Stetoskop dilepas, lelaki berjas putih mengulum senyum. Usai mengatur laju infus, ia beranjak dari ruangan. Pintu ditutup agar ruangan tetap steril.
"Terimakasih bantuannya, Takao-kun," gadis bersurai pink berlari menghampiri, "bagaimana Tetsu-kun?"
"Dia akan segera baik-baik saja," yang dipanggil menyungging senyum lebar. "Daripada itu, bagaimana bahumu?"
Momoi Satsuki menatap sendu dari balik kaca, "Aku tidak apa-apa. Sejak awal aku sudah tahu dimana letak snipernya, jadi hanya mengecoh dan berpura-pura kena."
"Pengelabuan artis memang beda," Takao Kazunari tertawa.
Sosok lelaki bertubuh ringkih dengan kulit pucat terbujur kaku diatas ranjang putih. Pergelangan tangannya ditusuk jarum infus guna menyuplai cairan ke dalam tubuh. Bukan cairan biasa, berupa antibodi tertentu. Momoi Satsuki tidak tidur semalaman karena khawatir akan kondisi orang yang dicinta, tapi setelah melihat langsung sosoknya langsung kembali semangat.
"Masih untung aku mau jadi asisten Shin-chan, huh. Maaf ya, Momoi-san, sekarang aku harus mengurus berkas untuk Kuroko." ujar si dokter.
"Maaf ya, Takao-kun. Kami selalu merepotkanmu," ujar Momoi mengulas senyum tipis.
"Tak apa, biar Shin-chan yang membayarnya," sahut si dokter sambil berlalu.
Dari sekian orang, yang mengetahui identitas Miraculum salah satunya adalah Takao Kazunari, asisten Midorima sekaligus orang terpercaya namun tidak menjadi bagian dari mereka. Ahli menyembunyikan data dan mantan mata-mata. Saat kasus penembakan seorang agen bernama Akashi Seijuurou, Takao Kazunari lah yang ditugaskan untuk menyembunyikan identitas sekaligus mengurus persembunyian pasiennya—sedangkan Midorima yang merawat. Sekarang juga berlaku untuk Kuroko Tetsuya, dimana si lelaki dengan mudahnya menyerahkan diri untuk jadi korban—dan Takao akan siap menangani mereka kapan saja.
Mereka tidak dirawat dirumah sakit, melainkan di laboratorium khusus dalam rumah Midorima. Memuat perlengkapan kesehatan maupun teknologi canggih. Markas sekaligus rumah kedua Miraculum.
"Ya, tolong sampaikan pada kakakku hari ini aku menginap dirumah teman-ssu... maafkan aku..."
Suara yang dikenal menginterupsi. Momoi berbalik untuk melihat kawannya yang sedang merengek di telepon genggam. "Ki-chan tidak boleh pakai handphone disini..."
"Eh? Oh, iya!" lalu buru-buru diselesaikan. "Maaf-ssu! Sudah dulu ya!"
Pria bersurai kuning melangkah pelan, ikut menerawang kearah pasien didalam ruang berkaca, "Kurokocchi pasti lelah-ssu..."
Momoi mengangguk.
"Biarkan dia tidur..."
Dari lorong terdengar langkah sepatu. Seperti yang sudah dikira, itu milik Midorima dan Murasakibara. Keduanya datang dengan barang bawaan di tangan. Yang satu membawa selotip satunya lagi sekardus makanan ringan.
"Makan malam akan dibuat Murasakibara, nanodayo. Momoi, ada yang ingin kubicarakan denganmu."
"Heeee...? Aku...?" lalu memasukkan segenggam keripik kentang kedalam mulut, "baiklah, ne..."
"Sekarang, Midorin?" tanya Momoi maju selangkah.
"Ya." jawab Midorima tenang. Ia melangkah duluan sementara Momoi mengekor di belakang. Terus berjalan menyusuri lorong yang cukup penerangan. Masuk kedalam pintu besi setelah meletakkan sidik jadi di fingerprint lock. Midorima menundukkan kepala agar sejajar dengan mesin pemindai retina di dinding.
Pintu baja bergeser, keduanya masuk ke dalam. Ruangan yang tidak begitu luas namun berisi barang-barang elit. Super komputer berdiri kokoh menguasai pusat ruangan. Di langit-langit terdapat sejumlah monitor yang memuat gambar dari sudut berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
secret agent
Ação[Ini adalah sebuah fanfiksi remake yang pernah saya publish di fanfiction.net dan mendapat penghargaan Best Science Fiction di Indonesian Fanfiction Award 2015.] Ada beberapa scene yang sengaja saya hapus.