15

1.9K 256 44
                                    


Penyesalan. Sekiranya hanya itu satu kata yang menggambarkan apa yang dirasakan Seungwoo sekarang. Ada banyak hal yang dia sesali tentang pilihannya, tentang perasaannya dan terutama tentang apa saja yang baru saja dia lakukan pada Dongpyo. Demi apapun seungwoo bersumpah dirinya merasakan sakit saat melihat tatapan terluka dari anak itu. Juga, rasa bersalah dan marah ketika matanya menangkap bercak samar di bahu Dongpyo malam itu.

Seungwoo menyesal, dia marah pada dirinya sendiri. Kenapa dia tidak bisa menahan diri.

"Hyung, minum dulu" rasa dingin menjalar di pipi seungwoo membuatnya menoleh menatap sosok yang kini sudah mengambil duduk disebelahnya.

"terimakasih," Seungwoo berucap pelan mengambil soda yang baru saja diberikan padanya. Kembali menatap luar jendela yang ada dikamarnya.

"Hyung, kau taukan kau aku selalu menjadikanmu panutanku."

Seungwoo melirik sejenak, hanya mengangguk pelan.

"tapi, kupikir aku harus mengatakan hal ini. Jika hyung berpikir dengan diam bisa menyelesaikan semuanya, Hyung salah. Aku tau hyung hanya ingin melindungi dan tidak ingin melukai siapapun. Tapi, jika hyung tidak jujur dengan perasaan hyung sendiri bukankah sama saja kalau hyung baru saja melukai semuanya."

Eunsang tersenyum sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Hyung, kau hanya perlu melihat lagi perasaanmu dan memilihnya. Mengikat dua orang diwaktu bersamaan, kupikir itu sangat jahat. Karena aku tau hyung bukan orang jahat, jadi kuharap Hyung benar-benar bahagia dengan pilihan hyung. Tanpa penyesalan setelahnya." Setelah menyelesaikan kata-katanya Eunsang memilih pergi setelah menepuk pundak Seungwoo pelan. Memberikan dukungan secara moral.

Seungwoo tertegun, darimana Eunsang tahu apa yang terjadi. Tentu saja, semua member tak ada yang tau tentang kejadian tadi malam selain Seungyoun dan Woosoek.

.

.

.

.

.

Matahari sudah naik saat Dongpyo membuka matanya, menemukan ranjang disampingnya sudah kosong dan terdengar suara keributan diluar kamarnya. Sedikit malas Dongpyo melirik jam melalu ponselnya, sudah siang rupanya. Kakinya dia bawa menuju kamar mandi, sekedar untuk mencuci muka. Dongpyo tersenyum miris melihat penampilannya pagi ini, matanya bengkak jelas sekali dia habis menangis dan yang semakin membuatnya sakit adalah bercak merah di sepanjang bahu dan tulang selangkanya yang entah bagaimana baru ia sadari begitu mencolok.

Dongpyo menggosoknya kuat berharap setidaknya bisa menghilang, ia menggigit bibir bawahnya menahan diri agar tidak kembali terisak. Bukan, dia tidak marah pada Seungwoo. Jelas Dongpyo sendiri tau dia tidak akan pernah bisa membenci sosok itu sebanyak apapun dia dikecewakan. Dia hanya marah pada dirinya sendiri, bukankah sekarang dia begitu tampak jahat. Jelas dia tau Seungwoo adalah milik Subin dan dirinya adalah perusak diantara keduanya.

Menghembuskan nafasnya lelah, pada akhirnya Dongpyo keluar dari kamar mandi. Mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang lebih menutup bagian bahu dan tulang selangkanya. Tidak lucu jika yang lain melihatnya, cukup Seungyoun yang tau dia tidak ingin menambah masalah.

Baru saja dia berniat keluar, pintu kamarnya sudah terbuka lebih dulu menampilkan sosok Yohan yang sudah berdiri dengan nampan berisi susu dan roti selai.

"mau kemana ?"

Dongpyo tersenyum, membuat matanya menjadi segaris seperti biasanya. Kepalanya hanya menggeleng menjawab pertanyaan Yohan.

LAKUNA [SEUNGPYO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang