7. Jet Lag

3K 505 86
                                    

Kalau aku lagi galau, aku pasti mampir ke lapak ini untuk senyum-senyum.
Ya Lord, aku suka Seok-Jin.
Suka sekali 😢


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Berjalan di sebuah gang sempit yang hanya memuat dua orang, Jin-Wook menatap gelisah sambil sibuk menyilangkan tangan agar sisi tubuh tidak mengenai dinding gang yang berlumut dan tampak begitu kotor.

Seumur hidupnya, Jin-Wook tidak pernah melihat adanya pemukiman kumuh seperti itu. Bagaimana mungkin manusia bisa bertahan hidup di tempat yang kotor dan tidak terjamin keamanannya? Belum-belum, Jin-Wook sudah bergidik ngeri.

"Apa kau yakin ini adalah rute untuk rumah sewa yang kau dapatkan?" tanya Jin-Wook untuk kesekian kalinya.

Sambil mengerutkan alis dan menatap ponsel dengan tampilan Google Maps, Eun-Hye menganggukkan kepala dan terus berjalan sambil menyeret kopernya dengan gaya ala wanita kasar yang tidak tahu sopan santun. Entah sudah berapa kali roda koper sialan itu mengenai pantofel yang dikenakan Jin-Wook, sampai sepatu mahalnya itu terlihat kotor, sama kotornya dengan wanita gila itu.

Rute mereka berganti menjadi semakin padat dan kumuh, dengan banyaknya orang yang duduk di sisi kanan kiri gang sempit itu. Astaga! Jalan umum yang memiliki lebar tidak seberapa itu masih harus diisi oleh orang-orang kotor yang duduk santai di depan pintu rumah. Kembali Jin-Wook bergidik ngeri sambil mengikuti Eun-Hye yang memimpin jalan di depan.

Berpenampilan rapi dan tampak bersih, tentu saja Jin-Wook dan Eun-Hye menjadi pusat perhatian. Sorot mata ingin tahu dan tatapan kagum terlempar dari mereka, seperti orang norak yang tidak pernah melihat pria tampan. Tentu saja, Jin-Wook semakin maklum adanya dengan situasi yang sedang terjadi. Seperti lilin kecil yang menerangi dunia yang gelap, seperti itulah Jin-Wook yang berada di gang sempit itu. Memukau dan mempesona.

"Ketemu!" seru Eun-Hye dengan antusias sambil tersenyum sumringah.

Ekspresi senang yang ditampilkan Eun-Hye tampak kontras dengan ekspresi ngeri dari Jin-Wook. Bagaimana bisa wanita itu bisa begitu riang melihat kondisi rumah sewa yang ada di hadapannya? Ditambah lagi, ada sekelompok preman kampung yang sepertinya tingggal tidak jauh dari situ, sedang bernyanyi dalam bahasa yang tidak dimengerti dengan sumbang, sambil memainkan gitar dengan nada yang sembarangan.

Siulan yang menyerupai godaan terdengar dan itu membuat Jin-Wook mendelik tajam pada kelompok preman yang memang bersikap kampungan. Tampak mereka sedang melihat Eun-Hye dengan tatapan lapar. Sedangkan objek yang dilihat, tidak merasa sedang digoda dan masih sibuk dengan ponselnya untuk melakukan panggilan.

Tidak lama kemudian, seorang pria tua dengan tampilan yang menyedihkan keluar dari rumah itu. Dengan hanya mengenakan singlet lusuh yang sudah melar di bagian leher dan celana pendek yang sudah berlubang di bagian bawah. Napas Jin-Wook tertahan melihat bagaimana pemilik rumah tampak berbinar melihat Eun-Hye, layaknya pria hidung belang yang haus akan birahi.

Spontan, Jin-Wook menarik Eun-Hye untuk berdiri di belakangnya sambil berhadapan dengan pria tua itu. "Apa kau pemilik rumah sewa ini?"

Pria tua itu mengangguk dan membalas dalam bahasa inggris seadanya. "Ya, ini rumahku."

Berbalik untuk menatap Eun-Hye dengan tajam dan menunjuk arah rumah dengan dagu. "Apa kau yakin ingin tinggal di rumah kumuh seperti ini?"

Eun-Hye mengangguk pasrah. "Harga sewanya murah dan...,"

"Lihat sekelilingmu! Tidakkah ini adalah tindakan bunuh diri? Apa kau ingin mencari mati dengan tinggal di sarang penyamun? Mereka terlihat mesum dan melihatmu dengan tatapan tidak pantas," sela Jin-Wook geram.

From Incheon With Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang