Part 2

587 26 32
                                        

Almiera Shofia Prameswari

Perlahan mata terbuka, beberapa jam memejamkan nya tak lantas membuat rasa lelah itu terbayar. Tubuh terasa semakin lemah setelah semalam sama sekali tak mendapatkan asupan apa-apa, bukannya tak ingin membuat janin dalam kandunganku sehat dengan mendapat asupan yang cukup, tapi tubuh ini selalu menolak melakukannya, semua makanan harus kembali ku muntah kan hanya berselang beberapa saat saja ketika telah masuk ke dalam lambung.

Laki-laki di sampingku masih terlelap, entah kapan ia kembali semalam. Aku mengusap lembut perut hingga ke dadanya, berusaha memberinya rasa nyaman, walau berarti nanti aku akan terlambat ke tempat kerja. Beberapa kali aku melakukan hal yang sama hingga pada bagian sisi salah satu perutnya aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Dengan penasaran dan sedikit rasa curiga, ku buka perlahan kaus bagian yang menutupi daerah itu.

Terkejut, dengan mata terbelalak aku menyaksikan bekas luka yang di tutup perban yang kalau dilihat dari perbannya, lukanya itu belum lama terjadi.

Kembali aku menutupi luka itu dengan kaus, lalu pergi dari sampingnya. Beranjak menuju kamar mandi lalu membersihkan diri. Ku lihat dalam sebuah plastik yang ternyata berisi makanan yang ku inginkan semalam. Senyum mulai tersungging, namun getir ku rasa, karena tanpa sadar aku telah membuatnya terluka. Aku yakin bahwa luka di perutnya adalah akibat dari aku menyuruhnya semalam membeli makanan, yang belum ku tahu adalah, kenapa ia bisa sampai terluka, apa yang terjadi dengannya. Aku tak berani menanyakan langsung padanya, apalagi saat ini ia masih lelap dalam rasa lelahnya.

Selesai membersihkan diri dan berpakaian rapi, aku langsung menyiapkan sarapan pagi yang tentunya dari makanan yang ia beli semalam, aku hanya perlu menghangatkannya saja. Aku beruntung, Angga tak pernah protes ketika aku tak secara rutin memasak makanan untuknya, tapi tetap saja ada rasa bersalah ketika aku tak melakukannya.

"Nda, kok gak bangunin?"

Tanpa sadar, ia telah terbangun lalu berjalan melewati ku yang belum selesai menyiapkan sarapan pagi untuknya. Ingin rasanya aku menghentikan langkahnya ketika ia melewati ku tadi, aku ingin secepatnya mendapatkan penjelasan tentang apa yang terjadi dengannya semalam. Namun aku harus menahan diri, menunggu waktu yang lebih tepat agar semua tak menjadi masalah yang lebih besar.

Aku menunggu di meja makan setelah sebelumnya menyiapkan pakaian untuknya. Setiap hari ia menemaniku ke tempat kerja dan dengan setia menunggu di sana hingga jam pulang tiba, beruntung selama menungguku, ia selalu bisa mengusir rasa bosan dengan melakukan hobi yang juga menjadi profesinya. Angga telah selesai dengan mengenakan pakaian yang ku siapkan tadi. Ia duduk di hadapanku dan siap untuk menyantap sarapan yang juga telah ku siapkan untuknya. Aku masih menahan diri, walau tak sabar rasanya ingin segera ia bercerita. Aku tak ingin merusak selera sarapannya.

"Nda, gak mau nyobain?"

Ia menawari satu suapan untukku, tapi aku hanya tersenyum seraya menggeleng. Ia mengerti dan tak memaksaku untuk menerima suapannya, karena khawatir aku akan muntah-muntah lagi sebelum berangkat bekerja. Di hadapanku hanya tersedia satu gelas susu besar untuk menutrisi tubuhku dan juga janin yang berada dalam kandunganku saat ini.

"Mas, ada yang pengen aku bicarain."

Angga menatapku sesaat, sebelum ia melanjutkan sarapannya.

"Tentang apa?"

"Enggak sekarang, nanti aja di mobil."

Angga tak memaksa, ia mengerti kalau aku akan membicarakan hal serius.

Selesai sarapan, kami langsung berangkat, tak mau datang semakin terlambat.

Dalam perjalanan itu aku justru terdiam, entah aku akan memulainya dari mana. Ku arahkan pandangan ke luar jendela, suasana pinggiran jalan pagi hari yang masih lumayan ramai oleh orang-orang yang baru memulai rutinitasnya, namun untuk para pekerja atau karyawan saat ini sudah terlalu siang untuk berangkat, sama halnya sepertiku saat ini.

BEFORE... AWAKENING (Eps. 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang