya membawa satu tas kecil berisi pakaiannya.
"Aku punya permintaan." kata Shinyeong saat mereka berjalan di lorong rumah sakit.
"Hmm. Apa?"
"Aku ingin pergi ke taman yang berada di dekat rumah orangtuaku."
"Sekaligus mengunjungi mereka?"
Shinyeong menggeleng. "Tidak. Kau bilang ingin tahu tentang diriku, kan? Maka akan ku ceritakan semuanya. Disana."
"Aku sudah tahu——"
"Kalau yang kau maksud adalah diary dan semua video itu. Semua itu hanya mewakili 25% lukaku." potong Shinyeong, "Kau belum tahu hal yang lainnya. Tentang posisimu di hidupku."
Kyuhyun menghela nafas sesaat dan menyetujui permintaan istrinya. Meski hatinya sempat menolak keras permintaan tersebut karena kondisi istrinya yang baru saja sembuh dan sedang dalam masa pemulihan.
💍💍💍
"Aku selalu bersembunyi. Saat aku merasa aku tidak kuat menghadapi sesuatu, maka aku akan mencari ruang kosong untuk kembali mengumpulkan kendali diriku." Shinyeong membuka suara setelah sepuluh menit mereka duduk disalah satu bangku taman.
"Aku tahu." sela Kyuhyun, "Kau akan menutup dirimu dan tidak memberi kesempatan pada siapapun. Orang-orang menyebutmu kaku, tapi kau hanya tidak percaya pada dirimu sendiri."
"Tidak percaya pada diriku sendiri. Ya, aku mengakui itu. Sejak aku kecil karakter percaya pada diri sendiri milikku sudah dibunuh oleh orangtuaku sendiri. Aku mencoba untuk menghidupkannya kembali tapi, ku pikir aku sudah terlambat?"
"Kau pikir begitu?"
"Yap. Dulu, saat aku habis di pukul oleh ayahku aku berlari keluar rumah dan duduk dibelakang pohon. Menangis dengan keras bersama hembusan angin yang kencang. Setelah puas menangis, aku berdiri dan terkejut."
"Karena seorang anak laki-laki melihatmu, iya kan?"
Shinyeong menoleh kaget ke samping. Menatap sisi wajah Kyuhyun yang memasang senyum tipis. "Bagaimana kau tau?" ujarnya.
"Karena aku anak laki-laki itu. Awalnya ku pikir kau sedang bermain hide and seek bersama temanmu. Tapi, saat waktu beranjak sore dan kau tidak juga keluar dari tempat persembunyianmu, aku tahu kau sedang tidak baik-baik saja."
"Kau tinggal di dekat sini? Dulu?" cecar Shinyeong
Kyuhyun menggeleng dan memutar tubuhnya menghadap istrinya. Menumpukan satu tangan ke senderan bangku.
"Sepupuku dulu tinggal di dekat sini. Rumahmu bahkan cukup jauh dari taman ini dan melihatmu yang kabur kemari cukup membuatku kaget saat itu."
"Karena jika aku tetap dirumah setelah disiksa, maka aku bisa gila. Mungkin juga aku bisa bunuh diri."
"Aku bersyukur kau tidak melakukannya saat itu. Jika iya, maka aku akan sangat sedih karena tidak bisa menemuimu lagi."
Wajah Shinyeong sempat bersemu sebelum tatapannya turun dan mengarah ke perutnya. Satu tangannya melekat disana. "Aku... cacat..." Bisiknya pilu.
Kyuhyun langsung menarik Shinyeong masuk ke dalam pelukannya. "Kau tidak cacat. Kau sempurna. Ada atau tidaknya rahimmu tidak mengurangi apapun diantara kita."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely ✔️
Fiksi PenggemarAku tidak pernah sengaja menginginkanmu, meski bersamamu adalah cara melengkapiku - Shinyeong © Ryn | September 2019