Tengah malam merupakan satu-satunya momen dimana dorm X1 benar-benar sepi. Tanpa ada aktifitas atau sekedar suara berisik dari para member yang sedang bercanda. Suasana yang lenggang, ruangan-ruangan tampak remang karena lampu sudah dimatikan, hanya ada suara angin yang berhembus atau suara ranting yang saling menggesek dari kebun belakang dorm.
Disaat yang lain sudah terlelap dalam mimpi mereka menyatu dengan keheningan, hanya ruang latihan yang tampak memiliki kehidupan. Seseorang dengan celana training dan kaos berwarna kuning terang masih enggan berhenti dari kegiatannya, meliukkan tubuhnya menyatu dengan musik sesekali mendengus kesal saat dirinya mengalami kesulitan atau merasa kelehan. Lelehan keringat seakan tak menghentikannya, bersyukur ruangan latihan mereka dirancang kedap suara sehingga tidak akan menggangu yang lain.
Dongpyo menyeka keringatnya, merebahkan dirinya telentang membiarkan cahaya bulan menjadi satu-satunya penerangan disana. Ia memejamkan matanya, menarik nafasnya yang tersengal karena terlalu banyak berlatih. Komentar-komentar jahat yang terus dilayangkan padanya membuat dirinya kembali bangkin mencoba berlatih sekali lagi. Setidaknya dia harus membuktikan bahwa dirinya pantas untuk berdiri diatas panggung.
Suara pintu dibuka membuat Dongpyo menghentikan latihannya, melirik sekilas pada sosok yang kini berdiri di belakangnya. Cahaya remang membuat wajah orang itu tidak terlihat tapi jelas Dongpyo tahu tanpa harus melihatnya untuk kedua kali. Mengabaikan tatapan tajam yang dialamatkan padanya, sekan tanpa peduli ia kembali memasang earphonenya kembali berlatih tanpa peduli. Sebuah sentakan kasar ditangannya membuatnya mendongak menatap tajam.
"sakit, hyung." Suaranya terdengar parau, Dongpyo berusaha menahan dirinya sekarang.
Sosok itu tak bersuara, membalas tatapan tajam dari yang lebih muda. Menghembuskan nafasnya lelah kemudian melepaskan pegangannya. Dongpyo bersiap untuk bergerak menjauh sebelum tangannya kembali ditarik dan tubuhnya dibawa pada sebuah pelukan.
"Seungwoo hyung, lepaskan aku!" Dongpyo berusaha keras mendorong namun pelukan itu semakin kuat.
"maaf, maaf kan aku" suara rendah milik seungwoo membuat dorongan Dongpyo melemah.
Dongpyo meruntuki dirinya sendiri, kenapa dia mejadi lemah seperti sekarang tanpa menolak.
Seungwoo merenggangkan pelukannya, menunduk menatap Dongpyo yang masih menunduk. Tangannya bergerak mengusak rambut lepek dongpyo kerena keringat.
Dongpyo merasakan debaran jantungnya kembali tak terkendali. Ia membenci saat seperti, niatnya untuk melepaskan Seungwoo kembali menguap entah kemana. Kenapa dia selalu lemah jika berhadapan dengan sosok Han Seungwoo.
"Son Dongpyo, lihat hyung" Seungwoo mengelus pipi seputih susu didepannya membawa wajah yang lebih muda untuk menatapnya.
Seungwoo tersenyum miris, saat mendapati Dongpyo kembali menagis.
"Maafkan aku, Dongpyo-a." Hanya itu yang mampu ia katakan. Tangannya mengusap pelan bibir ranum milik Dongpyo membuat sang pemilik menegang.
"hyung" panggilan pelan Dongpyo mengalihakan fokus Seungwoo, menatap mata Dongpyo dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA [SEUNGPYO]
FanfictionLakuna (n) • Ruang kosong, sesuatu yang hilang. HAN SEUNGWOO SON DONGPYO AS ROMANCE BXB