Seorang anak perempuan mengikatkan kain sarung yang ada di belakang lehernya, merentangkan kedua tangannya yang mungil, berlari-lari di atas lapangan rumput yang luas sambil berteriak...
" Hore...aku terbang tinggi ke atas awan dan langit Biru. Ayah...!!! Ibu...!!! Kakak...!!! Terbanglah bersamaku...!!! "
Anak perempuan tersebut terus berlari-lari dan berteriak-teriak tanpa melihat sekelilingnya. Tiba-tiba bruk, anak perempuan tersebut menabrak seorang anak laki-laki, terjatuh di atas rerumputan, mengangkat kepalanya ke atas sambil menatap seseorang yang ada di hadapannya. Anak perempuan tersebut langsung berkata...
" Biru dan Putih, seperti awan di atas langit. "
Anak laki-laki tersebut tersenyum mendengarnya, berlutut, meletakkan bola di atas rerumputan. Kemudian anak laki-laki tersebut mengelus-elus kepala dan rambut anak perempuan tersebut sambil berkata...
" Kamu itu ngomong apaan sih dek? Seharusnya kamu itu bilang maaf sama kakak, tadi kan kamu itu udah nabrak kakak. "
" He...he...he...maaf kak, tadi aku nggak sengaja menabrak kakak. "
" Iya di maafin, tapi kamu nggak apa-apa kan dek? "
" Nggak apa-apa kok kak, aku baik-baik aja kok. "
" Yakin? "
" Yakin. "
" Tapi lutut kanan kamu berdarah loh. "
" A...apa? Da...rah...? "
" Iya, lihat aja lutut kamu. "
Dengan sangat ragu-ragu anak perempuan tersebut melihat lutut kanannya. Tiba-tiba anak perempuan tersebut langsung menangis histeris dan berkata...
" Ayah...!!! Ibu...!!! Tolong...!!! "
Anak laki-laki tersebut sangat panik sekali mendengarnya dan langsung memegang kedua pundak anak perempuan tersebut sambil berkata...
" Kamu kenapa nangis sih dek? Kamu nggak apa-apa kan? Apa luka yang ada di lutut kanan kamu ini sakit banget? "
" Nggak juga, tapi aku takut darah kak. "
Anak laki-laki tersebut tersenyum mendengarnya dan kembali berkata...
" Kamu jangan takut sama darah dek, kalau kita nggak punya darah, berarti kita bukan manusia donk. "
" Benarkah? Berarti kita apa kak? "
" Hm...tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan kan nggak ada darahnya. Benarkah kan? "
" Iya kak. "
" Ya udah, sekarang kamu jangan nangis lagi ya? Kalau kamu nangis terus, nanti wajah cantik kamu jadi jelek loh. "
Ucap anak laki-laki tersebut sambil menghapus air mata yang jatuh di kedua pipi anak perempuan tersebut. Anak laki-laki tersebut kembali berkata...
" Lukanya biar kakak bersihin pakai air ya? Setelah itu lukanya nanti kakak plester pakai hansaplast ya, biar darahnya nggak keluar lagi dan cepat sembuh? "
" Iya kak. "
Anak laki-laki tersebut mengeluarkan sebotol air mineral dan hansaplast dari dalam tasnya, kemudian anak laki-laki tersebut juga mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku celananya. Perlahan-lahan anak laki-laki tersebut menuangkan air mineral tersebut di atas lutut kanan anak perempuan tersebut, membersihkan darah yang mengalir sampai bersih dengan menggunakan sapu tangan dan menempelkan hansaplast di atas luka tersebut sambil berkata...
" Selesai. "
" Terima kasih banyak ya kak. "
" Sama-sama. "
" Kak, apa kakak selalu bawa sapu tangan di dalam saku celana kakak? "
" Iya. "
" Selalu bawa hansaplast juga di dalam tas? "
" Iya. Kenapa? Aneh ya? "
" Iya kak. Memangnya buat apaan sih kak, kakak selalu bawa sapu tangan dan hansaplast? "
" Sapu tangannya buat menyeka keringat di semua wajah kakak dan hansaplast nya buat luka saat kakak terjatuh saat bermain bola. "
" Oh...gitu. Kakak rupanya suka main bola ya? "
" Iya, suka banget. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbanglah Bersamaku (1-10 End).
RomantizmKetakutan seorang wanita pada pesawat terbang karena trauma di masa lalu.