18 tahun kemudian...
Di dalam sebuah ruang kerja, seorang CEO sedang memarahi sekretarisnya.
" Claudya, kamu itu niat kerja nggak sih sama saya? "
" Niat donk pak George. "
" Kalau kamu niat kerja, kamu kenapa selalu menolak ajakan saya setiap dinas keluar kota? "
" Nggak selalu kok pak. "
" Iya, tapi sering...!!! Memangnya kenapa? "
" Ya...ya gitu deh. "
" Gitu deh bagaimana? Ngomong yang jelas...!!! Kamu mau saya
pecat? "" Jangan donk pak, cari kerja itu susah. "
" Udah tahu susah, kamu ngapain selalu menolak untuk menemani atasan kamu dinas luar kota? Kamu takut sama saya? Takut saya apa-apain saat kita hanya berdua di hotel? Come on Claudya, kita di hotel nggak satu kamar. "
" Saya nggak takut kok pak sama bapak. Saya juga tahu kok, nggak mungkin juga kita satu kamar hotel, saya kan bukan istri bapak. Lagian saya nggak mau lah tinggal dalam 1 kamar dengan pria yang bukan suami saya. Saya aja nggak mau, 1 kamar sama kakak-kakak saya. "
" Terus alasannya apa? "
" Bapak ajak asisten pribadi bapak aja, pak Beni buat dinas keluar kota bersama bapak. Sesama pria kan enak pak, bisa 1 kamar hotel juga, lebih irit pak buat biaya hotel. Apalagi kalau bapak Jeruk makan Jeruk. "
" What? Maksud kamu saya itu gay? "
" Mungkin pak, soalnya bapak nggak nikah-nikah, tahun depan umur bapak kepala 3 loh. "
" Kamu ini, ngapain ngurusin umur saya dan pernikahan saya? Umur kamu aja tahun depan 1/4 abad. "
" Nggak ngurusin sih pak, tapi kan siapa tahu kalau bapak udah nikah, frekuensi darah Kambing di tubuh bapak bisa berkurang kadarnya menjadi 50%, lumayanlah pak. "
" What? Darah Kambing? "
" He...he...he...iya pak, Da...rah... Kam...bing alias darah tinggi pak. "
" Claudya...!!! Kamu ini benar-benar buat saya jadi tambah emosi ya. "
" Jangan emosi pak, sabar, sabar, hadapi semua permasalahan dengan senyuman pak, seperti ini..."
Ucap Claudya sambil memamerkan gigi-giginya pada George. George langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya sendiri. Claudya pun kembali berkata...
" Ya bapak, wajah bapak jangan di tutupin seperti itu donk. "
" Memangnya kenapa? "
" Saya kan jadinya nggak bisa lihat kedua bola mata bapak yang berwarna Biru. "
" Kedua bola mata saya? Bukan wajah tampan saya? "
" Wajah bapak biasa aja, pasaran. "
" What? "
" He...he...he...maaf pak. Tapi benaran kok, banyak pria-pria yang wajahnya setampan wajah bapak. Tapi yang memiliki kedua bola mata yang berwarna Biru seperti bapak kan jarang, hanya orang-orang bule dan blasteran seperti bapak. Kecuali kalau kita sekarang berada di Amerika. Pasti banyak banget deh, yang punya mata Biru sebiru mata bapak. "
" Dan kamu pasti iri dan minder kan karena hanya kedua bola mata kamu yang berwarna Hitam? "
" Ya gitu deh. "
" Kamu ngapain lihatin kedua bola mata saya terus? "
" Habisnya kedua bola mata bapak indah banget, seindah lautan dan seindah langit Biru. "
" Sok puitis banget sih kamu. "
Tiba-tiba George mengingat sesuatu dan berguman sendiri.
" Langit Biru? "
" Ada apa pak dengan langit Biru? "
" Nggak ada apa-apa, cepat keluar dari ruangan saya dan hubungi asisten pribadi saya sekarang juga, saya mau pergi ke suatu tempat. "
" Kemana pak? "
" Bukan urusan kamu. "
" Iya pak, tapi saya Minggu depan nggak akan dinas keluar kota bareng bapak kan? "
" Iya. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbanglah Bersamaku (1-10 End).
RomanceKetakutan seorang wanita pada pesawat terbang karena trauma di masa lalu.