Chapter 3.1

107 12 0
                                    

Aomine Daiki berlari cepat, tak peduli baru saja menabrak seorang wanita yang mengakibatkan barang belanjaan berserakan diatas aspal. Masuk kedalam tunggangan, memutar kunci, lalu menginjak gas—mengebut ditengah ramainya jalan raya. Ia tahu mungkin mobilnya sudah jadi incaran para sniper sialan yang sembunyi dibalik dinding sana, tapi tetap tak peduli karena—menurut perhitungannya gadis itu dalam bahaya. Informasi dari Murasakibara justru malah membuat Satsuki tersudut.

Dan jelas sekali ia melihat lintasan peluru menembus udara—merobek jaket hitam si gadis pada bagian pundak. Beruntung Momoi Satsuki lincah dalam mengecoh lawan, sehingga peluru tidak mengarah ke titik vitalnya. "Midorima! Satsuki tertembak, sialan! Dimana kau?!"

Tangan kanan yang memegang kemudi gas refleks menekan bahu yang tergores. Keseimbangan goyah seketika—tapi masih berusaha ditahan agar tetap melaju konstan.

"Dai-chan berisik sekali, aku baik-baik saja..."

"Sial kau baru menjawab, Satsuki! Berbelok lah!"

Manik biru tua menyorot tajam jendela hotel urutan ke lima belas. Mulutnya meracau kutukan, "Jangan, jangan, jangan, jangan lakukan sialan—" terus dibisikkan tanpa henti, "—kau akan membunuhnya, hentikan, hentikan, sialan," terus dirapal bagai mantra seraya turun dari mobil.

Sebuah motor menepi kerahnya. Sang pengemudi melepas helm hitam, lalu menyunggingkan senyum lebar. "Eh? Apakah anda adalah Aomine Daiki?!" volumenya kian menaik setara dengan gelagat tubuh yang kelewat ceria.

Ditengah situasi genting Aomine malah bertemu dengan seorang pria berotot—diduga penggemar fanatik.

"Aku berkali-kali menonton videomu! Tak kusangka bisa bertemu dengan panutanku disini! Bolehkah aku meminta tanda tanganmu?"

Aomine berusaha memasang topeng. Menyunggingkan senyum paksa sambil menggaruk tengkuk. "Y-ya..."

"Aku sangat terinspirasi padamu! Bisa menguasai banyak cabang olahraga! Itu merupakan impianku dari bayi,"

Ekor matanya refleks mendapati sebuah kilatan cahaya dari arah jendela gedung—sontak Aomine langsung menyambar helm si fans. Menarik nafas panjang, menyiagakan bentang lengan, lalu megayunkan tangan—melempar helm ke salah satu jendela. "Makan ini, sialan."

Lalu terdengar bunyi pecahan kaca. Sejumlah remahannya jatuh ditarik gravitasi.

"He-hebat..." mulut si penggemar menganga. "Aku mengerti sekarang! Kau melakukan itu untuk menunjukkan pada pecintamu ini keindahan olahraga!"

Karena refleks yang tak terduga, Aomine baru sadar tingkahnya dijadikan inspirasi bagi orang lain. "A-ah, maksudku, aku melihat seseorang sedang makan disana—jadi," Aomine gelisah menyortir kalimat. "Kau baru saja melihat gaya atlit yang menjadi legenda di Koshien melakukan seni lempar jarak jauh—"

"Itu akan jadi home run!" si penggemar memotong. "Sepertinya aku juga ingin berfoto denganmu, Aomine Daiki-sama!"

Karena mengulur waktu bukan bagian dari rencana, Aomine langsung melesat cepat meninggalkan sang penggemar.

"E-eeeeh?!" mata membeliak kaget. Tapi pria bersurai cokelat itu menerawang kearah kaca jendela yang dibuat pecah oleh sang inspirator. "Helmku... bagaimana aku pulang...?"

.

"Halo? Murasakicchi, bisa kau transfer data ke aku? Aku lupa kalau heli ini belum punya peta yang sama seperti di komputer. Tapi tidak perlu semuanya, rekaman dari satelit saja-ssu,"

Tidak dijawab.

Kise menekan sebuah tombol, "Murasakicchi?"

"Oi, Murasakibara! Tunjukkan padaku dimana lagi agen sialan itu berada! Aku baru saja menghabisi satu orang!"

secret agentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang