Kisah yang Merusak, Kasih yang Merasuk.

Kita, Sekarang.

Aku senang bertemu hingga kenal, bahkan tau rahasiamu yang bukan sembarang orang bisa sepertiku. Tapi itu dulu.

Entah kali keberapa kau datang dengan lelah, aku menjadi orang yang selalu mencoba menenangkan mu saat gundah.

Dan sama seperti apa yang aku bayangkan sebelumnya, yang aku dapat hanya pergi mu tanpa arah.
Sebab kita pernah sama dalam hal menunggu.
Aku menunggu kepastian darimu, dan kau menunggu kepastian kabar darinya yang enggan putus dengan kesasihnya.
Aku menunggumu, kau menunggunya.

Lalu, jika akhirnya aku menyerah, bukan karena aku kalah, bukan karena aku tidak menerima apa adanya, bukan juga aku tidak lagi mencintaimu.
Hanya saja mungkin aku gagal dalam ceritanya, saat aku tidak bisa membuat dirimu seperti apa yang aku mau, apa yang aku rasa.

Aku mencintaimu sepenuhnya,
kau mencintaiku separuhnya.
Aku semuamu, kau semaumu.

Namun aku menyadari satu hal, cinta
bukan hal yang dipaksakan, dan cinta juga tidak harus memiliki.
Aku bukan memaksamu untuk membalas harapku, aku hanya ingin
melakukan hal-hal yang tidak membuatku menyesal nanti jika tidak
melakukannya.

Karena hal yang paling menyakitkan adalah bukan kesalahan orang lain kepada kita.
Melainkan, harapan kita terlalu tinggi kepada seseorang.

Ada beberapa hal yang memilih mati, dari pada harus merana sendiri.
Beberapa yang cintanya buta, tidak
peduli berapa kali didusta, tetapi tetap memilih percaya.

Cinta memang diluar logika, hanya dimengerti oleh orang-orang gila,
orang-orang yang sedang jatuh didalamnya.

Kita adalah langkah-langkah yang terencana, atau yang mencoba berjalan bersama, meski belum tau akan kemana.

Kita adalah dekat,tapi jauh dari kata terikat.

Kita adalah kemarin, yang mungkin itu kau anggap angin.

Kita adalah cerita, tak begitu nyata tapi ku anggap percaya.

Kita adalah rasa, yang kupertahankan sendiri meski terbalas
luka.

"Kita adalah aku, sekarang."

Syaiful Mulk
September 2019