Angga Abimana
Malam ini, suasana rumah begitu ramai, setelah acara makan malam selesai, waktunya mereka bercerita tentang kekonyolan-kekonyolan masa lalu ketika kami masih bersama. Mira dan ibu bahkan sampai beberapa kali harus tertawa berlebihan mendengar kisah lucu yang mereka ceritakan.
"Dulu, Angga itu gak sekeren sekarang, dia emang diem, tapi sekalinya ngomong suka asal, makanya aku heran pas ketemu sekarang, ko beda banget gitu."
Osi, teman wanita yang memang paling dekat denganku tak ragu menceritakan tentang perubahanku yang benar-benar terasa berbeda. Aku, Mira beserta Ibu hanya tersenyum saja dan berusaha menjadi pendengar yang baik.
"Iya nih, mana sekarang jarang komunikasi lagi, kita kan jadi mikirnya Angga udah sombong nih pas udah jadi penulis gede, tapi pas denger kabar itu ternyata kita salah sangka."
Mira mengusap lembut tanganku, lalu ia menggenggamnya, ia menyadari ada sedikit perubahan suasana saat Ning mengatakan kalimat terakhir itu. Mereka pun untuk sesaat menjadi terdiam.
"Oh iya, sekarang lagi sibuk apa aja nih, bro?"
Daniel sepertinya berusaha mengembalikan suasana yang mulai tak nyaman.
"Sekarang lagi bikin cerita sederhana aja, gak yang aneh-aneh."
"Oh, kirain mau bikin yang aneh kayak dulu, bro, yang sama anehnya sama Fendy."
Daniel mulai memancing suasana menyenangkan kembali, dan mereka pun sepertinya berusaha untuk tak menyinggung masalah yang beberapa bulan lalu ku hadapi.
"Ah enggak, Bro, bagian yang aneh-aneh biar jadi cerita kamu aja."
"Niel, aku aneh apanya? Orang ganteng begini."
Fendy protes, tak terima dengan apa yang dikatakan Daniel, namun tentunya semua tahu kalau mereka memang hanya sebatas bercanda. Semua bisa kembali tertawa.
Ku lihat sejak tadi, ada salah satu dari mereka yang dari awal kedatangannya, ia jarang sekali bicara. Ia lebih banyak diam dan mendengarkan, tapi mungkin juga melamun, karena ku lihat beberapa kali tatapannya terkadang kosong. Namun aku tak berani menyapanya lebih dulu, khawatir akan ada kesalah fahaman antara aku, ia dan Mira.
Mira beranjak, Ibu mengajaknya beristirahat ke rumah seberang. Ibu bermaksud memberiku privasi untuk mengobrol dengan mereka. Waktu semalampun rasanya tak cukup untuk berbagi cerita selama tak saling bersama, namun kenyataannya, mata mereka tak mampu menahan lelah. Jam pada dinding menunjukkan hampir pukul sepuluh malam.
Dirasa tak ada lagi yang terjaga, aku mulai beranjak meninggalkan mereka untuk kembali pada Mira, mungkin saat ini ia tengah terlelap, karena ku lihat lampu kamar telah meredup menandakan Mira memang benar-benar terlelap.
Rasa ingin buang hajat tiba-tiba saja muncul. Niat mulai berubah, mencari tempat yang terdekat. Ku langkahkan kaki menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur. Langkahku terhenti, bukan karena tiba-tiba saja keinginan itu hilang, namun kini tanganku terbelenggu oleh tangan lainnya yang beradabdi sana, entah apa motivasinya.
"Mey."
Ia menatapku, lekat tanpa suara.
"Maaf."
Ia melepas tanganku, namun seulas senyum tersungging di bibirnya. Tak ku surutkan niat untuk membuang hajat yang mulai menimbulkan rasa sakit di perut.
Setelah selesai, aku terpaku, tak menyangka bahwa ia akan menunggu di luar kamar mandi.
"Belum tidur?"
Sedikit berbasa-basi untuk menghindari kejadian yang tak diinginkan antara aku dengannya, tak mau masa lalu itu kembali dan merusak rumah tanggaku saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE... AWAKENING (Eps. 2)
RomansaMasa-masa awal kehamilan memang tak menyenangkan, setidaknya untuk Mira, walaupun sebenarnya Angga pun merasakan hal yang sama, namun bebannya tak terlalu berat dibandingkan dengan apa yang Mira alami saat ini.