Chapter 1.2

208 30 3
                                    

Mobil sport pintu dua melintas cepat menelusuri jalan raya. Menyalip lincah. Pengemudi membanting stir, mobil menurut untuk belok di tikungan tajam. Karet roda menggesek permukaan jalan, menimbulkan bunyi decitan kasar.

Pertanyaan Kuroko baru dijawab setelah menjauh dari distrik Teiko sekitar tujuh kilometer. Akashi fokus pada jalan dan peta navigator di dashboard mobil. "Mereka mengejarmu."

"Siapa, Akashi-kun?"

Akashi melirik. Wajah polos dan datar seperti biasa. Kalau bukan karena hasrat terpendam, Akashi sudah pasti sangat mebenci ekspresi itu. Apa lagi yang ditunggu-atau direncanakan anak ini?

"Akashi-kun?"

"Hei, Tetsuya. Apa kau kenal dengan Kise Ryouta dan Momoi Satsuki?"

Jeda sejenak sebelum Kuroko menanggap, "Ini pertama kalinya Akashi-kun menyebut namaku..." lebih terdengar gumaman. "Tidak, Akashi-kun. Memangnya kenapa?"

Akashi, tentu saja ia mendengar gumaman pelan itu. "Di antara sepuluh orang di koran itu, ada yang kau kenal?" tanyanya spontan tanpa menoleh. Hanya ingin memastikan, tidak mencurigai.

Kuroko mencubit dagu, terlihat berpikir. Matanya mendongak ke atap mobil. "Tidak, sih... tapi aku pernah bertemu mereka saat wawancara. Lupa siapa tepatnya. Maaf, Akashi-kun."

Kilat horizontal menembus kepala Akashi. Tangan kiri langsung menyambar kepala Kuroko, mendorongnya keras agar menunduk-sedang tubuhnya sendiri refleks disandarkan ke sofa, membentur keras. Mobil melaju cepat tanpa kendali stir. Sesuatu menembus kaca, melewati pangkal hidung Akashi, lalu menikam kaca mobil super tebal disampingnya.

"A-Akashi-kun?"

Tidak punya waktu untuk menarik nafas, Akashi mengambil kendali kemudi, berbelok masuk kedalam kawasan perumahan.

Barusan sebuah peluru mengarah ke dirinya. Beruntung refleksnya bagus sehingga sempat membuat Kuroko Tetsuya yang duduk dibangku penumpang menunduk. Sebuah peluru dari arah jam delapan, entah sejak kapan sudah berdiri di jendela gedung yang terpaut satu kilometer dari lokasinya.

"Maaf, tadi ada segerombolan wanita telanjang berjalan-jalan disana. Aku tidak ingin dirimu yang polos ternodai oleh hal menjijikkan seperti itu." ujar Akashi, fokus lagi menatap jalan.

Kuroko bergeming ditempat. Akashi melihat kepala pemuda itu menatap kaca yang berlubang kecil di sebelahnya.

Akashi melirik spion, "Tetsuya, kencangkan sabukmu."

Kuroko Tetsuya menurut.

Satu mobil berwarna biru metalik membuntut dibelakang. Akashi menginjak gas keras. Frekuensi bunyi deru mobil meningkat. Tujuannya adalah berbelok di gang kecil penyekat dua bangunan yang tidak tinggi.

"Jangan, Akashi-kun. Tidak muat."

Demi menghindari kejaran, Akashi berbelok. Kaca spion kiri membentur dinding ketika berbelok tajam. Kuroko menutup telinga sebab suara tabrakan yang memekak. Satu spion patah, terjatuh ke tanah lalu dilindas roda mobil di belakang.

Badan mobil menyerempet sebuah tempat sampah besi. Rodanya menggerus genangan air di jalanan sempit. Cahaya temaram tidak mengganggu fokus Akashi untuk keluar dari belenggu. Ternyata mobil dibelakang juga ikut masuk ke gang.

Kuroko menoleh ke belakang, "Mobil itu semakin dekat, Akashi-kun."

Jauh di depan, sebuah mobil berwarna kuning cerah menepi. Akashi mendecih. "Tetsuya, pegangan erat. Aku tak tanggung jawab kalau kau sampai terlempar."

Setelah menggeser perseneling, Akashi menginjak pedal. Jarum speedometer dipaksa berputar sarkas. Kuroko ingin berteriak, namun ditahan. Mobil Akashi akan ditabrakkan ke mobil kuning di depan.

secret agentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang