hukuman 1

8 4 0
                                    

Keesokan paginya

Milan merasa bingung,mengapa pagi ini suara mamanya belum juga terdengar padahal biasanya jam segini mamanya sudah harus berteriak dari lantai bawah,untuk memanggilnya sarapan

Kaki Milan berjalan ke kamar mamanya,hal yang pertama dilihatnya adalah ruangan kamar yang sangat gelap

"Ma bangun,sarapan mama udah siap"kata Milan dengan lembut sambil membukakan jendela kamar mamanya agar udara masuk

Karena tidak ada jawaban,akhirnya Milan kembali membangunkan mamanya "ma,bangun udah pagi mama harus makan dulu nanti mama sakit"panggil Milan sambil menggoyangkan tubuh mamanya dengan lembut

Kening Milan berkerut karena merasa tidak ada tanda tanda mamanya akan bangun,betapa terkejutnya Milan bahwa dengan tiba tiba dari mulut mamanya keluar busa yang sangat banyak

"MA BANGUN MAMA"teriak Milan sambil berusaha menggendong tubuh ringkih mamanya

Selama perjalanan dia selalu memanjatkan doa didalam hatinya semoga mama tidak kenapa kenapa

"TOLONG MAMA SAYA DOK"teriak Milan membuat para perawat segera bergegas meletakkan tubuh tersebut ke atas brankar dan bergegas membawanya ke UGD

Milan tidak peduli kalau dia akan terlambat berangkat kesekolah yang terpenting baginya sekarang adalah keselamatan mama tercintanya

Milan meneteskan air matanya mengingat kehidupannya sekarang,tidak ada seorang pun yang bisa menguatkannya,tidak ada seorang pun yang bisa dijadikannya sebagai tempatnya bersandar,tidak ada seorang pun yang bisa membuatnya tersenyum dengan bahagia,hanya mamanya seorang dan kini mamanya pun berusaha meninggalkan nya seorang diri di dunia ini,kini lengkaplah kehancuran Milan dan kesedihan Milan.

Setelah dua hari terlewat,mamanya belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar.bahkan kemarin malam mamanya sempat koma,hal itu membuatnya tidak bisa tidur sama sekali.

Namun karena peraturan yang diberikan oleh Erick,yaitu tidak boleh absen lebih dari dua hari,membuatnya mau tak mau harus berangkat kesekolah

Hal itu dilakukannya agar bisa mendapatkan hati Erick,sehingga ia bisa mempertahankan perjodohan ini,yang merupakan harapan mama dan papanya,dan dia sudah berjanji untuk membuat mamanya bahagia kepada papanya.

Jam menunjukkan pukul 06.00 wib,dia akan mengunjungi mamanya dulu sebelum berangkat ke sekolah.

Sesampainya dirumah sakit,segera dia berjalan ke ruangan mamanya"pagi ma"sapa Milan seolah olah kini mamanya bisa mendengarnya.

Milan memeluk tubuh ringkih mamanya,"ma,Milan mau berangkat sekolah dulu ya,mama jaga diri mama baik baik,mama kapan bangun sih ma,mama nggak rindu dengan Milan,kalau mama nggak bangun juga Milan marah sama mama ya"Milan bertingkah seolah viona kini dapat membalas pelukan dan perkataannya namun apa, yang terdengar di ruangan tersebut hanya suara mesin penopang hidup mamanya.

"Ma,Milan takut Milan nggak tahu Milan harus gimana,Milan nggak tahu apa yang harus Milan lakukan untuk membuat mama tetap berada disisi Milan"

Milan menangis di bahu mamanya,dia meluapkan semua masalah yang dimilikinya dengan air matanya,setelah merasa dirinya sudah tenang segera Milan mencuci mukanya agar tidak terlalu kentara,kalau dia habis menangis.

"Bye ma,Milan pergi dulu"Milan mengatakannya sambil menyalam tangan mamanya lalu mencium dahi sang mama dengan lembut.

Milan sampai kesekolah ketika jam menunjukkan pukul07.15 wib,dia terlambat 15 menit,namun dia masih saja berjalan dengan santai,bahkan dengan mudahnya dia meminta pak Budi yang notebene nya adalaht seorang guru yang sangat galak,dan seluruh sekolah sudah mengetahui hal itu,untuk membukakan pagar agar dia bisa masuk

"Pak Budi bukakan pintu nya dong,saya mau masuk"panggil Milan sambil bersandar di pagar sekolah yang menjulang tinggi

"Eeeeh apa kamu bilang,kamu terlambat dan enaknya suruh saya untuk bukakan pagar,dasar nggak tahu diri"balas pak Budi sambil menatap Milan dengan tatapan mengerikan,namun Milan tidak takut sedikit pun

"Ya elah pak,orang mau belajar dilarang,kata guru itu tugasnya membimbing anak murid untuk belajar ini malah saya nggak dibolehin masuk"jawab Milan sambil memasang raut wajah meremehkan

"Kamu nggak sadar diri ya,saya panggil orangtua kamu baru tahu rasa"ancam pak Budi sambil memasang muka menantang

"Yaampun pak bapak ancam saya,bapak laki nggak,kok kayak cewek suka ngancam"balas balik Milan sambil melipat tangannya balik menantang,dasar Milan memang nggak ada takutnya sedikit pun

Pak Budi yang merasa malu,akhirnya memanggil Erick yang kebetulan sedang berjalan di lorong

"Eeeeh nak Erick sini dulu"panggil pak Budi

"Iya pak ,ada apa?"jawab Erick dengan sopan kepada pak Budi

"Kamu urus nik anak,saya menyerah sama dia nak"suruh pak Budi sambil menatap Milan yang kini masih memandangnya dengan menantang

"Baik pak,saya akan mengurusnya"jawab Erick setelah sekilas melihat ke arah Milan

Kini hanya Milan dan Erick yang tersisa dan mereka dibatasi oleh pagar sekolah yang menjulang tinggi

Erick membukakan pintu gerbang dengan menatap Milan dengan dingin,Milan hanya membalasnya dengan senyum

"Makasih dah bukakan gerbangnya,aku duluan"kata Milan sambil berjalan meninggalkan Erick,namun belum juga dia melangkah Milan merasa tas nya tertarik,dia menoleh dan melihat wajah Erick yang tersenyum miring

"Lo mau kemana,sebagai hukuman Lo,lari keliling lapangan 30 kali,cepat"suruh Erick dengan melipat tangannya didepan dadanya

"Atas dasar apa kamu hukum aku,aku lagian cuma telat 15 menit,masa langsung 30 kali keliling lapangan"Milan tak terima

"Cepat atau gue batalkan perjodohan kita,ingat sekarang hidup Lo milik gue,suka gue mau ngapain Lo"balas Erick dengan santai

Milan menghembuskan napasnya dengan pasrah,dia berjalan kearah lapangan dan berniat meletakkan tasnya terlebih dahulu,namun langsung dihadang oleh Erick

"Bawa tas Lo,cepat"tegas Erick

Milan mulai berlari mengelilingi lapangan yang sangat luas,dengan Erick yang duduk mengawasinya.

Pliss give me vote

Thank you






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

without youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang