Happy reading🤗
"Bukanya tak ingin berbagi, aku hanya tak ingin kalian merasakan pahitnya masalah yang ku pendam."
-Mafta-
***
Mafta berjalan gontai menyusuri trotoar kota, melangkah dan tak tau arah mungkin begitu lah ia sekarang, pulang pun rasanya tak ingin. ia berdecak kesal karna motor yang di kendarainya harus terpaksa ia tinggalkan di bengkel karna kebocoran ban.
Mafta teringat dengan nayla, ia berjanji akan menceritakan masalahnya. Namun, ia masih belum siap menceritakan semuanya. Bukan tak mempercayai nayla sebagai teman dekat bahkan sahabatnya sendiri. hanya saja mafta tak ingin orang lain merasakan pahitnya kenyataan yang dideritanya selama ini.
Untung saja guru-guru rapat sebelum istirahat, jadi ia bisa pulang lebih awal dan mendapatkan alasan jika tiba-tiba nayla mengintrogasinya karna tak datang ke kantin.Mafta masih belum menghentikan langkahnya. Hingga ia melihat sebuah kedai kopi dengan arsitektur minimalis namun terkesan indah di pandang mata. Sepertinya ia tertarik. Entah kenapa langkahnya berbelok menuju kedai kopi itu. Mafta terus berjalan hingga berhenti di depan seorang barista yang tengah meracik segelas kopi.
"Mau pesan apa mbak?" tanya barista tersebut kepada Mafta
"Hmm.., kopi rasa strawberry ada ga ?" jawab mafta sembarangan. Entah serius atau tidak yang jelas mafta sedang tidak bercanda saat ini. Pikiran nya kacau, hati nya sangat tak baik. Tak mungkin ia bercanda.
"Hahaha, mbak ini bercanda ya?, mana ada kopi rasa strawberry" balas barista tersebut yang masih menyisakan kekehan kecil.
"Engga mas gue serius,kalau ga ada yaudah kasih cappucino aja" mafta pun pergi menuju sebuah bangku kosong yang berada di sudut kedai kopi tersebut tanpa menghiraukan lagi tanggapan dari sang barista. Kedai kopi itu lumayan ramai pengunjung.
Tak menunggu lama, sang barista pun telah berada di depan mafta dan menyuguhkan kopi pesanannya .
"Silahkan diminum mbak" ucap sang barista ramah
"Makasih, lain kali jangan panggil gua mbak lagi, mas ga liat apa kalau gua pake seragam sekolah" ketus mafta
"Yasudah, saya minta maaf, tapi jangan panggil saya mas saya juga masih sekolah. Perkenalkan saya Alan" balas barista tersebut memperkenalkan diri.
"Gue mafta" ucap Mafta seadanya.
"Yasudah saya pamit. Lain kali kalau ada masalah jangan di pendam ya. Karna itu tak akan membuat kamu tenang karna hati mu butuh sesuatu untuk menumpahkan segala nya. Permisi " pamit Alan santun
Mafta tersentak mendengar penuturan Alan barusan, darimana ia tau bahwa mafta sedang memendam masalahnya saat ini. Darimana ia tahu bahwa mafta sedang tidak baik-baik saja , darimana ia tahu bahwa mafta sedang di rundung ketidakberdayaan.
Hati nya perih, tanpa sadar cairan bening telah membasahi pipi nya. Ia tak tau lagi, kenapa masalah itu datang kembali. Baru saja ia merasakan sepercik kebahagiaan. Namun masalah muncul dan memporak-porandakan semua nya."Ini ,hapus air mata mu, saya sangat tidak suka dengan kesedihan." sahut seseorang sambil menyodorkan tisu.
***
Sekarang, Mafta telah berada di bengkel, ternyata motor nya masih belum dibenahi sedikitpun oleh sang montir. ingin rasanya memaki-maki montir itu. Namun ia tau tata krama dan sopan santun kepada yang lebih tua. sekuat munkin ia menahan agar emosi nya tak meledak-ledak saat ini.
"Neng, motor nya udah selesai" terdengar sahutan dari sang montir
Tanpa bersuara mafta memberikan beberapa lembar uang lima puluh ribuan kepada montir dan melajukan motor nya dengan cepat.
"Neng kebanyakannn!" teriak sang montir , namun tak ada lagi jawaban karna Mafta sudah melesat jauh menyibak jalanan kota yang ramai.
Tak lama setelah itu, Mafta pun sampai di rumah nya. Mafta memang berasal dari keluarga yang berada , terlihat dari rumah nya yang mewah dan megah bak istana. Namun disana mafta tak menemukan kehangatan sedikitpun. Ia tak pernah merasakan arti sebuah keluarga di sana , papa dan mama yang tak pernah akur serta tak pernah ada waktu untuk nya. Mafta teringat di saat ia kecil dulu , ia terpaksa harus tinggal di rumah nenek dan kakek nya karna mereka telah geram melihat mafta yang selalu tak di pedulikan oleh kedua orang tua nya.
Saat hendak melangkahkan kaki nya ke dalam rumah, Mafta mendengar keributan dari dalam. Siapa lagi kalau bukan kedua orang tua nya.
Ia sudah tak peduli lagi, tanpa basa basi ia memasuki rumahnya dan berjalan menuju kamar. Tak peduli dengan dua orang yang tengah beragumen sedari tadi ia telah menulikan pendengarannya."Mafta sayang, kamu udah pulang nak?" sial,ternyata Mama nya menyadari keberadaan mafta.
"Ya udah lah, kalau blum ngga mungkin Mafta di sini kan"
"Jangan lupa makan ya nak" sambung papa mafta.
"Iya , nanti juga makan kok, papa sama mama lanjutin aja dulu berantem nya"sindir Mafta.
Ia langsung melanjutkan langkahnya menuju kamar dan menutup pintu seraya menguncinya, ia merebahkan tubuhnya di kasur dan menangis tersedu-sedu .
Sungguh memilukan, saat status kita mempunyai keluarga tapi serasa hidup sebatang kara. Walaupun mendapat perhatian, namun itu tak lebih hanya sekedar basa basi. Tak pernah sedetik pun Mafta merasakan di peluk oleh orang tuanya.
Tanpa sadar, Mafta mulai memejamkan mata nya perlahan, merasuk ke alam mimpi dan melupakan sejenak masalah yang ada. Semoga saja mimpi indah yang di dapatnya.Sekian lama ga update:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadir
Teen FictionEntahlah Al, rencana Tuhan memang selalu penuh dengan kejutan. Kita tak bisa merubah rencana-Nya. Kita hanya bisa menjalani semuanya sesuai naskah yang telah dituliskan. Mengambil pelajaran dari setiap episode yang kita perankan. Entah itu suka atau...