Chapter 9

23 2 0
                                    

Mafta tak tau sebenarnya Alan ingin mengajaknya kemana, pasalnya sekarang mereka telah berada di dalam angkutan umum yang tak terlalu banyak penumpang itu.

"Kak"

"Iya ta"

"Sebenarnya kita mau kemana?" Mafta mulai resah, sebenarnya Alan ingin membawa nya kemana, bukan apa-apa, pergi dengan seseorang yang baru dikenali itu cukup mengkhawatirkan. Wajar kan, jika pikiran2 buruk itu datang. Namun Mafta berusaha untuk tak berburuk sangka terlebih dahulu.

"Kamu sedang saya culik ta"
Ucap Alan kelewat santai

Mafta kaget, ia sangat cemas sekarang. Pikiran2 buruk itu tiba-tiba menghantuinya. Yang ia pikirkan saat ini bagaimana caranya untuk kabur sedangkan bus yang di tumpanginya masih terus melaju. Ia mengutuk dirinya sendiri karna mudah sekali meng-iya kan ajakan Alan yang itupun baru tadi memulai obrolan baik dengannya.

"Hahaha" Alan tak bisa menahan tawanya, melihat wajah Mafta yang tengah ketakutan itu sangat menggemaskan menurutnya. Padahal apa yang ia ucapkan tak sungguh-sungguh ia lakukan , mengapa Mafta setakut itu.

Sedangkan Mafta sendiri masih diam seribu bahasa, mungkin karna heran mengapa Alan tertawa.

"Saya becanda ta, memangnya tampang tampan saya ini seperti penculik menurutmu?"

"Mungkin saja!"
Tukas Mafta ketus, mulai kesal dengan candaan Alan yang telah membuatnya takut setengah mati itu.

"Yah, jangan marah dong ta"

Mafta tak menggubris ucapan Alan sama sekali.

"Tapi tidak apa ta, malahan raut wajah jutek kamu ini yang bikin saya semakin menyukaimu"

Ucapan Alan dibalas Mafta dengan tatapan tajam kearahnya,sedangkan Alan berlagak polos bak orang yang tak punya salah apa-apa.

"Becanda ta" ucap Alan lembut, yang berhasil membuat Mafta mengalihkan pandangannya.

Tidak terasa, mereka pun sampai di tempat yg hendak mereka tuju.

" Sekolah?" ucap Mafta spontan.
Merasa tak di jawab, mafta mengulang pertanyaannya

" Kakak ngapain ajak gue ke sekolah?"

Memang, sejak Awal mereka naik bus, Mafta merasa mengenali jalan yang mereka tempuh dan benar saja, sekarang mereka tengah berada di depan gerbang sekolah.

"Nanti juga kamu tau sendiri, ayo ikut saya "

Mafta melangkah ragu, beribu pikiran buruk mulai menghantui pikiran nya. Namun ia berusaha menepisnya

"Kakak beneran lagi ga culik gue kan?" tanya mafta lagi

"Ya engga lah ta.." ucap Alan meyakinkan

Alan berjalan mendahului Mafta menuju bukit kecil yang ada di belakang sekolah. Sedangkan Mafta sibuk mengoceh minta penjelasan. Setelah menempuh jarak cukup jauh, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

"Kakak ngpain si ajak gue kehutan kaya gini, mana jauh lagi. Kakak kira gue ga ca..-, Waww baguss bangett"

Ocehan Mafta seketika berganti dengan kekagumannya, benar ya perempuan memang mudah sekali berubah.

"Gimana ta? Suka?"

"Suka, kakak tau darimana kalo di belakang sekolah ada danau sejernih ini?"

Ya, sekarang mereka telah berada di tepi danau yang tidak terlalu besar, namun memiliki air yang sangat jernih hingga memperlihatkan ikan-ikan yang tengah berenang di dalam nya.

"Rahasia"

"Tinggal ngasih tau aja apa susahnya"
Ucap mafta menuntut

"Ga penting aku tau darimana ta, yang jelas kamu suka" ucap Alan lembut dan berhasil membuat mafta memalingkan wajahnya menahan senyum.

"Ayo ta ikut saya"
Alan mengajak Mafta menuju pohon besar di tepi danau, disana sudah terdapat dua ayunan dan sebuah rumah pohon di atasnya.

"Kamu mau naik ke atas?"

Mafta menatap ragu "Boleh?"

Alan tersenyum merayu "Kalau untuk gadis secantik kamu apa sih yang ngga boleh ta"

Mafta memalingkan wajahnya malu "Apaan sih kak, baru juga tadi baikan"

"Emang kita pernah bertengkar ya ta?"

Jleb, mafta terdiam membenarkan pertanyaan Alan barusan, mana mungkin ia pernah bertengkar dengan Alan, kenal saja baru tadi sore.
Ya mungkin maksud dari kata baikan menurut Mafta adalah sudah saling memulai obrolan dengan baik, tidak seperti sebelum-sebelumnya nya yang setiap bertemu selalu saja marah-marah Walaupun hanya mafta yang marah sedangkan Alan hanya diam dan menyimak.

Entahlah, Mafta juga heran mengapa ia sangat kesal dengan Alan kala itu, mungkin karna setiap kemana ia pergi ia selalu bertemu dengan Alan dan dari situ Mafta berasumsi bahwa Alan mengikutinya.

"Mafta, hey" Alan melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Mafta

Mafta tersentak "Eh maaf kak"

"Lagi lamunin apa? "

"Engga ga ada" ucap mafta cepat.

"Jadinya mau naik atau engga nih?"

Mafta tersenyum
"Mau"

***
Jangan lupa tinggalkan jejak
Vote and comment ya








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NadirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang