Akashi Seijuurou membunyikan bel. Interkom didepannya mengeluarkan suara beralun lembut, "Siapa?"
"Ini aku. Akashi Seijuurou."
"Akashi-kun? Tunggu sebentar biar kubuka pintunya."
Tidak lama Akashi menunggu, muncul bunyi kenop pintu. Seorang pemuda beriris biru muda menyambut dengan kerutan dahi. "Seharusnya Akashi-kun membuat janji kalau ingin datang. Silahkan masuk dulu."
Akashi tidak menjawab. Buat janji bagaimana? Bertukar pesan saja tidak pernah. Bukan berarti ia mengharapkan.
Akashi menjejak kaki di lantai putih, melepas sepatu menggunakan salah satu kakinya.
"Ada perlu apa? Aku sedang mengerjakan tugas, maaf kalau tidak bisa melayani lebih."
Akashi melonggarkan sabuk, melepas ikat pinggang.
Kuroko Tetsuya bingung, lebih kelihatan seperti pemuda polos yang mengikuti gerak tangan lawan bicara.
"Ikat pinggang ini bukan milikku, tertukar."
Alasannya datang kemari bukan untuk balas budi dengan cara menebar benih, melainkan untuk mendapatkan kembali barangnya yang tertukar. Sederhana memang.
Kuroko menerima sodoran, "Wah, iya, ini milikku. Baiklah silahkan duduk dan tunggu dulu, Akashi-kun, biar kuambilkan milikmu."
Karena tuan rumah mengizinkan masuk, Akashi menggunakan kesempatan untuk menjelajah. Ruang tamu hanya terdiri dari televisi, lemari berisi perhiasan keramik, tiga rak buku yang dipenuhi buku-dua diantaranya ditata sejajar menempel dinding. Vas bunga diatas meja juga diteliti. Sekilas Kuroko Tetsuya memang normal sebagai mahasiswa.
Di kolong meja terdapat rak berteralis besi. Setumpuk kertas mengisi ruang. Buku, majalah, koran-mata Akashi langsung menyambar koran keluaran baru. Ia belum membaca seluruhnya, tapi tertarik untuk menunjukkannya pada pemilk rumah yang muncul dengan sebuah benda di tangannya. "Kau masuk koran,"
"Yang mana?" balik tanya, seraya meletakkan sabuk diatas meja.
"Orang tahunan yang tak penting itu."
Kuroko hanya melirik. "Oh, media suka membesar-besarkan. Itu bukan apa-apa, Akashi-kun. Dan juga, berita tentangku tidak masuk di koran hari ini. Aku curiga Akashi-kun mencari tahu tentangku di koran kemarin."
"Kebetulan." jawab Akashi ringan, meletakkan koran diatas meja. "Kawanku maniak berita, aku hanya terseret arus."
"Begitu," jawab Kuroko singkat, berbalik untuk beranjak. "Aku sedang mengerjakan tugas, tak apa kalau Akashi-kun mau pulang."
"Kau kuliah siang?"
"Ya, aku ambil jam siang karena belum menyelesaikan tugas."
Seperginya tuan rumah, Akashi Seijuurou beranjak. Menyorot tajam kearah perabotan. Mengamati isi lemari berisi hiasan keramik. Ganti mengamati judul buku yang tersusun di rak. Deret buku tebal ditata rapih. Mungkin Kuroko Tetsuya salah satu orang sempurna yang pernah Akashi temui. Sebab orang normal mana yang menyusun buku tidak sesuai abjad, melainkan paduan warna dan urutan barkode.
Kebanyakan buku berisi penelitian, hipotesis, dan beberapa buku sejarah dunia dengan berbagai bahasa. Lalu rak yang berdiri sendiri berisi susunan buku sastra dan kebudayaan.
Matanya melirik ke kolong rak, menyipit untuk mempersempit pandangan, sekaligus memperjelas pengelihatan.
"Akashi-kun?"
Sontak menoleh. Tuan rumah muncul setelah menutup pintu kamar.
"Aku akan keluar cari sarapan."
"Kebetulan. Mau kuantar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
secret agent
Action[Ini adalah sebuah fanfiksi remake yang pernah saya publish di fanfiction.net dan mendapat penghargaan Best Science Fiction di Indonesian Fanfiction Award 2015.] Ada beberapa scene yang sengaja saya hapus.