Sedikit kesal karena pesannya tidak dinotis MC untuk dijadikan pertanyaan penutup, Akashi Seijuurou mengutuk seluruh kru tivi dan dua MC-nya. Setelah itu menimbang-nimbang, dan memutuskan sesuatu. Ia ingin percaya pada dirinya sendiri.
Karena itu ia menepi didepan gedung Seiho. Menunggu Kuroko Tetsuya untuk menjemputnya. Sekaligus menjalankan perintah langsung dari ratu. Tidak banyak agen yang beruntung bisa dipanggil ratu-selain Nijimura, tentunya. Bahkan Reo, Kotarou, Nebuya, yang notabenenya lebih senior daripada dirinya saja tidak punya kesempatan bertemu langsung dengan sang ratu.
Akashi Seijuurou seharusnya merasa beruntung. Tapi gelisah dalam hati meresahkan hari-harinya. Yang pasti, ia tidak pernah salah. Tidak pernah kalah. Apapun yang terjadi, ia akan selalu menang karena selalu benar. Dan Keputusannya mutlak tidak dapat diganggu gugat.
Karena alasan itulah, ia tidak ragu untuk menuntaskan misi.
"Akashi-kun?"
Menatap lurus kearah pemuda yang menyapa dari luar pintu mobil merah. "Tetsuya. Mau ikut denganku?"
"Tumben sekali. Ada apa, Akashi-kun?"
"Aku berubah pikiran." ujarnya tenang.
"Baiklah." sahut Kuroko datar. Akashi tidak lepas menatapnya. Barusan si pemuda melangkah dengan kaki kiri-postur tubuh tidak condong, melainkan tetap tegap. Akashi meyakini itu adalah sebuah sinyal.
Tanpa perlu menunjukkan rasa curiga, ia menyalakan mesin mobil.
Kuroko Tetsuya menatap jalanan. Selama di perjalanan, Akashi-kun tidak mengajaknya bicara. Sekarang adalah saatnya. Ia telah mendapat kesempatan untuk menjalankan rencana yang sudah disusun entah sejak kapan.
Menerawangi jalan raya yang tidak ramai, Kuroko Tetsuya mengenang.
(Waktu diputar kembali ke satu minggu yang lalu)
Lehernya dipijat-pijat setelah ranum bibirnya berkali-kali dioles air hangat agar kembali murni bak gadis perawan. Bekas merah di jenjang leher hampir saja dioleskan desinfektan kalau saja pria bertubuh gelap tidak melayangkan kakinya ke pemuda bersurai kuning.
"Aominecchi jahat-ssu! Aku kan hanya tidak mau Kurokocchi dinodai lebih jauh lagi!"
Botol desinfektan ditendang. Pria berkulit gelap menatap tajam, "Kau bisa membunuh Tetsu kalau begitu, bodoh."
"Kejam, hiks!" yang dibully menyeka mata. "Sudah lain kali jangan libatkan Kurokocchi lagi-ssu! Aku saja yang jadi tumbal!"
"Kise-chin ternyata seorang masokis, ya..." suara tempo lambat membuat pemuda bersurai kuning menoleh refleks.
"Demi Kurokocchi, aku rela untuk mengorbankan nyawaku sekalipun!" sahutnya lantang, lalu kembali untuk memeluk pemuda bersurai biru muda disampingnya. "Aku cinta Kurokocchi-ssu!"
"Kise-kun, sesak." ujarnya datar.
"Aku juga kesal karena si Akashi itu seenaknya membuat tanda disini," sahut pria berkulit gelap, menekan pelan kulit leher Kuroko, "padahal mereka baru bertemu. Sialan dia. Dikata Tetsu pelacur."
"Mine-chin kasar sekali..." suara tempo lambat diiringi bunyi gigitan renyah dari sebuah snack warna kuning, diduga rasa keju-lagi-lagi hanya muncul untuk memprotes.
"Ini akan hilang sendiri, Kise-kun, tidak perlu khawatir. Lagipula sudah seharian Kise-kun membersihkan tubuhku tapi bekas gigitan Akashi-kun disini tidak hilang juga." ujar Kuroko tenang.
"Itu benar-ssu, tapi..."
Seorang gadis bersurai merah jambu bangkit dari sofa. Tubuhnya hanya dibungkus kaus putih kebesaran yang menutupnya sebatas paha. Usai menguap lebar, ia menyapa, "Tetsu-kun sudah bangun, ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
secret agent
Action[Ini adalah sebuah fanfiksi remake yang pernah saya publish di fanfiction.net dan mendapat penghargaan Best Science Fiction di Indonesian Fanfiction Award 2015.] Ada beberapa scene yang sengaja saya hapus.