19. Run Over Night

3.3K 575 40
                                    

WARNING : 17+
Ternyata, aku lebih lancar di lapak ini ketimbang Wayne yang bikin jenuh 😛

Diharapkan untuk tidak terlalu berekspektasi yah.
Happy Reading 💜


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Jin-Wook mengunyah chips bungkus kelima sambil mendelik tajam pada Eun-Hye yang juga melakukan hal yang sama. Mengunyah dengan keras, hingga menghasilkan bunyi renyah dari kripik kentang yang dimakan, berlomba untuk siapa yang lebih keras suaranya.

Dia berpikir jika Eun-Hye akan mengaku kalah, tapi ternyata, wanita gila itu sanggup menandinginya dengan bungkus kelima juga. Damn! Stok chips kesukaannya langsung habis dimakan wanita serakah itu.

"Kenapa kau tidak berhenti juga?" tanya Jin-Wook sewot.

"Kenapa aku harus berhenti?" tanya Eun-Hye sambil mengunyah dengan suara kunyah yang seperti disengaja untuk menimbulkan gaduh.

Tidak mau kalah, Jin-Wook melakukan hal yang sama. Keduanya kembali berlomba untuk mengadukan suara renyah dari keripik kentang yang dimakannya.

"Aku heran dengan dirimu yang kecil, tapi memiliki perut seperti gorilla," celetuk Jin-Wook tidak senang. "Apa kau tidak takut gemuk? Lihat! Pipimu begitu bulat dan terlalu banyak lemak di situ."

Eun-Hye memekik ketika Jin-Wook mencubit kedua pipinya dengan gemas. Spontan, menepis tangan Jin-Wook dari pipinya, dan rona merah menghias di kedua pipinya. Menggemaskan, pikir Jin-Wook geli.

"Aku tidak akan pernah bisa gemuk, karena aku sudah cukup berolahraga," ujar Eun-Hye sengit.

"Oh, yah? Berolahraga seperti apa? Aku bahkan tidak pernah melihatmu jalan pagi atau gym," balas Jin-Wook sambil berkerut heran.

"Tanpa perlu melakukan semua itu, aku sudah berolahraga, Oppa. Batinku sering mengemban beban berat, juga berbagai permasalahan hidup yang membuatku harus menelan perasaan. Ditambah lagi, percintaan unik yang kujalani bersamamu. Semua itu sudah cukup membakar kalori dan lemak jenuh dalam tubuh, sehingga aku tidak akan gemuk," ucap Eun-Hye sambil asik mengunyah.

"Heh? Itu berarti kau mengalami tekanan batin denganku? Maksudmu, kau tidak bahagia bersamaku?" seru Jin-Wook tidak terima.

Alis Eun-Hye berkerut sambil menatap Jin-Wook heran. "Aku tidak bilang demikian. Maksudku, hidupku yang berat, membuatku harus mendapat asupan makanan yang banyak agar sanggup menghadapi semua itu."

"Tapi kau tadi bilang jika hubungan kita menambah permasalahan dalam hidupmu!" tuding Jin-Wook dengan mata menyipit tidak suka.

"Tidak!"

"Iya!"

"Tidak!"

"Jangan mengelak! Akui saja!"

"Aku tidak berkata seperti itu!"

"Iya!"

"Tidak! Tidak! Tidak!"

"Iya! Iya! Iya!"

Eun-Hye mengerucutkan bibir sambil menatap Jin-Wook kesal, lalu segera membereskan bungkus-bungkus kosong yang berserakan di lantai berkarpet kamar itu. Selalu saja seperti itu, batin Jin-Wook sewot. Jika bertengkar, kebanyakan wanita lebih memilih menghindar. Bukannya menyelesaikan terlebih dahulu, tapi bersikap kekanakan dengan pergi begitu saja, meninggalkan kaum pria malang seperti dirinya untuk merasa dongkol.

Seharusnya, Jin-Wook tidak perlu menyusahkan diri dengan membuang waktu untuk hubungan seperti ini. Kini, dia mengerti dengan definisi para petingginya di perusahaan, bahwa satu wanita sebanding dengan sepuluh pekerjaan tersulit. Jika pekerjaan akan selesai dengan adanya jalan keluar, tapi wanita tidak semudah itu.

From Incheon With Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang