chapter 7

37 4 0
                                    

" Jadi cowok aneh itu kakak kelas kita?" tanya Mafta datar

Mereka tengah berjalan menuju kelas.

" Iya maf, masa sih lo ga tau, kan kak Alan ketua Osis saat MPLS kemaren, tapi udah ganti jabatan sih, kan sekarang dia udah kelas 12"

"Gue gak ikut MPLS Nay. lagian bodo amat lah,mau dia ketua Osis kek, kelas 12, atau kepala sekolah sekali pun. Gue ga peduli. " balas Mafta ketus.

"Lama-lama gue kasih nama kutub juga ni anak" ucap Nayla pelan

"Apaaa????"

"Ga Maf, ampunnn" Nayla berlari menuju kelas, ia tak ingin terkena cubitan untuk yang kesekian kalinya dari Mafta.

"Hahahaha,"  Mafta tertawa

"Serius ga peduli nih" sahut seseorang dari belakang.

Sontak, Mata menghentikan tawanya dan menoleh ke sumber suara

"Kakak ngapain sih ngikutin gue mulu " ucapnya ketus.

"Jadi sekarang panggilnya kakak nih" ledek Alan

Mafta tak menggubris ucapan Alan sedikitpun.

"Yaudah, saya antar kamu ke kelas"

"Kalau gue ga mau, gimana?"

"Tapi saya mau. Ayo!" Alan menggenggam tangan Mafta.

"Apaan sih kak!" Mafta melepaskan tangannya dari genggaman Alan.Mafta sudah tak peduli lagi, ia berjalan menuju kelas dan meninggalkan Alan sendirian.

"Ta"
Alan tetap mengikuti Mafta dari belakang.

"Udahh lah kak, bisa ga sih jangan ganggu gue mulu"

"Yaudah, kamu jalan duluan aja saya ga ganggu"

"Jangan ikutin gue!" nada suara mafta meninggi,
Membuat semua orang menoleh ke arah mereka.

"Yaudah ta, saya ngga ikutin lagi" Alan diam di tempat, membiarkan mafta berjalan menjauhi dirinya, mungkin sekarang ia sedang tak ingin di ganggu.
Namun bukan Alan namanya
Jika langsung menyerah begitu saja ia tetap berjalan mengikuti mafta dari jarak yang lumayan jauh.

Kadang ia sendiri heran, bagaimana bisa ia  menyukai mafta yang suka marah-marah dan hobby nya nabrak orang itu. Namun ia tak peduli karna mafta telah berhasil mencairkan hatinya yang terlanjur beku. Dan tentunya ia akan memperjuangkan mafta sampai titik darah penghabisan.

***

Kini Mafta telah berada di depan kelasnya, namun ia tak kunjung memasuki kelas tersebut. Karna pak wowo sudah duduk manis di depan kelas dan sepertinya tak ingin di ganggu. Jika Mafta memasuki kelas, sama saja ia akan membangunkan singa yang sedang tertidur pulas. Karna akan membahayakan dirinya sendiri. Tapi jika tidak , pak Wowo akan mencantum kan namanya di buku kesayangannya , apalagi kalau bukan buku kasus, karna telah berani-beraninya bolos di saat jam pelajaran miliknya.

"Kenapa belum masuk ta?"
Tanya Alan

"Kakak masih ngikutin gue ya"

"Kenapa belum masuk?" Alan kembali mengulang pertanyaannya tanpa menjawab pertanyaan Mafta.

Mafta diam. Alan menengok kedalam kelas, dan tersenyum usil.

" ngapain senyum-senyum"
Ucap Mafta ketus.

"Jadi cewek jutek dan suka marah-marah ini , ciut juga ya kalo sama pak Wowo" ejek alan

Mafta diam, dan sepertinya ia tersindir dengan ucapan Alan barusan.

"Ayo ta" Alan memasuki kelas Mafta yang diiringi dengan permisi. Dan sepertinya ia sedang berbicara dengan pak Wowo. Sangat serius.

"Almafta, Ayo masuk"  titah pak Wowo . Mafta sontak kaget. Apa yang dibicarakan cowok aneh itu sehingga pak Wowo dengan lembutnya menyuruhnya masuk kelas padahal ia sudah terlambat . Mafta membatin.

Alan keluar dan berbisik ke telinga Mafta yang masih berada di ambang  pintu kelas "Yang rajin belajarnya ta"
Mafta terdiam, entah kenapa muncul perasaan  aneh yang  belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasanya menyenangkan,Jantung nya berdetak tak karuan, seperti dibawa terbang dan melayang di udara .

"Mafta ngapain kamu berdiri di situ, ga mau masuk kamu?"

"I-iya pak" teguran pak Wowo
Membuatnya tersadar dari lamunanya sendiri, ia segera memasuki kelas dan melanjutkan pelajaran matematika yang tentunya sangat tidak menyenangkan itu.

❤❤❤

NadirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang