Part 8

1.9K 107 0
                                    

1 bulan kemudian...

Di Sabtu sore Claudya dan George duduk di lapangan rumput. Claudya yang bosan langsung berkata...

" Pak, masih lama ya kita berdua pulang? "

" Iya seperti biasa, saat 1/2 jam lagi akan azan Magrib. "

" Pak, sampai kapan sih kita berdua harus menghabiskan Sabtu sore di tempat seperti ini? "

" Kenapa? Nggak suka? "

" Ya iyalah pak, kalau bapak ngajakin saya hangout di cafe atau restoran mahal sih, oke oke aja apalagi makan dan minum gratis. "

" Kamu ini mikirin makan dan minum aja, lagian kita berdua kan di sini juga makan dan minum, meskipun delivery sama gojek. "

" Iya sih pak, tapi kan nggak asyik makan di tempat ginian terus. Kayak anak SD lagi camping aja. "

" Udah jangan bawel, kamu makan aja. "

Ucap George sambil memasukkan makanan ke dalam mulut Claudya. Sambil mengunyah makanan Claudya kembali berkata...

" Pak, cinta pertama bapak cantik banget ya? "

" Iya. "

" Cantikan saya atau cinta pertama bapak? "

" Entahlah, saya kan tidak tahu wajahnya sekarang seperti apa. "

" Dulu bapak sering banget ya ngedate berdua sama dia sini? "

" Ngedate? Kamu ini ada-ada aja deh. Masa iya anak kecil ngerti dengan ngedate. "

" Anak kecil? Bapak jatuh cinta sama anak kecil? Bapak seorang pedopil? "

" What? Sembarangan aja kamu kalau ngomong. Dia itu teman kecil saya, Claudya...!!! "

" Oh...teman kecil, kirain saya bapak seorang... "

" Pedopil lagi? "

Ucap George memotong omongan Claudya. Claudya cengengesan dan berkata...

" Seorang kapiten pak, siapa tahu cita-cita bapak waktu kecil dulu mau jadi seorang kapiten. "

" Bukan kapiten, tapi seorang pilot. "

" Benarkah? Seorang pilot? "

" Iya, tapi nggak kesampaian. "

" Kenapa pak? Nggak boleh sama kedua orang tua bapak ya? "

" Iya, soalnya saya anak tunggal dan harus meneruskan tongkat estafet perusahaan. "

" Iya juga sih. Pak, memangnya bapak kenapa dulu pengen banget jadi pilot? Jadi pilot kan resikonya besar banget pak, taruhannya nyawa. "

" Itu karena saya ingin terbang bersamanya. "

" Terbang bersamanya? "

" Iya, dia suka banget dengan pesawat terbang dan terbang di atas langit Biru. "

" Benarkah? "

" Iya. Kamu sendiri waktu kecil cita-citanya pengen jadi apa, Claudya? "

" Pramugari. "

" Pramugari? Nggak salah? Bukannya kamu takut dengan ketinggian? "

" Nggak kok, saya nggak takut dengan ketinggian. "

" Yakin? "

" Yakin. "

" Tapi kenapa kamu takut banget naik pesawat terbang? Itu kan aneh. Apa kamu punya trauma dengan pesawat terbang? "

" Iya pak. Tunangan saya meninggal dunia karena kecelakaan pesawat terbang. "

" Benarkah? Kalau begitu saya minta maaf sama kamu dan turut prihatin atas yang terjadi sama tunangan kamu. "

" Iya pak nggak apa-apa. "

" Claudya, apa karena kecelakaan yang terjadi sama tunangan kamu makanya kamu nggak jadi seorang Pramugari? "

" Nggak kok pak, tunangan saya kecelakaan 3 tahun yang lalu waktu saya baru lulus D3 Sekretaris. "

" Oh...terus alasannya apa, kamu nggak jadi seorang Pramugari? "

" Karena ting...gi...ba...dan. "

" What? Tinggi badan? Ha...ha...ha..."

Ucap George sangat kaget mendengarnya dan tertawa terbahak-bahak. Claudya yang sangat kesal sekali mendengarkannya langsung berkata...

" Bapak senang banget ya lihat penderitaan saya? Lagian tinggi badan saya cuma kurang 3 cm kok. "

" Sorry. Berarti kamu itu jodoh saya. "

" Bapak dikit-dikit ngomong jodoh. Setia juga nggak sama cinta pertama bapak. Buktinya bapak punya pacar lain selain dia. "

" Maksud saya, jodoh dalam kerjaan, Claudya...!!! "





Terbanglah Bersamaku (1-10 End).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang